Sejak tempo hari lalu, Jimin semakin memperketat jam keluar Soojin. Membuat wanita itu tidak bisa berbuat apa. Seperti sekarang, Soojin hanya bisa menonton tv saja. Pasalnya apartemennya di jaga ketat oleh dua orang pengawal. Jimin tidak pernah main main dengan ucapannya.
"Ada apa?"
"Aku bosan."
"Jimin mengurungmu?"
"Eung."
"Siapa suruh kau menciumku? Kau ini memang gila Soojin."
"Ya! Jungkook-a! Jika saja aku tidak mabuk aku tidak akan menciummu."
"Terserah apa katamu. Sudahlah, nikmati acaramu. Gara gara kau, Hakyung Nuna kekantor sendiri."
Soojin terdiam.
"Jungkook-a." Soojin memanggil, Jungkook hanya berdehem.
"Apa benar Hakyung hamil?"
Jungkook tidak langsung menyahut.
"Iya, ada apa?"
"Tidak ada. Hanya saja, apa bayi itu anak Jimin?"
"Tanyakan saja pada Jimin Hyung atau Hakyung Nuna. Aku tidak ikut campur urusan orang L-A-I-N." Jungkook menekan kata terakhir.
Sambungan telfon pun terputus. Soojin menyandarkan punggungnya.
Drt drt drt drt
Jimin
Pukul 4 sore aku akan pulang. Jadi bersiaplah, kita akan ke rumah orang tuaku.Ia tidak membalas pesan Jimin. Memilih diam, dan menatap kosong kearah ponsel hitam yang layarnya masih menyala itu.
Dan benar saja, sekarang sudah pukul 4 lewat 15 menit. Jimin sudah menunggunya di bawah. Ia lantas bergegas ke basemant guna menyusul Jimin.
Setelah sekitar 7 menit, ia sampai dan duduk di kursi penumpang sebelah Jimin. Pria itu hanya menatap fokus kedepan.
Tidak banyak bicara, hanya saling diam hingga mobil yang di kendarai mereka masuk kesebuah halaman rumah cukup besar. Jimin dan Soojin berjalan pelan menuju depan rumah. Terlihat mate yang bekerja dirumahnya masih ada disana. Membukakan pintu untuknya dan Soojin.
"Tuan Park sudah menunggu anda." Ujarnya.
Jimin menganggukkan kepala.
Pandangan Tuan Park beralih dari koran itu kearah kedatangan Jimin dan Soojin. Terlihat Nyonya Park yang beranjak dari Sofa berniat pergi, namun di cegah oleh Tuan Park.
"Ada apa?" Tuan Park agaknya tidak bisa berbasa basi sedikitpun.
"Aku kemari untuk mengatakan sesuatu." Jimin pun bahkan tidak dipersilahkan duduk.
Tuan dan Nyonya Park hanya saling bersiborok menatap. Lantas meminta Jimin dan Soojin agar duduk di aofa seberang mereka.
"Aku datang kemari, untuk meminta restu ayah dan ibu. Aku akan menikahi Soojin dalam waktu dekat." Ujar Jimin.
Nyonya Park tidak terkejut, apalagi Tuan Park. Hanya wajah datar yang diperlihatkan.
"Kapan?" Tanya Tuan Park akhirnya.
"Secepatnya ayah." Ujar Jimin.
Tuan Park menghela nafas.
"Jimin, ayah tidak tahu apa lagi yang akan ayah lakukan padamu. Kau sudah dewasa, kau bisa memilih yang baik atau buruk. Ayah tidak memaksamu kali ini. Terserah apa yang akan kau lakukan, ayah tidak akan mencegahnya. Tapi ingat satu hal, ayah tidak akan izinkan kau meminta izin kepada Hakyung. Karena ayah tahu kau tidak bisa bersikap bersalah jika bertemu dengannya." terang sang ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hologram [호로그람] || Ji-Hope Fanfiction(Belum Revisi) || LENGKAP
Hayran Kurgu(LENGKAP) Bagaimana jika perjodohan yang kau jalani adalah permintaan pria itu sendiri melalui kedua orangtuanya Dan bagaimana jika orang di masalalumu adalah salah satu kerabatnya? Dan bagaimana pula jika kau sudah dikenal oleh pria itu melalui m...