Day 1

3.3K 389 105
                                    

"Pagi, semua..."

"Pagi, Hwa!" balas seorang siswa lain yang sedang membaca bukunya. "Rajin amat, Ho.." kelakar Seonghwa. Temannya, Yunho, mengedikkan bahunya, "tobat ah.. Semester kemarin nilai gua ancur lebur."

Seonghwa melempar tasnya ke pojok kelas. "Kalau udah bel masuk, bangunin ya, Ho. Mau tidur bentar," Seonghwa membaringkan tubuhnya di lantai kelas dengan kepalanya beralas tas. Ia terlalu lelah kalau harus membaca buku pelajarannya seperti Yunho. Tak butuh waktu lama baginya untuk terlelap. Latihan keras dari sersan itu benar-benar menguras tenaganya.

●●●●


"Jangan tinggalin aku..."

Ini cuma mimpi. Ini mimpi kan?

"Kenapa kamu bisa sebodoh ini sih?!"

"Bangun, hey, bangun!"

Bangun, bangun, bangun...

"HWA, JANGAN MATI KAU!!"

"MANA ADA!" Seonghwa membuka matanya lebar. Ia mengatur napasnya dan mengucek matanya. "Kok jadi lo sih yang bangunin?! Pantesan gua jantungan!"

"Yunho udah bangunin lo, terus nyuruh gua yang bangunin karena lo kaga bangun dari tadi sedangkan bel udah bunyi," ia, Wooyoung, mengedikkan bahunya. "Untung gurunya belum masuk."

"Serah lo deh.." Seonghwa mengatur rambutnya lalu duduk di kursinya.

"Makasih kek, apa kek, udah gua bangunin. Tuman emang," gerutu Wooyoung sambil mencebikkan bibirnya dan kembali ke kursinya.

"HEY, NGAJAK BERANTEM KAMU?!" Seonghwa bangkit berdiri.

"LAPANGAN KOSONG LHO, HWA!" balas Wooyoung tak kalah keras.

Hening menyela mereka. Seorang wanita paruh baya mengetuk-ngetukkan ujung sepatunya. Wooyoung dan Seonghwa membeku di tempat mereka.

"Kalian berdua," guru itu mengeraskan rahangnya. "Lari keliling lapangan sepuluh kali. Cepat!"

Seonghwa dan Wooyoung berjalan keluar kelas mereka tepat ketika perintah guru mereka selesai. Mungkin hari ini bukan hari beruntung Seonghwa.

"Lo sih, Hwa.. main ngegas aja," Wooyoung meninju pelan lengan Seonghwa. "Kok gua sih? Lo duluan yang ngajak berantem," balas Seonghwa tidak terima. "Ambil positifnya... Lumayan motong jam pelajaran pertama. Lamain aja larinya," Wooyoung terkikik. Seonghwa ikut tertawa kecil.

"Tunggu, gaaaaiiisss..." mereka berdua menoleh ke sumber suara. "Lho, Yunho ngapain ikutan?!" Seonghwa terkejut. Yunho menyusul mereka kemudian merangkul mereka berdua. "Solid dong solid," ucap Yunho. "Alah, bilang aja gak bawa buku cetak," Wooyoung membalas. Tawa Yunho menjadi jawaban sebenarnya pertanyaan Seonghwa.

"Eh, itu siapa?" tanya Yunho. Mereka berhenti di depan lapangan. Seorang lain sudah berlari mengelilingi lapangan depan sebelum mereka.

"Entah. Anak komplek seberang mungkin," jawab Seonghwa seadanya.

"Mana mungkin. Anak seni bukannya anak baik-baik?" Wooyoung menimbali mereka. "Tahu dari mana dia anak seni?" sahut Seonghwa.

"Cuma anak seni kan yang rambutnya boleh dicat warna terang?"

"Iya juga sih..."

Mereka memilih untuk mengabaikannya dan mulai berlari mengelilingi lapangan. Setelah beberapa keliling, kecepatan mereka mulai berkurang. Ah tidak. Kecepatan Wooyoung dan Yunho lebih tepatnya.

AmmoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang