Vapor

1.2K 214 26
                                    

"Mereka sudah di mana?" Jeonghan melipat tangannya di samping kursi anak buahnya. Di ruangan yang sibuk ini, semua dengan gesit bekerja. Layar besar di depan mereka menunjukkan sebuah citra satelit dengan beberapa foto orang dan datanya di pojok kanan bawah.

"Informasi terakhir mereka masih di titik Stellar. Letkol Song belum mengirim kabar lagi."

"Baik, terima kasih, Irene. Keep me updated," Jeonghan beralih dari meja Irene menuju meja Jongho.

"Any updates?" ia menumpu tangannya di atas meja Jongho sambil mengamati layar komputernya. Jongho mengiyakan sambil masih mengutak-atik komputernya.

"Kim Jaemin, masih berusia 16 tahun. Saya mencocokkan foto yang diambil drone tadi malam dengan data yang diberi 601."

"601?"

"Ah, maafkan saya," Jongho mengusap wajahnya lalu tertawa. "Kapten Johnny maksud saya. Maaf, saya terbiasa dengan panggilan khusus kami."

"Astaga," Jeonghan tertawa. "Any way, jelaskan lebih banyak tentang siapa pun lah itu namanya."

"Kim Jaemin, usia 16 tahun. Siswa dari SMA 365, Seoul. Sebelumnya sudah pernah dikeluarkan dari SMA Internasional 003."

"Sebentar, SMA 365?"

"Iya, pak."

"Buka data sekolah itu sekarang. Aku akan telepon Pak Doyoung untuk perizinannya," Jeonghan mengambil ponselnya lalu mengetikkan nama di sana.

Jongho kemudian mengaktifkan laptopnya. "Sistemnya hanya diizinkan dibuka selama setengah menit. Pastikan kau bisa bergerak cepat," Jeonghan mematikan sambungannya. Dengan lihai, Jongho memasuki sistem pengamanan dinas pendidikan, mencari informasi yang mereka butuhkan.

"SMA 365, tak jauh dari Hongdae. Berdiri sejak 1965. Jumlah siswa--

"Tidak penting. Beritahu aku siapa pemiliknya yang sekarang."

"Hmm..." Jongho menggerakkan kursornya. "Tuan Boo."

"Siapa?" Jeonghan mengernyit.

"Boo Seungkwan."

"Aku tahu orang itu. Tunggu sebentar," Jeonghan beranjak dari sana, sedang Jongho masih terpaku pada komputer dan laptopnya. Ia kembali memantau situasi di titik Stellar, sembari menunggu atasannya kembali. Gambar yang diambil drone-nya menunjukkan lidah-lidah api membakar tempat itu, "sial! Kak Eunwoo, tolong hubungi pemadam kebakaran. Segera!"

"Hah?!"

Yang dipanggil saat itu juga menghubungi pemadam kebakaran, memintanya segera datang ke titik api berada. Di sisi lain, Irene segera menghubungi tim yang bertugas di sana.

"Ah, sial..." Jongho mengacak rambutnya. "Bagaimana aku bisa kecolongan begini?!" Ia menghela napasnya kasar. "Kak Irene, sudah menghubungi mereka?"

"Ini masih kucoba," Irene masih berusaha menghubungi mereka. "Letnan, tolong jawab panggilan kami! Kalau Anda mendengar ini, tolong segera dijawab!"

"Letakkan ke speaker, kak. Agar yang lain bisa mendengarnya juga."

"Letnan, tolong jawab kami!" seru Irene sesudah menyetel speaker. Seluruh ruangan itu terasa berat. Apakah mereka kehilangan rekan kerja mereka?

"Uhuk! Hubungi kami nanti saja. Di sini sedang tidak kondusif!"

"Letnan, katakan di mana posisi Anda sekarang!"

Hening. Suara dari seberang sana belum menjawab. "Letnan?!"

"Aku masih di dalam gedung! Aku masih berusaha mencari anak buahku yang hilang satu. Nanti saja! Uhuk! Sial!"

AmmoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang