25: Ticket To a Brokenheart

1.4K 310 130
                                    

Ciat ciat. Udah chap segini. Bentar lagi gaes~

-4

-4

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-

Junot Kalandra

Ngeband sama nguli beda tipis

BTW sore nanti gue ke sana ya

Bentar doang, mau nganter barang



Satu hari lagi menjelang final tour Beat Up di Jakarta.

Terakhir aku bertemu dengan Juna kemarin lusa, sewaktu dia muncul ke apartemenku tiba-tiba. Untungnya demamku masih bisa diajak kerjasama jadi dengan tidur semalam, aku sudah sembuh dan bisa kembali ke kantor. Dengan begitu Juna juga nggak perlu lagi bikin orang repot dan fokus latihan. Begitu aku membalas untuk bertanya apa yang mau Juna antarkan, chat-ku hanya centang satu. Tampaknya dia offline.

Untuk konser besok, HypeMe akan mewawancarai anggota Beat Up di backstage nanti, hanya saja dari kesepakatan, hanya dua orang yang mewawancarai. Hal itulah yang kami bahas siang ini.

"Kamu mau, Sya?" tanya Mas Andra begitu kami berkumpul. "Sama Santi. Mereka kelihatannya lebih akrab sama kamu karena dari awal syuting seringnya bareng kamu."

Wawancara, dapat backstage pass dan tiket gratis. Bohong kalau aku bilang itu sama sekali nggak membuat kantungku yang seadanya ini tergiur. Juna bahkan sudah wanti-wanti supaya aku datang ke konsernya nanti.

"Nanti Asya nyasar lagi, Mas. Kayak waktu pertama kerja." Bang Jinan menyeletuk sambil cekikikan. "Gue aja deh. Kali ini gue mengajukan diri nih."

"Lo ada rencana apa dah? Tumben," komentar Niel. Mereka berdua biasanya tim pikul kamera, hanya saja Niel belakangan sering diambil tim sebelah untuk ikut membantu liputan-liputan berbau politik. Bu Yusri juga kelihatannya sudah siap memindahkan cowok itu untuk stay di tempatnya.

Pandangan Bang Jinan teralih padaku, alisnya naik turun. "Besok Asya dikasih libur aja, Mas Andra."

Aku terbelalak. Entah Bang Jinan mencoba menyindir karena aku sakit dan dia menggantikan tugasku, tapi dia berhasil meyakinkan Mas Andra hingga dia dan Mbak Santi yang mewawancara Beat Up secara eksklusif sementara aku, Maya, dan Niel ditugaskan membuat artikel sekaligus live report di luar, jadi nggak perlu menunggu sampai malam, karena perkiraannya konser baru selesai sekitar jam 11 atau 12. Itu jam-jamku rebahan.

Sebenarnya aku nggak begitu mempermasalahkan hal itu, karena kalau dipikir-pikir modus sambil kerja rasanya nggak pas juga—walaupun sesaat menggoda—hanya saja sikap Bang Jinan seharian ini aneh banget. Dia terus-terus tersenyum padaku pasca rapat dan berkali-kali bilang, "Gue baik, kan, Sya?"

Seakan nggak cukup kalimat tersebut dia ucapkan padaku sejak siang, begitu aku keluar dari kantor dan berniat makan di kafe depan bersama Maya sekaligus menunggu Juna karena dia bilang mau mampir, Bang Jinan ikutan nimbrung juga.

Beat Up (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang