Sebelum Juli abis, aku apdet ini due to banyak yang nyariin ehehe. Naskah lombaku juga udah selesai, jadi selagi nunggu hasil, aku balik aktif lagi.
-
Dulu adikku pernah bilang Google merupakan jalan pintar paling mudah dan cepat untuk menyelesaikan masalah. Kalau orang dulu punya dukun, anak zaman sekarang punya Si Mbah virtual yang satu itu.
Konyol? Yah, mungkin perumpamaan Hassan agak ngawur. Tapi nggak lebih konyol daripada apa yang kulakukan dengan mesin pencari itu sekarang.
Aku yakin siapa pun punya pengalaman mencari sesuatu yang konyol, mulai dari 'Cara Masak Indomie'—for your information, di belakang bungkusnya juga sudah tercantum—sampai mencari lirik lagu yang entah apa liriknya sementara yang terdengar di telinga hanya 'Tante, feel the Tante'.
Pencarian terakhirku di Google lewat laptop isinya: Cara Cepat Memaafkan Seseorang. Yang, serius deh, semua hasilnya nggak berhasil aku terapkan. Katanya disuruh menerima, berdamai, lalu move on.
Kenapa hasil pencariannya justru terkesan seperti saran yang dibutuhkan istri-istri tersakiti dalam sinetron? Aku sama Juna sama sekali tidak ada dalam hubungan seperti itu. Pada akhirnya aku hanya bisa diam, mengalihkan perhatian untuk tetap berfokus pada martabak, satu kacang dan kotak lainnya rasa ketan hitam, ketimbang presensi Juna yang terasa ganjal di kosanku.
Bohong namanya kalau aku mengaku bisa memaafkan Juna semudah itu. Bagaimanapun, aku masih kesal karena dibentak. Bukannya ketumpahan kopi itu kejadian menyenangkan, hanya saja menuduh dan berteriak begitu membuatku merasa seperti melakukan kesalahan fatal. Semua kesialan hari ini seperti menyentilku untuk meledak, menjadikan cowok satu ini sebagai umpan pelampiasan.
Tawaran itu rasanya menggiurkan, tapi jangankan marah, mengobrol pun tidak. Kami hanya diam di tempat sempit ini, sibuk mengunyah sementara aku membersihkan history pencarianku, menggantinya dengan deretan tutorial membetulkan ponsel rusak.
"Hape lo matinya gimana, Sya?" Juna akhirnya bersuara.
Aku agak kelabakan, tapi sebisa mungkin kutiru sikap santainya. "Yah, gitu. Mati total."
"Udah coba charge?"
"Udah tuh." Kutunjuk colokan di dekat meja. "Nyala sih, tapi pas dinyalain lagi, hapenya mati gitu. Cuma mamerin logo doang terus hitam lagi."
Juna memanggut, beranjak dari "Kayak gue dulu berarti. Gue lihat boleh?"
Aku memang mengangguk, hanya saja pertanyaan itu membuatku mengerjap beberapa kali sembari memerhatikannya. Telingaku yang salah atau dia minta izin tadi? Karena kalau iya, itu lebih mengherankan.
"Lo ada backup data, nggak?" tanya Juna lagi. Mendadak ekspresinya kelihatan serius, memegang dan meneliti ponselku seperti profesor dalam film-film yang memandangi tube eksperimennya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beat Up (✓)
ChickLit[Random Chapters Removed - ebook available.] Asya sebenarnya antusias untuk liputan dan wawancara eksklusif pertamanya, terlebih dia diberi kesempatan untuk meliput Beat-Up, band yang lagi naik daun dengan empat personil ganteng. Sayangnya yang Asya...