9: Between Drum and Guitar

1.9K 386 78
                                    

-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-

Untuk yang mengira bahwa tayangan di televisi atau di media manapun yang disediakan per hari itu hanya membutuhkan waktu recording hanya satu hari, ayo kita berantem dulu. Berantemnya tapi pake suit gunting-batu-kertas aja, ya?

Soalnya, sumpah, nggak segampang itu! Episode intro dari Days With Beat Up baru rilis kemarin setelah satu minggu melewati proses recording, editing, dan re-checking. Responsnya sama seperti yang diduga, melejit. Karena ditayangkan di televisi, rating channel juga bertambah. Tapi sewaktu aku iseng baca kolom komentar dari kanal Youtube redaksi, ternyata isinya banyak yang bikin gemas.

"Update-nya harian bisa nggak sih? Nggak sabar."

Oke, yang itu masih standar.

"Lagi dong lagi! Cepetan!"

Kru kami bukan Flash sih, ngerjainnya juga nggak pakai kecepatan cahaya. Tapi makasih deh buat antusiasmenya.

"Elah, masa harus nunggu seminggu sementara isinya nggak nyampe setengah jam? Cupu banget! Nggak usah bikin nunggu kalau gitu."

Yang kayak gini nih yang ngajak dibuat berantem banget.

Masalahnya, hanya karena satu episode saja aku harus bekerja berkali-kali, pergi ke berbagai tempat, bolak-balik dari redaksi ke kantor DropUs jadi makanan sehari-hari. Dan hari ini aku harus pergi lagi ke apartemen masing-masing anggota band. Aku kebagian mewawancara Taran.

Well, to be honest, this wasn't bad. Aku bisa lebih tahu soal Taran, dan jadi wartawan pertama yang mewawancara Taran langsung di kediamannya. Dari semua hal yang dunia liput, HypeMe jadi yang pertama wawancara langsung di kediaman pribadi juga membuat roum tour dari para anggota Beat Up, berhubung mereka masing-masing ternyata punya studio kecil di apartemen dan rumah masing-masing.

Aku juga nggak sendirian sih, ada Maya yang menemani sebagai pengawas juga beberapa kameramen. Secara teknis, ini nggak lebih dari pekerjaan. But the way Taran treated us makes me feel so comfortable. Tidak semua orang mau membiarkan orang-orang dari media masuk ke tempat pribadi, tapi Taran ini welcome banget, dia bahkan sampai menyuguhkan semua kru yang datang camilan dan minum. Dan dia yang menyiapkan itu semua.

If this isn't a what one fine husband material means, then I don't know what it is.

Taran juga sangat kooperatif, membuat sesi wawancara lancar begitu saja. Semuanya sudah selesai bahkan sebelum jam makan siang. Kami bisa lebih cepat kembali ke redaksi.

Setelah kurang lebih satu jam menikmati camilan yang Taran sediakan, kami pun mulai beres-beres. Tadinya Taran menawarkan kami untuk makan siang di apartemennya juga. Tinggal delivery, katanya. Tapi, yah, masa diiyakan? Nggak enak banget.

Selagi kru yang lain mengemasi barang-barang, lebih dulu aku permisi ke toilet. Tak lama keluar, aku bertemu lagi dengan Taran di dekat dispenser, baru selesai minum.

Beat Up (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang