Sejak semalam Hakyung tidak tenang. Perkataan Jimin seolah menjadi bomerang yang sewaktu waktu dapat meledak. Pasalnya, Jimin mengatakan hal itu kala pria di masalalunya kembali dan sekarang tengah berada disekitarnya.
"Nanti malam acara keluarga besarku. Jadi istriku yang cantik ini harus tampil mengesankan. Tapi ingat, pakai pakaian yang sopan. Aku tidak mau sepupuku yang lain melirikmu." Oceh Jimin dipagi hari.
"Iya iya. Sudah berangkatlah. Kau bisa terlambat jika banyak bicara, Jim." Ada rasa aneh saat memanggil nama Jimin tanpa embel embel formal.
"Kau mengusirku Nyonya Park? Baiklah. Aku berangkat." Ujar Jimin sebelum mengecup dahi dan bibirnya.
"Jim.." panggil Hakyung. Jimin menoleh.
"Apakah aku boleh menemuinya untuk yang terakhir kali?" Jimin tahu arah pembicaraannya. Pria itu kembal mendekatinya, tersenyum manis dan menganggukkan kepala. "Iya, kali ini aku mengizinkan Jungkook agar menemanimu." Ujar Jimin sebelum kembali mengecup pelan dahinya.
...
Kini ia sudah bersama Jungkook. Mereka tengah diperjalanan menuju Jeju. Entah kenapa Taehyung mengajak Hakyung bertemu di daerah itu. Ada banyak hal yang masih disembunyikan oleh pria itu. Namun Hakyung enggan mengetahuinya.
"Kau yakin akan menemuinya?" Tanya Jungkook yang melirik kursi penumpang disebelahnya.
"Iya. Lagipula, aku sudah muak dengan teror yang selalu ia berikan." Jawab Hakyung tanpa menatap.
Jungkook hanya diam. Setelah melakukan perjalan cukup lama, akhirnya mereka sampai di pulau Jeju. Hakyung dan Jungkook berjalan menuju sebuah rumah yang sudah Taehyung beritahukan.
Rumah itu cukup besar, desain rumag tradisional korea yang terlihat pun sangat kental. Hakyung seakan mengingat sesuatu kala melihat Dreamcatcher yang tergantung di depan jendela rumah itu.
"Sejeong. Ini kediaman gadis itu." Gumamnya pelan.
Keluar seorang wanita paruh baya dan mempersilahkan mereka masuk. Hakyung dan Jungkook melihat Taehyung tengah berada di ruang makan. Padahal belum mendekati waktu makan malam. Pria itu menoleh kearahnya. Rasa takut itu kembali lagi. Namun ia bertekat untuk segera menyelesaikan semuanya.
"Akhirnya kau datang." Senyum mengembang dibibir pria itu.
Pelukan hangat yang didapatkan oleh Hakyung. Pelukan yang sama seperti beberapa tahun lalu. Hakyung melepaskan pelukan sepihak Taehyung.
"Ada yang ingin aku bicarakan." Ujarnya tanpa basa basi.
"Ada apa, hem?" Lembut, tutur kata pria itu.
"Tolong berhentilah mengganggu Tae. Aku sudah menikah." permintaan yang Taehyung enggan dengarkan.
"Berhentilah! Cukup! Kau membuatku gila, Tae. Kau tahu? Apa yang kau lakukan padaku dulu, sampai sekarang masih menghantuiku. Jadi aku mohon, jangan pernah kembali kedalam hidupku. Dan satuhal yang harus kau ketahui, kau juga yang menyebabkan aku menyakiti calon bayiku." Satu fakta yang baru diketahui Taehyung ataupun Jungkook. Hakyung pernah hamil anak Taehyung." Ya, Aku pernah mengandung calon putrimu Tae. Namun sayang, ia meninggal didalam kandunganku saat aku nekat menabrak truk." Ingatan kelam itu kembali menari di kepalanya.
Dengusan kasar keluar dari mulut Taehyung. Jungkook segera menarik jauh Hakyung kebelakang.
"Kenapa? Kenapa kau bengatakannya setelah semua ini?" Jedanya. "Apa kau tahu, aku sangat frustrasi saat kau tidak menghubungiku." Lanjutnya.
"Karena kau juga menghamili gadis lain, Tae." Pekik Hakyung yang kini berdiri disisi Jungkook. "Kau melakukannya dengan gadis itu." lirih Hakyung.
"Kau yang lebih membuatku frustasi, kau melakukan itu dengan gadis lain. Dan kau mendatangiku jika gadis itu tidak menemuimu." Tutur Hakyung pelan.
Taehyung menyeringai. "Kau benar." Jawabnya. "Dan apa kau tahu satu hal?" Hakyung mengangkat wajah kala Taehyung sudah berada di hadapannya.
"Gadis yang kau maksud adalah Tunangan Jimin saat itu. Kim Sejeong." Hakyung menitikan airmata.
Ingatannya kembali pada saat Jimin mengatakan bahwa ia mendengar tentangnya dari Taehyung dan seseorang bernama Sejeong. Jadi, intinya Taehyung, Sejeong dan Jimin terlibat cinta. Sebegitu murahkah dirinya? Namun perkataan Jimin semalam membuatnya ragu.
"Dan asal kau tahu, Jimin masih mencintai gadis yang kini telah lebur dengan tanah." Hakyung menatap Taehyung.
Mulut pria itu mudah sekali berkata kasar. Bahkan ucapannya dapat menimbulkan keraguan yang amat mendalam bagi Hakyung.
.......
Tepat pukul 10 malam, Hakyung sampai di kediamannya diantar oleh Jungkook. Ia masuk kedalam rumah, ia juga meligat Jimin yang mondar mandir di depan tangga. Kedatangannya pun membuat Jimin memeluknya. Pelukan yang sangat hangat, bahkan ia sampi memejamkan mata. Jungkook lantas pamit untuk pulang.
"Apa yang terjadi?" Jedanya. "Kau baik-baik saja kan?" Tanya Jimin yang nampak khawatir.
"Aku baik-baik saja." Ujar Hakyung tersenyum tipis bahkan terpaksa.
Ia benar-benar belum bisa membuka hati untuk suaminya. Ada rasa ragu yang diberikan oleh Taehyung, karena sejak kembali dari Jeju ia masih memikirkan ucapan Taehyung.
"Aku lelah biarkan aku istirahat." Ucap Hakyung membuat Jimin terpaku. Tidak biasanya wanita itu akan bertingkah seperti itu. Hakyung memang dingin, namun tidak akan pernah mengatakan hal seperti itu dihadapannya. Dan baru kali ini.
Setelah 15 menit lamanya duduk di depan tv, akhirnya ia berjalan kelantai dua rumah. Membuka pintu pelan, dan mendapati Hakyung yang sudah berbaring diatas ranjang. Sudah sebulan pernikahan namun ia dan Hakyung masih terasa canggung, walaupun sering melakukan skinship. Ia melangkah pelan mendekati ranjang.
"Aku tidak tahu apa yang dikatakan Taehyung padamu. Tapi aku tahu bahwa kau masih ragu padaku." Ujarnya pelan.
"Maafkan aku Kyung-a." Ditariknya tubuh sang istri, dan tangannya menelusup dibawah kepala Hakyung guna sebagai bantal untuk istrinya itu.
...
Pagi ini suasana sarapan dirumah Jimin dan Hakyung cukup hening. Hanya ada suara dentingan alat makan. Hakyung merasakan ada atmosfer dingin disana. Bahkan kini Jimin sudah meninggalkan meja makan setelah selesai sarapan.
Ia berniat memberikan bekal untuk Jimin karena pria itu meninggalkannya diatas meja.
"Kau melupakan bekal mu, Jimin-ssi." Ujar Hakyung yang hanya mendapatkan lirikan. Jimin lantas menerima dan tersenyum tipis.
"Aku berangkat dulu. Maaf tidak bisa mengantar mu, aku ada meeting dengan client." Jawab Jimin setelah menerima bekal darinya. Tidak ada ciuman, pelukan atau sekedar usapan dari tangan bantet itu.
Apa yang dilakukannya semalam kerlaluan? Ia hanya mengatakan bahwa ia benar-benar kelelahan.
Tepat saat ia akan kembali kedapur. Bel rumahnya berbunyi. Jimin kembali? Tapi kenapa harus menekan bel?
Ia lantas kembali kedepan dan membuka pintu. Betapa terkejutnya ia saat melihat orang lain yang berdiri didepan rumahnya. Dan pria itu adalah pria yang sama yang baru ditemuinya semalam.
Apa yang akan di lakukan pria itu kepada Hakyung?
Hai hai!
I'm back...
Semoga kalian suka ceritanya..
Have fun and enjoy
AstariRestina aka Reni
KAMU SEDANG MEMBACA
Hologram [호로그람] || Ji-Hope Fanfiction(Belum Revisi) || LENGKAP
Fanfiction(LENGKAP) Bagaimana jika perjodohan yang kau jalani adalah permintaan pria itu sendiri melalui kedua orangtuanya Dan bagaimana jika orang di masalalumu adalah salah satu kerabatnya? Dan bagaimana pula jika kau sudah dikenal oleh pria itu melalui m...