8: Secret Share

2K 389 95
                                    

Udah 1k aja sih aduh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Udah 1k aja sih aduh. Makasih buat supportnya sama Beat Up. Jan bosen bosen yaa 🥂

Untuk foto Iko sama Revan ada di bawah ya~

-


Proses recording berjalan lancar. Untuk wawancara juga, anak-anak Beat-Up berkoordinasi dengan baik. Mungkin karena pertanyaan yang aku ajukan di belakang kamera juga masih terbilang standar, jadi mereka dengan cepat menjawabnya, dan kami nggak perlu take berulang-ulang.

Dari empat anggota, bisa dibilang Juna yang paling cepat menjawab. Jawaban dia singkat, padat, dan jelas—tipe jawaban yang nggak bisa diganggu gugat. Aku nggak tahu apakah Juna memang lagi mode PMS—Pengin Marah dan Sensian—atau memang cara dia menjawab memang begitu. Tapi waktu aku wawancara waktu itu, Juna lebih banyak bicara dari ini.

Sebelum Juna keluar dan bergantian dengan Taran, dia sempat menghampiriku dan bilang, "Kelar nanti ketemu gue di parkiran. Mobil gue masih sama."

Aku belum sempat merespons dan dia sudah ngacir begitu saja. Dan, begitulah cara Juna membuatku nggak punya pilihan kecuali datang ke parkiran dan mencari Land Rover hitam miliknya. Ternyata yang punya juga sudah ada di dalam.

Kubuka pintu mobilnya dan masuk, duduk di kursi depan.

"Udah kelar?" tanya Juna, dan aku mengangguk.

"Ini mau ngapain deh, Jun?"

"Menurut lo?"

Kok malah nanya balik sih? Ya mana aku tahu!

"Malam ini nonton yuk, temenin gue."

"Hah?" Aku mengernyit. Yah, sekarang baru jam 8 sih. Tapi lebih pengin pulang. "Ngapain nonton jam segini?"

Ketimbang langsung menjawab, Juna justru mengambil sesuatu dari dasbor mobil kemudian menyodorkannya padaku. Dua buah tiket. "Tiket premiere film bokap gue."

Awalnya aku nggak mengerti. Butuh waktu bagiku untuk mengumpulkan kepingan-kepingan memori dan mengoneksikannya dengan apa yang Juna maksud.

Ayahnya Juna, Om Keva.

Seingatku, Om Keva bercerai dengan Tante Mira tepat sehari sebelum ujian nasional kami. Aku tahu kalau Om Keva memang seorang sutradara, he's been entering nomination for years. Nama itu nggak asing, apalagi untuk kelasku.

Ingat nggak dulu, akan ada saatnya di mana nama-nama orang tua akan jadi nama pengganti bagi kita. Itu semacam guyonan wajib semasa sekolah, yang seringkali dapat teguran guru atau kita yang nggak sengaja memanggil nama teman dengan nama orang tuanya di saat orang tua teman kita sendiri mendengar itu.

Aku ingat dulu anak-anak kelas sering menganggu Juna dan bilang, "Jun, kalau ada film apa gitu bagi-bagi tiket gratis napa?" Dan Juna membalas itu dengan bilang kalau dia bukan juragan bioskop.

Beat Up (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang