Opening

7.5K 285 2
                                    

  Saling menatap bahkan enggan mengeluarkan suara. Baik wanita itu ataupun pria itu tidak ada yang bersuara. Memilih diam dengan pemikiran masing-masing. Keduanya hanya saling menatap seakan ingin beradu pandang.

  "Jadi?" Dikreyitkan dahinya. Bertele tele adalah hal tidak disukai oleh Jimin. Pria itu beranjak dan memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana bahan miliknya itu.

  "Kau menerima perjodohan itu?" Suara pria itu kembali mengintrupsi.

  "Sebegitukah khawatirnya dirimu dengan jawabanku, tuan Park Jimin?" Ujar Hakyung yang kelewat datar.

  Dengusan dari bibir Jimin keluar, bahkan bisa di katakan itu adalah dengusan yang cukup keras. Ia tidak biasa mendengus didepan seseorang apalagi yang dihadapannya adalah seorang wanita. Jimin kembali mendudukkna bantalan duduknya.

  "Apa alasanmu menerima perjodohan gila ini?" Tanya Hakyung setelah menenggak setengah isi dari gelas berleher tinggi itu.

  Jimin menimang, memikirkan sebuah jawaban yang menurutnya masuk diakal.

  "Hanya tidak ingin membuat ibuku kecewa, mungkin." Jimin mengendikkan bahu. Hakyung menganggukkan kepala, masuk akal memang. Jimin termasuk pria yang sangat menyayangi ibunya.

"Kau?" Tanya Jimin balik. Hakyung berpikir. Jika jawabannya seperti jawaban Jimin, pria itu pasti akan mengatakan yang tidak-tidak.

  "Entahlah, mungkin karena tidak buruk jika menikah denganmu." Jimin mengangkat sebelah alisnya. Memahami perkataan wanita itu memang sedikit susah, terkadang harus sedikit lama agar bisa memahami.

  "Baiklah, kurasa kita sudah sepakat. Sampai bertemu dipertemuan kedua kita. Hakyung-ssi." Jawab Jimin sebelum meninggalkan ruang prifasi itu.

  Hakyung hanya diam, ia enggan tersenyum ataupun menggubris perkataan Jimin. Ia enggan beranjak dari sana, hanya menatap pintu yang kini sudah tertutup itu.

Suasana pagi ini cukup sibuk. Pasalnya di rumah tuan Lee akan diadakan acara pertunangan untuk putrinya dengan putra tuan Park.

  "Dimana Hakyung?" Tanya kepala rumah tangga itu.

  "Nona Lee tengah berada dikantor, tuan. Beliau ada meeting dengan beberapa client hari ini." Salah satu mate memberitahu.

  Tuan Lee menganggukkan kepala. Beliau memilih kembali kekamar dan bersiap diri. Berbeda dikediaman Tuan Lee yang ramai karena acara pertunangan. Hakyung memilih mengajak Jungkook untuk pergi kesuatu tempat. Setelah meeting tentunya. Hakyung menengadahkan kepala kala mobil yang di kendarai Jungkook berhenti di bahu jalan. Hakyung menatap keluar, menatap kearah sungai han yang sangat luas itu.

"Kenapa kau mengajakku kemari? Ayahmu akan mencari Hakyung-a." Jungkook menoleh menatapnya. Hakyung hanya diam, seolah menulikan pendengarannya.

  "Apa keputusanku menikah dengan Jimin itu benar, Kook?" Jika sudah begini, Jungkook memilih diam. Percuma jika ia menjawab, wanita itu enggan menerimanya.

  "Aku tidak tahu." Jawabnya jujur.

Hakyung hanya diam, ia memejamkan mata setelah ia membuka kaca pintu mobil. Membiarkan angin siang ini menerpa wajahnya. Berpikir semoga angin siang ini membawa seluruh ingatannya akan masalalunya yang suram.

  Ingatannya akan kejadian 5 tahun lalu kembali menghantuinya. Dicengkramnya lengan Jungkook, bahkan sang pemilik terkesiap. Menoleh Hakyung yang sudah berpeluh. Hakyung kembali bermimpi buruk, pikir Jungkook.

  "Jangan mengingatnya lagi, Nuna." Hakyung menoleh kala rungunya menangkap suara Jungkook.

  "Tidak biasanya kau memanggilku seperti itu." Hakyung menatapnya.

  Jungkook hanya diam. Enggan mengeluarkan suara lagi. Deringan ponselnya membuat Hakyung kembali menatap. Bohong jika Hakyung tidak tahu yang menelfon itu adalah ayahnya.

  "Angkat saja." Perintah Hakyung.

  Jungkook mengangguk dan menggeser ikon hijau pada layar.

Jungkook hanya diam dan mengangguk. Setelah itu ia menyahut. "Baik Tuan, lagipula Nonya Lee sudah selesai meeting. Kalau begitu saya tutup. Selamat siang." Jungkook menjauhkan benda persegi itu dari rungunya. Menatap Hakyung dengan pandangan yang sangat tidak bisa dijelaskan.

  "Kau benar-benar menerima perjodohan ini?" Tanya Jungkook yang tiba-tiba. Hakyung kembali menatapnya.

  "Jika tidak, aku bisa membawamu kabur dari sini, Nuna."

































SPOILER..........

Hologram [호로그람] || Ji-Hope Fanfiction(Belum Revisi) || LENGKAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang