Holy Trinity

970 178 80
                                    

Long chapter ahead!!!

●●●●●●●●

Alunan piano klasik yang mengisi keriuhan kafe itu tidak memecah fokus Hongjoong yang sedang mengerjakan tugasnya di laptop seorang diri. Kafe itu sedang ramai, tidak biasanya.

Sluurp...

Sesapan terakhir americano-nya sudah habis. Tugasnya juga sedikit lagi rampung. Sisanya bisa dikerjakan nanti.

Breaking News! Terjadi pembunuhan di King's Villa pada hari ini!

Hongjoong mengernyit mendengar berita itu. Yang ia ingat, adiknya pergi ke sana dalam rangka rekreasi angkatannya. Ah, semoga tidak terjadi apa-apa. Ia membereskan barang-barangnya, bersiap untuk segera pulang.

"Ah, banyak sekali orang mati belakangan."

Hongjoong menoleh ke arah meja konter. Matanya tertarik pada gelang dan cincin perak dengan batu delima berkilauan yang memeluk pergelangan tangan dan jari tengah sang barista. Agak sedikit eksentrik untuk anak muda sepertinya. Mungkin umurnya sekitar pertengahan dua puluh, namun perhiasan eksentrik itu lebih cocok untuk orang berumur tiga puluh tahunan.

"A-anu, aku mau membayar..." ucap Hongjoong sesampainya di depan meja konter. Barista itu kemudian mengalihkan pandangannya dari televisi ke arah Hongjoong, "...Kak San."

"Ah, oke!" San beralih ke mesin kasirnya, "totalnya dua ribu won."

Korban ditemukan dalam keadaan mengenaskan. Kepalanya tidak ditemukan di sekitar TKP. Sejauh ini, informasi dari sekolah, korban bernama Kim Jaemin.

Brak!

San berjengit ketika Hongjoong sedikit membanting uangnya ke atas meja konternya, "ada apa?"

"Bagaimana bisa terjadi??"

San terdiam melihat ekspresi Hongjoong yang mendadak mengeras. Ia tidak ingin mongomentari apa pun. Toh, mungkin hanya akan dianggap angin lalu. Ia mengambil uang yang ditaruh di mejanya, lalu mengambil kembaliannya. "Kembalianmu," ia menyodorkan kertas nota dan uang kembaliannya.

"Thanks," Hongjoong segera berlalu dari sana, sembari memasukkan uang dan kertas nota itu ke dalam dompetnya.

Berita di televisi itu belum berganti. Masih menayangkan gambar sebuah kamar yang diberi garis polisi. Ketika menampilkan bagian dalam kamar, San dapat mengira-ngira kalau darah dari korban itu sempat mengotori tembok dan sandaran kasur di belakangnya. Mengerikan.

"Kim Jaemin...

"...cih, siapa lagi selanjutnya? Banyak sekali orang mati."

••••••

Braak!

"Ayah! Permisi!"

Hongjoong tercekat melihat berita yang ditonton ayahnya sama dengan berita yang ia lihat tadi di kafe. Tidak banyak reaksi dari ayahnya, mengejutkan.

"Jaemin..."

"Aku tahu. Duduklah."

Hongjoong melangkah masuk ke dalam ruang kerja ayahnya. Ia mendudukkan dirinya di sebuah kursi di depan ayahnya. Seungcheol mematikan televisinya, membenarkan posisi duduknya dengan menurunkan kakinya dari atas meja, lalu menatap Hongjoong jauh ke dalam matanya.

"Kuharap kau punya sedikit waktu hari ini."

"Kurasa ada. Kenapa?"

AmmoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang