Bagian14:I'm Sorry

1.7K 130 31
                                    

Sesuai janji, aku triple update. Maaf jika berantakan pada fontnya alias typo.. So, enjoy...





















Hakyung tengah bersama Hoseok sekarang. Mereka tengah di cafetaria rumah sakit. Jam tangannya menunjukkan pukul 10 malam. Jikyung ditemani oleh Jungkook dan calon istri pria itu.

"Maafkan ayah." Ujar Hakyung memegangi gelas kopi itu.

Hoseok tersenyum manis dan meraih tangan wanita itu.

"Tidak apa-apa, sayang." ini yang Hakyung sukai dari seorang Jung Hoseok.

Keesokan harinya, Jikyung sudah diperbolehkan pulang. Tangan kecil itu menggenggam tangan Hoseok erat.

Bahkan berkali-kali mengatakan sangat merindukan pria itu. Ya, sedari kecil Jikyung memang dekat dengan Hoseok. Mereka bertemu saat Jikyung berusia 1 tahun lebih 5 bulan. Menangis keras meminta eskrim namun Hakyung tidak memberikannya.

"Apa papa Jung akan mengantar Ji?" Tanya anak laki-laki itu. Hoseok menganggukkan kepala. Hakyung tersenyum manis, saat melihat interaksi Jikyung dengan Hoseok.

Namun saat tepat pintu lift terbuka, dihadapan ketiganya ada seorang pria menggendong seorang anak kecil dan disisi pria itu seorang wanita yang tengah hamil 6 bulan. Dan mereka adalah keluarga kecil Park Jimin, mantan suami Hakyung 5 tahun lalu. Hoseok yang melihat itu, lantas menggenggam tangan Hakyung. Menyalurkan kekuatan yang bisa membuat wanita itu lebih tenang. Hoseok memang sudah mengetahui masa lalu kekasihnya itu. Wajar jika ia langsung melakukan hal itu. Alih alih menatap Hakyung, Jimin malah menatap anak laki-laki yang kini sudah di gendong oleh Hoseok.

Dengan gerak yang seolah membuktikan bahwa Hoseok berhak melakukannya, ia mengajak Hakyung dan Jikyung pergi. Meninggalkan berjuta pertanyaan di kepala Jimin. Terlebih ia melihat putranya sangat mirip dengannya. Dapat dilihatnya Jikyung yang masih menatap kearahnya.

"Kau baik-baik saja?" Soojin memberikannya teh hangat. Jimin menatap dan tersenyum tipis.

"Aku baik-baik saja." Jawab Jimin.

"Jim, putramu sangat mirip denganmu yah?" Soojin tersenyum kearah Jimin. Ia tidak marah, hanya cukup terkejut dengan paras putra tunggal Jimin dari Hakyung.

Ya, Jimin dan Soojin sekarang sudah dirumah. Dan sekarang sudah pukul 2 siang lewat 23 menit. Soojin dan Jimin tengah candle diatas tempat tidur. Soojin baru saja selesai menidur siangkan Soomin.

"Jim bagaimana jika kita meminta maaf kepada Hakyung?" Tiba-tiba Soojin melontarkan kata-kata itu. "Entah kenapa, sejak hamil anak kedua kita aku selalu terbayang oleh Hakyung." Lanjutnya. Jimin tersenyum lantas mengusap pelan perut Soojin yang sudah terlihat membesar itu. "Iya, aku akan minta maaf padanya. Kau dirumah saja dengan Soomin. Aku akan salamkan permintaan maafmu." Sifat Jimin yang selalu Soojin sukai.

Dia memang jahat, sangat bahkan. Ia mengambil kebahagiaan yang seharusnya dimiliki oleh Hakyung namun apalah buat? Ia juga berhak bahagia. Ia tidak pernah menyangka Jimin masih mencintainya. Bahkan sejak Sejeong meninggalpun, ia tidak tahu jika Jimin mencintainya.

"Aku sangat jahat, Jim." Tiba-tiba Soojin menangis. Dan itu membuat Jimin panik. "Hei hei, sayang. Siapa yang jahat? Kau tidak jahat. Sudah sudah, astaga kenapa kau sangat sensitif Soojin?" Jimin memeluk istrinya.

"Hati hati di jalan. Sampaikan salamku untuk Hakyung." Ujar Soojin sebelum Jimin keluar rumah. Jimin tersenyum, menganggukkan kepala dan mencium singkat bibir wanita itu.

Malam ini Jimin akan berkunjung ke apartemen Hakyung. Ia ingin menjenguk Jikyung untuk pertama kalinya.

Setelah melakukan perjalan kurang lebih hampir satu jam, ia sampai di apartemen wanita itu. karena jarak rumah dan apartemen Hakyung sekarang cukup jauh, ia memerlukan waktu yang lama. Ditekannya bel apartemen wanita itu. Dapat dilihatnya seorang anak laki-laki berdiri didepan pintu.

Hologram [호로그람] || Ji-Hope Fanfiction(Belum Revisi) || LENGKAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang