Chapter 11 The Rain

4K 481 53
                                    

DINY

Jakarta mendung dari pagi sampai sore ini dan itu bukan pertanda baik baginya. Bisa jadi, malam nanti, ketika ia bertemu dengan Reza, awan akan menumpahkan air yang selama ini ditampungnya. Rambutnya akan menjadi greasy dan ia akan menjadi hyper sensitive. Dia pasti akan menangis apapun yang Reza akan bicarakan dengannya, meski itu kabar gembira sekalipun. Yang mana mustahil karena satu-satunya kabar gembira yang mungkin dalam hubungan mereka adalah Reza menceraikan istrinya dan itu tidak mungkin.

Lo itu bisa jahat banget ganggu hubungan orang, sih? Lo kok bisa bodoh banget, Din? Hubungan ini enggak akan kemana-mana, Din. Ucapnya di pikirannya. 

Ketika ia sedang melamunkan itu sambil menatap langit mendung dari jendela dengan ditemani segelas teh susu, ia mendapatkan pesan LINE. Dari Nicky dan dari Deny.

Deny terbukti belum bisa move-on dari penolakan Karina semalam atas ajakan makan malanya. Buktinya ia masih bertanya apa arti penolakan Karina.

Diny: Aku kan udah bilang dia lagi tarik ulur. Be patient, okay?

Deny memang belum pernah pacaran rupanya sampai soal kecil seperti ini saja membuatnya bingung. Tetapi, kalau dari cerita Deny, ada kemungkinan mood Karina sedang tidak bagus malam itu. Dia mungkin lelah atau sedang PMS. Soalnya Diny juga masih belum percaya ada yang bisa menolak saudara kembarnya itu.

Ia kemudian membuka pesan LINE dari Nicky yang bertanya apakah nanti malam ia mau diantar untuk bertemu pujaan hatinya. By the way, Nicky benar-benar menulis "pujaan hati" ditambah dengan smirk emoticon. Benar-benar khas Nicky. Diny tertawa kecil karena itu lalu membalas dengan sedikit gurauan.

Diny: Entar malam gue dijemput sama dia.

Diny: Tapi, kalau lo mau, lo bisa sih ngikutin mobilnya.

Diny: Jaga-jaga siapa tahu gue dibuang di pinggir jalan.

Diny: Hehehe...

Nicky: Roger!

Tapi, dia tidak mungkin benar-benar melakukannya, kan?

***

Sudah jam 5 sore dan sudah waktunya jam kantor selesai. Diny berlari-lari kecil kembali ke tempat kerjanya setelah dari toilet untuk me-retouch make-up, dengan cepat memasukkan semua barang-barangnya ke dalam tas dan melambaikan tangan kepada para asistennya. Ia langsung mengambil ponsel-nya ketika mendengar suara nada panggil, ternyata benar dugaannya itu dari Reza. "Hai, ya, halo, aku sudah di dalam lift..."

"Aku di parkiran basement," kata Reza, terdengar sedikit tak sabar.

"Oke..." Diny segera berlari begitu lift berhenti di lantai basement. Reza sudah menunggu di depan pintu lift dengan BMW X3 hitam-nya. Di belakangnya terdapat beberapa mobil yang sudah mengklakson karena tak sabar. Begitu Diny memasuki mobil ia langsung meminta maaf, "Sorry, sorry banget!"

"Parkiran ini jadi penuh dengan suara klakson hanya untuk nungguin kamu!" desisnya kesal.

"Hei, I'm sorry, okay? Aku enggak tahu kamu segitu bencinya sama suara klakson," ucap Diny sinis sambil merapikan rambutnya. Baiklah, Reza benar-benar tidak sedang berada dalam mood yang baik.

Begitu mereka keluar dari parkiran basement, hujan deras langsung mendera kaca mobil. Langit terlihat gelap dan udara lembab menerpa kulit Diny. Perjalanan mereka sunyi, yang terdengar hanya bunyi air yang berderu dan suara wiper mobil yang berdecak. Diny sebenarnya sudah gatal ingin memulai pembicaraan, tetapi rasa canggung membuatnya hanya bisa meremas-remas jarinya.

Two Come TrueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang