See You Again

976 172 72
                                    

Puter audionya biar mantep:)

🎵: See You Again - Wiz Khalifa ft. Charlie Puth (cover ver.)

●●●●●●●●●●●●●●●●●

"Turut berduka, ya..."

"Terima kasih..."

Jeonghan mengelap ujung matanya dengan saputangan putihnya. Matanya merah dan bengkak. Semalam suntuk ia meratap. Tidurnya tidak tenang, tidak tidur sama sekali malah.

Ia harus mengurusi pemakaman empat anak buahnya.

"Kak..."

Seonghwa menghampirinya lalu duduk di sebelahnya. Jeonghan menarik lembut kepala Seonghwa untuk bersandar di bahunya. "Semalam bisa tidur?"

Seonghwa menggeleng lemah. Kepalanya berdenyut. "Eh, kak... aku belum menghubungi kekasih Kak Mingi lho.."

"Hubungi segera."

"Gimana aku ngomongnya?"

Jeonghan menghela napasnya. Sulit juga relasi mereka. "Biar kakak yang bicara." Seonghwa mengambil ponselnya yang disakukan di jasnya lalu mengontak Yunho. Ketika panggilan tersambung, Seonghwa menyodorkannya pada Jeonghan.

"Halo, ini Yunho?"

"Iya. Ini siapa maaf?"

"I-ini..." Jeonghan menatap Seonghwa. Seonghwa mengangguk pelan. "Ini Kak Jeonghan."

"Oh ya! Kenapa kak?"

"Ada nonton televisi?"

"Belum. Ga suka nonton TV. Kenapa?"

"Ini soal Mingi, pacarmu itu...

"Eum, sebelumnya, kakak mau minta maaf karena agak telat ngabarin kamu...

"Jadi...

"Mingi gugur. Kemarin, saat ditugaskan. Kakak beritahu ini ke kamu karena ternyata kamu gak liat berita."

Dari seberang panggilan tidak terdengar jawaban apapun. Hanya terdengar suara isakan.

"Hari ini juga akan dimakamkan bersama tiga prajurit lain yang gugur. Kamu bisa datang kan?

"Nanti alamatnya dikirim. Makasih, ya..."

Jeonghan mematikan panggilan itu lalu mengembalikan ponsel Seonghwa. Kali ini, ia yang menyandarkan kepalanya di bahu Seonghwa.

Terlalu banyak hal yang memberatkan pikirannya.

"Kakak capek..." Seonghwa segera merengkuh kakaknya yang kembali meneteskan airmatanya. "Kakak capek, Hwa... hiks... tugas kakak masih banyak rupanya... Mingi udah duluan selesai.. hiks! Kakak sendirian..."

"Shh... kak... kakak gak sendirian."

Kepala Jeonghan berdenyut kuat, terlalu banyak menangis. Seonghwa memeluknya lebih erat, "masih ada yang belum kakak selesaikan... jangan nyerah dulu..."

Dengan gontai, Jeonghan bangkit berdiri. Pelayat lain terlihat sibuk dengan urusan mereka. Toh, kalau pun mereka memerhatikan Jeonghan, ia tidak peduli. Ia melangkahkan kaki lemahnya ke salah satu peti yang diselimuti bendera negaranya. Di ujung peti itu ditaruh sebuah karangan bunga dan potret sahabatnya.

Duk!

Jeonghan jatuh berlutut di samping peti itu. Hancur. Tangannya gemetar menyentuh peti itu. "Mingi..." lirihnya, suaranya bergetar dan sesekali tercekat. "G-gue... gue bakal berusaha... buat relain lo..."

Jemarinya meremat bendera yang menaungi peti itu. "Gue bakal berjuang buat temen-temen kita dulu dan buat lo. Gue bakal ngancurin Midstar....

"Gue harus bisa jadi cahaya di negeri ini...

AmmoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang