Maafkan aku jika ada typo...
Ia memasuki rumah sakit yang sama saat di rawat beberapa bulan lalu. Hakyung memutuskan untuk kedokter hari ini, setelah satu minggu sejak ia mendatangani surat itu. Dan selama satu minggu itulah ia mengalami mual yang sangat hebat. Beberapa kali ia memanggil Jungkook untuk menemaninya di apartemen.
"Selamat Nyonya Lee, anda akan segera memiliki momongan. Usia kandungan anda sudah memasuki bulan ke 5." Ujar Dokter dengan marga Park itu.
"Saya Ha-mil dok?" Terkejut, iya. Setahunya, ia hanya melakukan sekali saja dengan Jimin.
"Iya, nyonya. Anda sedang hamil. Oh ya, saya akan memberikan susu dan vitamin untuk anda. Karena tekanan darah dan berat badan anda menurun. Saya mohon agar menjaga kesehatan anda." Dokter Park menjelaskan. Hakyung hanya tersenyum tipis dan menganggukkan kepala.
"Maaf Tuan Park Jimin, anda tidak bisa masuk kedalam." Dia pengawal Tuan Park, Ayah Jimin.
Jimin mengumpat, ayahnya benar-benar mencopot jabatan CEOnya. Ia lantas pergi dari kantor dan menuju apartemen Soojin.
Dapat dilihatnya Soojin yang tengah memasak sesuatu di dapur.
"Kau datang?" Secercah senyuman didapatkan Jimin.
Satu minggu bersama wanita itu mengingatkannya pada Hakyung. Entah kenapa setiap melihat Soojin, bayangan wanita itu selalu muncul.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Soojin.
Jimin menganggukkan kepala.
"Tidak apa-apa, jika kau tidak bekerja lagi. Kita bisa membuka usaha. Kedai misalnya." Soojin menata alat makan di atas meja.
Jimin menganggukkan kepala. Soojin memang terlihat dingin ataupun arogan, namun dia baik. Bahkan sangat, itu kenyataannya. Jimin sedikit ada rasa menyesal saat memutuskan wanita itu.
"Jim, kapan kita menikah?" Jimin menatapnya.
Soojin menundukkan kepala. Ia mengacak acak makanan.
"Kau tahu, aku sudah lelah menjadi simpananmu. Aku ingin kita menikah, membesarkan anak kita bersama. Dan, aku ingin diakui ibumu." Jimin hanya diam tidak menimpali ucapan Soojin. Memilih tersenyum dan menganggukkan kepala.
Sekarang pukul 4 sore, di temani Jungkook ia pergi kesebuah swalayan. Ia akan membeli beberapa bahan makanan. Jungkook menuju tempat sayuran, sedangkan dia menuju buah buahan. Tepat saat ingin meraih pisang itu, sebuah tangan menyentuh punggung tangannya.
"Maaf." Suara itu.
Hakyung hanya menganggukkan kepala, enggan mengangkat wajah sekedar untuk menatap. Ia memilih diam dan melenggang pergi.
Ia sudah di samping Jungkook sekarang. Jungkook yang melihat pergerakan anehnya lantas menegurnya.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Jungkook memegang salah satu bahunya. Hakyung tersenyum tipis dan mengangguk. "Iya, aku baik-baik saja." Jawabnya.
Sekarang Jungkook dan Hakyung tengah memasaka makan malam. Dapur yang semula nampak rapi itu sekarang sudah cukup berantakan.
Terdengar suara bel apartemen ditekan. Jungkook lantas membuka pintu dan melihat Nyonya Park berdiri didepan sana. Jungkook mempersilahkan ibu mertua Hakyung itu masuk kedalam.
"Ibu?" Tanya Hakyung yang melihat ibu mertuanya datang. Wanita paruh baya itu tersenyum.
"Kebetulan ibu datang, ayo makan malam bersama kami." Ujar Hakyung nampak senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hologram [호로그람] || Ji-Hope Fanfiction(Belum Revisi) || LENGKAP
Fanfiction(LENGKAP) Bagaimana jika perjodohan yang kau jalani adalah permintaan pria itu sendiri melalui kedua orangtuanya Dan bagaimana jika orang di masalalumu adalah salah satu kerabatnya? Dan bagaimana pula jika kau sudah dikenal oleh pria itu melalui m...