21: Song of The Sun

1.4K 353 183
                                    

-9.

Hawa hawa bentar lagi ngampus, jadi dikejar dulu aja. Aku senang kelen rusuh 🌚

-

"Bisa nggak sih gue minta cuti terus ikut konsernya Beat Up aja? Youtube ini membunuhku!" Maya mendorong kursinya ke kubikelku, menunjukkan ponselnya padaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bisa nggak sih gue minta cuti terus ikut konsernya Beat Up aja? Youtube ini membunuhku!" Maya mendorong kursinya ke kubikelku, menunjukkan ponselnya padaku.

"Lo malah streaming. Kerjaan lo udah kelar emangnya?"

Maya nyengir. "Bentar lagi. Kepancing nih ada yang lewat di rekomendasi timeline gue. Ya Gusti, gue betulan pengin nonton langsung."

Aku cuma geleng-geleng. Sekarang belum jam istirahat, tapi kesibukan kami hari ini hanya menulis artikel dari liputan kemarin. Berbeda dengan Maya yang dapat rekomendasi, lebih dari belakangan ini aku dikasih update-an langsung oleh Juna soal konser mereka. Dalam waktu sesingkat itu, mereka sudah mengunjungi tiga kota: Manado, Medan, dan sekarang di Samarinda.

Tadi malam juga Juna mengabari soal konser mereka, sampai katanya dia dapat lemparan bra yang entah punya siapa, tapi harus tetap fokus pada drum ketimbang meneriakki fans. Memang punya penggemar tuh nggak gampang sih, yang otaknya miring pasti ada aja.

Harus kuakui, dari video amatir yang tersebar di social media, Juna memang lumayan. Atau, parah. Ganteng parah. Aku masih nggak paham kenapa berkeringat saat memukul drum justru kelihatan keren bukan main? Berkali-kali lipat dibanding waktu Juna keringatan setelah membantuku pindahan.

Selama chatting, Juna hanya mengirim foto lokasi konser, backstage, dan tempat-tempat yang menurutnya keren dan harus dipamerkan padaku.Tapi nggak ada satu pun fotonya. Semuanya kulihat dari media.

Mau minta juga, yah, untuk apa? Bisa-bisa aku dikira apaan kali.

"Asya."

Maya langsung meletakkan ponsel ke meja dengan posisi terbalik, pandangan kami sama-sama tertuju ke arah pintu. Mas Andra masuk, tersenyum kecil karena jelas-jelas sadar kelakuan Maya, tapi nggak menegur. Dia menghampiri kubikelku sambil meletakkan beberapa lembar kertas, salah satunya berisi nomor telepon.

"Sori nih, Sya, waktu makan siang kamu saya korup dulu 10 menitan boleh nggak?"

Mau potong waktu saja pakai minta izin begini. sungguh cowok idaman sekali mas-mas satu ini.

Aku mengangguk, nggak enak juga menolak. "Kenapa, Mas? Ada kerjaan?"

"Pak Suma berhasil kasih kita waktu buat wawancara sama anak Beat Up. Ada yang bisa dihubungin sekarang. Singkat aja, buat flash news. Nanti habis makan siang kamu langsung tulis artikelnya. Bisa?"

Aku mengerjap sejenak. Kalau hanya artikel pendek bisa-bisa saja kurasa. Kerjaan juga nggak banyak hari ini. "Wawancara gimana, Mas? Via chat?"

"Telepon aja, pakai punya kantor." Mas Andra memberi isyarat. "Kata Pak Suma anak Beat Up mintanya kalau bisa kamu yang wawancara."

"Aku wawancara mereka berempat?" tanyaku lagi.

Beat Up (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang