Bagian4:Feeling?

2.6K 197 1
                                    

Sejak semalam, Jimin terus saja menempel padanya. Enggan pergi ataupun sekedar melepas diri. Seperti sekarang, ia tengah memasak dan Jimin memelukknya dari belakang. Meletakkan  dagu diatas bahunya.

  "Jim, kau bisa terluka jika memelukku terus." Dirinya mulai membesiakan memanggil Jimin dengan santai.

  "Tidak, aku tidak mau pria bringas itu menyentuhmu, Kyung-a." Ucapnya manja.

  Hakyung menghentikkan aktivitasnya yang mengiris bawang putih. Ia melirik Jimin sejenak, sebelum kembali melakukan aktivitasnya.

Tiba-tiba Hakyung berteriak karena tidak sengaja mengenai tangan saat mengiris bawang. Jimin yang berada di belakangnya mendadak menjadi panik. Ia segera memutar tubuh Hakyung dan menghisap darah yang keluar dari tangannya. Manik Hakyung tertuju kearah wajah Jimin. Masih sama, tidak ada debaran yang biasa ia dengar jika Jimin berkata. Melainkan terkesan datar dan tidak tersentuh akan tindakan pria itu.

  "Sudah, lain kali hati-hati. Jangan melukai dirimu." akhir-akhir ini ia merasa Jimin sangat sensitif. Seperti sekarang, ia sudah berada di pelukan hangat Jimin.
  "Kau tidak bekerja?" celetuk Hakyung membuat Jimin melepaskan pelukan.

  "Aku terlambat, Kyung-a. Aku pergi dulu. Jangan membukakan pintu pada siapapun. Jangan kemana-mana, tunggu aku pulang. Oke?" Celoteh suaminya.

Hakyung menganggukkan kepala dan tersenyum. Tiba-tiba Jimin kembali, dan mencuri satu ciuman di pipinya.

  Pukul 10 pagi, Hakyung selesai membersihkan rumah. Ia kini tengah menonton televisi. Tiba-tiba terdengar suara pecahan di dapur. Ia lantas menuju dapur, berniat untuk mengeceknya. Namun, saat ia beranjak ia melihat seseorang tengah berdiri dibelakang pintu dekat kulkas. Hakyung melihat dari jendela sisi meja makan.

  Taehyung?

Pria itu terus saja membuntutinya. Bahkan kerap diam-diam masuk kedalam rumah suaminya.

  "Aku harus menelfon Jimin." Diraihnya ponsel dalam sakunya. Namun bersamaan dengan Jungkook yang menelfonnya.

  "Halo?"

  Suaranya lirih, takut jika Taehyung mendengar. Ia berjalan kearah ruang tamu.

  "Kau bisa datang kemari?"

  "Ada apa? Kau masih dirumah nuna?"

  "Iya, Jeon. Bisakah kau kemari? Aku butuh bantuanmu. Aku mohon."

   Jungkook mengangkat sebelah alisnya. Ada yang tidak beres. Ia lantas mematikan sambungan dan pergi menuju kediaman Jimin.

  Jungkook sudah sampai di rumah Jimin. Ia melihat pintu rumah yang sudah terbuka lebar. Ia begegas menuju kedalam rumah dan melihat rumah Jimin sudah sangat berantakan. Satu satunya tempat yang belum Jungkook datangi adalah kamar.

  "Sial." Umpatnya kala mendengar Hakyung berteriak.

  Jungkook mendobrak pintu kamar. Matanya membulat kala melihat Taehyung yang hampir saja menggagahi Hakyung. Pria itu hanya bertelanjang dada, sedangkan Hakyung masih mengenakan pakaian lengkap. Walaupun kondisi Hakyung yang sudah berantakan.

  Jungkook meninju wajah tampan Taehyung, bahkan berkali-kali.

  Taehyung menyeringai.

  "Sialan! Apa kau sudah gila?! Keparat kau Kim Taehyung!!" Jungkook berkali-kali menghujami wajah Taehyung dengan pukulan yang bertubi-tubi.

"Kenapa? Sebegitu pedulinya kau pada wanita jalang itu?" Ucapan Taehyung membuat Jungkook kembali menghantam wajahnya. "Bukankah aku benar? Atau karena kau memiliki perasaan pada wanita itu, Jungkook-ssi?" Kini Jungkook mengendurkan cengkraman pada leher Taehyung. Hakyung yang sudah berdiri disini ranjang lantas menatap punggung Jungkook.

Hologram [호로그람] || Ji-Hope Fanfiction(Belum Revisi) || LENGKAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang