Sorry for typo
Jimin tersenyum namun senyumannya pudar, kala Hoseok berdiri tepat di belakang Hakyung.
Mau tidak mau ia harus berlakon lagi untuk yang kesekian kalinya.
Bohong jika Hakyung ataupun Jimin saling membenci. Jika seperti itu, benih itu tidak akan ada dan tumbuh sampai detik ini.
"Eoh? Jimin-ssi? Waeyo yeogiseyo?" Hoseok memang terkenal ramah pada siapapun. "Tidak, hanya mengantar pesanan Soojin untuk Soona." Jawab Jimin asal. Padahal itu inisiatifnya.
Hoseok hanya menganggukkan kepala.
"Oh iya Hyung, aku minta izin membawa Jikyung untuk menginap dirumahku. Sebab sudah 1 bulan, Jikyung tidak menginap dirumah." Hoseok menatap Soona sekilas sebelum akhirnya menganggukkan kepala. "Kalau begitu aku letakkan disini saja, tidak apa kan?" Lanjutnya lagi.
"Tidak apa-apa, aku yang akan membawanya kedalam. Terima kasih." Ujar Hoseok sebelum mendapat satu bow dari Jimin.
Sepulang dari kediaman Hakyung, Jimin tidak langsung ke rumah. Ia memilih pergi ke rumah orang tuanya. Entah bagaimana ia akan mengatakan pada kedua orang tuanya mengenai kehamilan Hakyung. Mereka pasti akan mengira Hoseoklah yang melakukannya.
"Dimana Jikyung?" Suara sang ibu memasuki kedia rungunya.
"Jikyung masih di sekolah." Jawab Jimin duduk di sisi ibunya.
"Ada apa?" Tanya ibunya yang seolah tahu kegelisahannya.
Jimin menatap sang ibu penuh kecemasan. Ingin sekali mengatakannya, namun takut akan respon sang ibu.
"Hakyung hamil bu." Ujar Jimin membuat ibunya membulatkan mata. "Benarkah? Astaga aku akan memiliki cucu lagi. Ya Tuhan." Ibunya senang, jelas.
"Tapi bukan anak Hoseok Hyung bu." Terkejut.
Iya.
Nyonya Park langsung menatap kearah Jimin. Meminta penjelasan atas apa yang di ucapkan putranya itu.
"Iya, aku yang melakukannya bu. Aku yang melakukannya." Nyonya Park tidak pernah melihat Jimin menangis seperti ini. Pria itu bahkan tersedu sedu dan meletakkan kepala dengan wajah yang ditutup ke atas paha ibunya.
"Jimin." Lirih sang ibu. Menegakkan tubuh Jimin dan mengusap kedua matanya. "Kenapa kau melakukannya? Bagaimana Soojin? Soojin juga tengah mengandung anakmu Jim." Ibunya tidak marah.
Jimin hanya diam dan masih menatap kedua manik ibunya yang berkaca-kaca.
Hakyung berniat mengunjungi Soojin hari ini. Setelah meletakkan ssmua barang pemberian Jimin, Hakyung meminta izin untuk menemui Soojin. Dan Hoseok mengiyakan.
Sekitar pukul 12 siang, Hakyung sampai di kediaman Soojin. Di lihatnya wanita hamil itu tengah bermain dengan putrinya, Soomin.
"eoh? Hakyung-a." Soojin menyambut dengan hangat.
"Dimana Jimin? Belum pulang?" Tanya Hakyung mendapat anggukan dari Soojin. "Belum, dia bilang ingin menjemput Jikyung dan kerumah ibu sebentar." Soojin berjalan menuju dapur di ikuti Hakyung di belakangnya.
"Kapan kau akan melahirkan?" Tanya Hakyung duduk di hadapan Soojin.
"Seharusnya hari ini aku sudah di rumah sakit. Tapi Jimin belum datang." Jawab Soojin menyeduh teh hijau dengan air hangat.
"Ku antar saja." ujar Hakyung menawarkan bantuan. Soojin tersenyum dan menganggukkan kepala.
Setelah berkendara sekitar satu jam. Hakyung, Soojin dan putrinya sampai di Rumah sakit Seoul. Soojin langsung diminta duduk diatas kursi roda oleh Hakyung, dan menuju keruang dokter yang dulu pernah memeriksanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hologram [호로그람] || Ji-Hope Fanfiction(Belum Revisi) || LENGKAP
Fanfic(LENGKAP) Bagaimana jika perjodohan yang kau jalani adalah permintaan pria itu sendiri melalui kedua orangtuanya Dan bagaimana jika orang di masalalumu adalah salah satu kerabatnya? Dan bagaimana pula jika kau sudah dikenal oleh pria itu melalui m...