Yang minta part selanjutnya ini yah. Aku bakal kasih part lanjutan sebanyak 4, dan itu berarti masih ada 2 lagi.
Dan yang kemarin memohon buat satuin Jimin sama Hakyung.
Aku nggak yakin yah.
Soalnya aku nggak ada alur kesana. Tapi ya semoga part ini bisa membuat kalian sedikit merasa tenang. Oke?
So, happy reading.. Enjoy.. Kali ada typo. Mohon di maklumi yah
💜💜💜💜💜💜
Sejak kejadian malam penuh panas itu, selang dua bulan kemudian Hakyung mulai merasakan ada yang aneh dalam tubuhnya. Sehingga ia berinisiatif kedokter dan memastikannya.
"Selamat Nyonya Jung, anda hamil." Entah harus senang atau sedih. Pasalnya ia baru melakukan sekali dengan Hoseok dan itu sudah lebih dari 2 bulan yang lalu. Dan tidak bereaksi apapun.
"Sejak kapan dok?" Tanya Hakyung memastikan. Dokter wanita itu tersenyum. "Sejak 3 minggu lalu. Saya rasa saat anda melakukan dengan suami anda, anda dalam masa kesuburan." Hakyung hanya menatap.
*please, koreksi kalo aku salah yah. Aku kurang tahu soal masa kehamilan.
Sepulangnya dari rumah sakit, Hakyung lantas menjemput Jikyung di sekolah. Namun saat sudah sampai di sekolah, gurung yang menjadi wali kelas Jikyung mengatakan putranya sudah di jemput oleh sang ayah.
Siapa? Hoseok?
Suaminya masih pulang seminggu lagi.
Atau, Jimin?
Ia lantas menghubungi pria itu.
"Kau membawa Jikyung?"
"Iya, Jikyung bersamaku."
Bahkan mendengar suaranya saja, Hakyung tidak kuasa. Bohong jika Hakyung sudah bisa berhenti mencintai Jimin. Bahkan Hoseok yang sudah menemaninya hampir 3 tahun, belum bisa menggeser posisi pria itu di dalam relung hatinya.
"Ya sudah, antarkan Jikyung sebelum makan malam." Ucapnya sebelum memutuskan untuk mematikan sambungan telfon.
.....
Waktu berjalan begitu cepat, dan Jimin baru saja datang bersama Jikyung. Bahkan anak laki-laki itu sangat antusias saat Jimin berada di rumahnya.
Tepat saat Jimin datang, Hakyung mendadak ingin memuntahkan isi perutnya.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Jimin yang membantu memegangi surai Hakyung. Wanita itu belum menjawab sebab masih mengeluarkan isi perutnya. Setelah membasuh bibirnya dengan di bantu Jimin, akhirnya ia angkat bicara.
"Tidak apa-apa, wajar untuk seorang ibu hamil." Ujar Hakyung yang ingin segera pergi dari kamar mandi.
Namun tepat saat ingin melangkah Jimin kembali menarik tangannya. Menatap sejemang penuh intimidasi.
"Sejak kapan?" Ujar Jimin. Hakyung menatap Jimin bingung."Musun iri-ya?" Tanya Hakyung balik.(apa maksudmu?)
"Itu anak ku." Ujar Jimin tiba-tiba. Hakyung tidak menyangka Jimin sangat pandai menebak.
"Mwo-ya?" Hakyung berusaha menghindari Jimin. "Hakyung, jawab aku." Jimin memaksa.
Hakyung masih diam, enggan mengatakan apapun. Ia memilih keluar dan menemui Jikyung.
Tepat saat Jimin keluar dari kamar mandi, Hoseok baru saja masuk kedalam rumah. Bahkan Hakyung juga terkejut akan hal itu.
"Eoh? Jimin-ssi." Hoseok terkejut, jelas. Namun ia bersikap biasa saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hologram [호로그람] || Ji-Hope Fanfiction(Belum Revisi) || LENGKAP
أدب الهواة(LENGKAP) Bagaimana jika perjodohan yang kau jalani adalah permintaan pria itu sendiri melalui kedua orangtuanya Dan bagaimana jika orang di masalalumu adalah salah satu kerabatnya? Dan bagaimana pula jika kau sudah dikenal oleh pria itu melalui m...