Taehyung serta seluruh anggota clannya meninggalkan rumah tuan Jo In Sung segera setelah mereka menyelesaikan urusan mereka. Taehyung memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi karena saat itu sudah larut malam dan jalanan kota Seoul sudah tidak terlalu lama. Sebenarnya ia tidak berniat pulang, tapi ia tidak ingin membuat neneknya kuatir.
Sesampainya di rumah, ia melihat kalau sebagian lampu rumahnya sudah mati, bisa diartikan ayah dan neneknya mungkin sudah tidur. Pelan-pelan Taehyung memasuki rumahnya dan langsung melesat ke kamarnya.
Keesokan harinya, Taehyung terbangun karena cahaya matahari mulai merangsek menembus jendela kamarnya, Taehyung mengerjab-ngerjab sambil mengucek matanya, selimut agak tebal berwarna selaras dengan sarung bantal dan sprei masih setia menutup sebagian tubuhnya.
Dengan malas, Taehyung meyibakkan selimut yang menutupi kaki dan sebagian badannya, tampak sepasang kaki yang indah dengan celana selutut. Taehyung kemudian turun dari ranjang dan menuju kamar mandi, setelah menyikat gigi, mencuci muka, merapikan rambut dan berganti pakaian, Taehyung keluar kamar untuk sarapan.
"Morning son!" Sambut ayah Taehyung segera setelah ia sampai di meja makan.
"Morning pa." Sahut Taehyung santai.
"You did well my son." Puji sang ayah.
Taehyung menatap ayahnya bingung, menyadari itu, ayah Taehyung segera menunjukkan sebuah artikel dari iPadnya yang kemudian ditanggapi dengan devil smirk oleh Taehyung.
"Papa akan mengurus sisanya, mereka tidak akan tau kalau kau yang membuatnya mundur, thank you son, you're really my lovely son." Puji ayah Taehyung lagi yang kembali di sambut Taehyung dengan seringai iblis.
Tak lama berselang, datang sang nenek dari dapur dengan nampan berisi telur omlet, wajah Taehyung yang sedari tadi dingin dan hanya menampakkan seringai iblis yang mengerikan sontak berubah jadi sumringah, bocah ini memang tak pernah berubah, makanan selalu bisa meluluhkan sifatnya bahkan keangkuhannya. Dengan gerakan cepat, Taehyung menyambar roti serta omlet dan segera memakannya hingga habis.
Setelah mengahabiskan sarapannya, Taehyung beranjak ke depan televisi, ia menyalakan benda tipis berbentuk persegi panjang itu dengan menekan satu tombol pada remote yang ada di tangannya, sekali lagi seringai iblis yang puas tampak di wajah Taehyung ketika televisi membahas tentang pengunduran diri tuan Jo In Sung, 'media bergerak cepat' gumamnya.
Taehyung lantas mematikan televisi setelag menurutmya tak ada acara yang menarik untuk ditonton, ia lantas pergi ke kamar untuk mengambil jaket dan kunci mobilnya, tiba-tiba terbersit pikiran untuk pergi ke suatu tempat.
Taehyung memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi, dalam hidupnya memang tidak ada sejarahnya Taehyung mengemudi dengan kecepatan standar apalagi pelan, baginya 'ngebut' adalah kesenangan tersendiri. Tak lama mengemudi, ia sampai di sebuah taman didekat sungai Han, entah kenapa pikiran dan paru-parunya sedang ingin mendapat asupan udara segar.
Ia duduk di sebuah bangku panjang di bawah pohon yang cukup rindang, angin sepoi-sepoi tak henti menyapu wajahnya sedari dia datang beberapa waktu lalu. Taehyung melempar pandangannya jauh ke seberang sungai, pikirannya terbang bersamaan dengan angin yang berhembus, hingga membuatnya mengingat kembali ucapan ayahnya tadi pagi setelah sarapan.
Flashback~
"Taehyung-ie, gomawoyeo, kau selalu bisa mewujudkan apa yang papa inginkan." Ucap papanya dengan bahagia.
"Tidak perlu berterima kasih pa, Taehyung hanya berusaha menuruti perintah papa." Taehyung tersenyum simpul.
"Sekarang katakan pada papa, imbalan apa yang kau inginkan atas kerja kerasmu ini?" Ayah Taehyung menatap putranya dengan binar mata bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Side [BTS V] ✔
Fanfiction[COMPLETE] ⚠️ [Mengandung konten : kekerasan, toxic family dan bullying] ⚠️ Taehyung pov from Sue It. Bagaimana hidup seorang Kim Taehyung yang lahir dan dibesarkan oleh seseorang yang amat sangat ambisius, bagaimana Kim Taehyung akhirnya pelan-pel...