12 Devid

206 85 36
                                    

Use background music 🎶🎶

By Zayn Malik

Enjoy 🍃🍃

Hay halo semua? Apa kabare nih?
Pasti baik dong, ya kan? Kan ?

Udah lah, dari pada aku basa basi busuk langsung aja ke cerita.

Eittt

Budidayakan vote dan lestarikan komentar kalian ya 😘😘





~

Selamat membaca guys 😉😉

~~~~

Aku sudah bekerja menjadi seorang psikiater cukup lama, dengan umur 28 tahun sekarang.

Ayahku pemilik rumah sakit ketiga terbesar di Indonesia bukan karna aku menghilangkan jiwa di samping sakit, tapi memang benar ayah ku pemilik rumah sakit ketiga terbesar di Indonesia.

Karna memang ayah ku seorang dokter spesialis jantung dan ibu ku pun dokter gizi, tapi itu tidak membuat ku harus mengikuti jejak mereka.

Meskipun aku tidak ingin menjadi dokter, tapi aku menjadi psikiater yang hampir sama dengan dokter.

Aku menyukai menangani pasien berkelainan mental dari pada pasien yang sakit parah dan aku harus membedah tubuh nya untuk operasi.

Aku tidak terlalu menyukai itu, meskipun ayah meminta ku menjadi dokter agar mengganti kan dia untuk menerus kan jalan nya rumah sakit yang sudah berdiri lama itu.

Tapi mereka juga tidak memaksa ku untuk menuruti keinginan mereka aku boleh mengambil keputusan ku sendiri.

Dan menjadi seorang psikiater lah keputusan ku, aku juga sudah mendirikan gedung praktek untuk menangani pasien ku yang memiliki kasus berat.

Mangingat ke belakang lagi, aku jadi sangat teringat pada seseorang yang aku rawat pertama kali.

Waktu itu aku masih menjadi mahasiswa semester akhir dosen memberi kami tugas praktek, dimana kami harus menangani seseorang yang mengalami kelainan mental di salah satu rumah sakit jiwa.

Aku mengunjungi salah satu rumah sakit jiwa yang cukup terkenal di Indonesia, aku juga berbincang-bincang sedikit dengan dokter jiwa disitu.

Sambil berbincang, dokter juga mengajak ku berkeliling untuk melihat beberapa pasien nya.

Ketika berkeliling, mata ku tertuju ke salah satu kamar pasien dengan besi putih yang kokoh sebagai pintu nya, seorang gadis kecil yang diam melamun menatap ke luar jendela yang sama di beri besi juga.

Dia hanya seorang diri, dengan tidak ada orang lain di kamar nya.

"Nama nya Elora, dia gadis kecil yang malang" Kata dokter yang melihat ku terus memperhatikan gadis kecil itu.

Ingin rasanya aku mendekati nya, dan berbincang-bincang dengan nya, agar aku bisa menyelesaikan masalah nya.

"Saya akan tangani dia dokter, berapa usianya?" Aku menatap dokter dengan yakin tanpa ada keraguan.

"11 tahun, dia gadis kecil yang memiliki kasus berat di usia nya yang masih muda. Apa kau yakin?" Tanya dokter.

"Saya akan usahakan nya dokter"

"Saya lebih yakin jika kamu mengatakan saya yakin, bukan hanya mengusahakan saja" Dokter menatap ku lekat, membuat ku sedikit gugup karena apa yang dikatakan nya memang harus begitu.

Lovely BleedingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang