Earth's Tears

1K 179 138
                                    

Ini juga gw mewek nulisnya. Di bagian mana? Nanti nyadar sendiri:v

••••••••••••••••••••••••••••••••••

"Kak Ming, udah kemaleman nih... duuhhh... keknya portal komplek udah ditutup juga nih..."

Mingi menoleh ke arah kekasihnya yang sedang memeluk lengannya. "Terus?" tanyanya sambil ikut mengelus punggung tangan kekasihnya. "Eheheee... nginep di rumah kakak, ya?" Mingi tidak bisa menolak kedua mata berbinar itu, "ya sudah... tapi besok kakak pergi dulu, ya?"

"Hah? Mau ngapain?"

Mingi menghela napasnya lalu mengajaknya duduk di sebuah kursi jalan. "Yun, ada... satu hal yang belum pernah kakak beritahu ke kamu dari awal kita pacaran," buka Mingi. Tangannya menggenggam tangan Yunho yang beristirahat di lututnya.

"Apa, kak?"

"Kakak belum pernah cerita pekerjaan kakak kan?"

"Hah?" Yunho mengernyit. "Waktu itu kakak bilangnya kakak kerja di pemerintah gitu kan?"

"Tapi kakak gak pernah cerita persisnya apa kan?"

Yunho mengangguk pelan ketika Mingi tersenyum tipis, "kakak jadi tentara selama ini."

Yunho melebarkan matanya, tidak memercayai apa yang baru saja meluncur dari kedua belah bibir Mingi. "Iya... dan... kebetulan... kakak sebenernya udah kenal--

Rrringg!!!

"Bentar ya, Yun," Mingi mengambil ponselnya, mengangkat panggilan dari atasannya. "Halo, kak?"

"Ah? Ya udah.. gue nganter pacar pulang dulu. Tungguin bentar ya..."

"Siapa kak?" tanya Yunho ketika Mingi kembali menyakukan ponselnya. "Atasan kakak," Mingi kemudian mengajak Yunho untuk pulang, mengakhiri kencan mereka. "Kamu sendiri dulu di rumah kakak gak apa-apa kan? Kakak dipanggil atasan ke markas sebentar, ada informasi buat tugas besok," Yunho mengangguk menyetujui. Perjalanan mereka entah mengapa terasa lebih lama dari biasanya. Kabin mobil entah mengapa terasa sedikit menggantung.

"Eh, Yun..."

"Ya, kak?"

"Kakak kok kangen main di pasar malam ya?"

Yunho tertawa manis, "kayak waktu pertama ketemu?"

"Iya!" Mingi ikut tertawa. "Waktu kamu nyasar ditinggal kakak kamu kan?"

Mereka berdua tertawa. Namun tanpa disadari satu pun dari mereka, Mingi tidak tertawa seperti biasanya. Seperti tawa seekor burung yang lepas dari sarangnya. Bebas, namun entah mengapa, menyedihkan.

Yunho menggenggam tangan Mingi yang diletakkan di atas persneling, "tapi kak, bukannya belakangan udah jarang ada pasar malam?"

"Ya itu, makanya... kakak rindu buat main ke sana lagi," jelas Mingi. "Kakak gak ngerti kenapa, kok belakangan kakak rindu banyak hal...

...kakak kangen main ke pasar malem sama kamu...

...kakak kangen main berdua sama sahabat kakak...

...dan...

...entahlah, kakak kangen temen-temen kakak dulu."

Yunho menghela napasnya melihat pandangan Mingi yang entah mengapa ikut membuatnya sedih, "kakak mungkin kurang main, butuh cuti sekitar beberapa hari untuk main sama temen-temen kakak."

"Ah, mungkin kakak mau mati."

"Heh!" Yunho memukul bahu Mingi, yang langsung mengaduh kesakitan, "gak boleh sompral!"

AmmoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang