"Kok lo kayak jin sih? Tiba-tiba muncul." Juna memicingkan matanya.
"Karena lo gosipin, jadi kepanggil gue." Taran mengendikkan bahu sambil menurunkan masker sampai ke dagunya, kepalanya kini beralih padaku kemudian tersenyum. "Halo. Kenalin, Taran."
Duh, ampun! Merinding dangdut! Manis banget senyumnya! Ini tangannya pakai ngajak salaman, nih? Aduh!
"Halo." Sebisa mungkin aku menahan diri untuk nggak gelagapan, menjabat tangan Taran. "Asya."
Mata Taran seperti memandangiku sesaat. "Ini seragamnya HypeMe, bukan?"
Aku mengangguk. "Iya, saya kerja di HypeMe."
"Ah," Taran manggut-manggut, "pantasan. Kemarin yang wawancara saya juga pakai seragam ini."
"Harusnya kemarin dia, Tar, cuman dia dikerjain seniornya."
Kepalaku langsung menoleh ke arah Juna, tapi Juna kelihatan tak peduli. ini anak buka aib orang segampang buka bungkus ciki!
Taran tertawa. "Ah, senior emang kelakuannya suka gitu. Sabar ya, Sya."
Disemangatin Taran gini aku jadi adem. Aduh, hidup ini ternyata nggak sial-sial amat, asal disemangatin Taran.
"Lo ngapain di sini deh, Tar?" Juna kembali bertanya.
"Gue habis dari Guardian, nyari obat sariawan. Pas parkir tadi di depan gue lihat mobil lo. Platnya sama lagi. Pas gue naik ternyata muka lo kelihatan di balkon," jelas Taran sambil menarik kursi dari meja yang kosong dan ikut duduk di meja kami. "Ini kentang siapa deh? Lo ya, Jun?"
"Siapa lagi?"
"Oh, ya udah kalau gitu." Dengan mudahnya Taran mengambil dua potong kentang, memasukkan ke dalam mulut. "Kalau punya Asya kan saya permisi dulu."
"Tai," umpat Juna, sementara Taran hanya cekikikan, sambil ikut memakan kentang milik Juna, kepalanya menoleh ke arahku.
"Jadi, Sya, udah berapa lama sama Juna?"
"Ah, anu. Saya sama Juna tuh cuman—"
"Dia teman SMA gue," justru Juna yang menyambung, dia menyeruput sodanya kemudian mengalihkan tatapannya padaku. "Tadi lo ngomongin Mas Ganesh, kan, Sya? Taran tuh sepupunya."
Aku kira betulan bakal dikenalin jadi pacarnya. Ternyata bohongnya memang hanya untuk Tante Mira, Ya?
Dih, kesannya malah kayak aku yang ngarep dikenalin jadi pacarnya Juna. Nggak sama sekali.
"Oh, ngomongin Ganesh toh?" Taran manggut-manggut. "Hari ini juga saya diajak Ganesh buat ikut premiere film barunya. Kamu mau nonton juga?"
"Mau wawancara," aku mengoreksi. "Kebetulan Mas Ganesh kasih tiket gratis, jadi kru kami bisa ikut nonton. Kata Mas Ganesh biar kami bisa ikut menilai juga."
"Ganesh banget," Taran terkekeh. "Mau berangkat kapan kamu? Mau bareng—"
"Dia kerja, bego, berangkatnya sama kru. Nggak bisa lo modusin," lagi-lagi Juna memotong, tatapannya ke Taran sangat tidak bersahabat.
Heran sendiri aku, kenapa deh ini Juna? PMS? Yang kayak Taran kan enaknya disenyumin, biar kita disenyumin balik.
"Gue cuman nanya sih." Taran geleng-geleng kepala. "Kalau ke sana berarti kita ketemu lagi dong ya, Sya?"
Aku hanya bisa senyum malu-malu. Kalau ketemu lagi, bakal bisa ngobrol bareng Taran kayak gini nggak?
"Ya udah sana, jin. Pergi, pergi." Juna mengibas-ngibaskan tangan kirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beat Up (✓)
Literatura Feminina[Random Chapters Removed - ebook available.] Asya sebenarnya antusias untuk liputan dan wawancara eksklusif pertamanya, terlebih dia diberi kesempatan untuk meliput Beat-Up, band yang lagi naik daun dengan empat personil ganteng. Sayangnya yang Asya...