Panjang neh. Ramekan ya.
Biar aku nggak pundung kayak Juna 😏-
-
Ingatkan aku untuk nggak banyak-banyak buat dosa hari ini.
Aku belum siap untuk jadi orang jahanam yang auto masuk neraka hanya karena dosa yang bertumpuk lebih dari biasanya. Aku bukan orang bersih atau suci sih, tapi setidaknya aku lebih suka nabung uang—sekalipun aku payah dalam hal menabung—daripada nabung dosa dan kejahatan.
Karena sekarang, jatah dosa hari ini harus dialokasikan cukup pada satu titik. Pada skenario pacar bohongan yang harus aku mainkan bersama dengan Juna di hari ulang tahun Tante Mira.
Gila, ya, orang lagi ulang tahun malah ditipu? Aku yang bukan anaknya saja sudah merasa durhaka bukan main.
Aku jadi penasaran, sebetulnya apa sih yang ada dalam pikiran Juna sampai berbohong begini? Sekarang justru aku lebih mirip orang bego, sudah tahu salah, tapi masih dilakukan.
Tapi, oh, gimana caranya juga aku bisa mengakui kalau aku dan Juna ini nggak sama sekali pacaran ketika Tante Mira menyambutku dengan ekspresi cerianya, betul-betul mencerminkan bagaimana bahagianya dia hari ini?
Aku nggak tega. Sumpah!
Baru saja sampai dan masuk ke area halaman, Tante Mira sudah melangkah mendekat dan memelukku. "Asya, makasih banyak udah datang!"
Sesaat aku memandangi Juna yang ada di sampingku, tapi dia hanya mengendik santai.
"Selamat ulang tahun, Tante." Aku balik memeluk, sebisa mungkin menghilangkan rasa canggung dan bersalah yang membebani pundak.
Tante Mira mengurai pelukan dan Juna kemudian balik memeluk, mencium pipi sang Mama. "Selamat ulang tahun, Ma. Sehat terus, panjang umur."
"Iya, anak Mama. Makasih, ya."
Juna kemudian menyodorkan paperbag berwarna biru pastel. "Ini dari aku sama Asya."
"Duh, kalian milihin kadonya bareng nih? Spesial dong, ya?"
Aku cuma bisa menyengir, berusaha tidak mengeluarkan reaksi yang berlebihan. Kado itu sebetulnya sederhana, hanya satu paket sprei yang aku rasa bakal cocok sama selera Tante Mira—sebetulnya aku bayanginnya pakai selera Ibu sih—tapi untuk membeli hadiah itu saja aku sampai harus berdebat dulu sama Juna.
"Ngapain sih beli kado? Kan udah gue bilang, datang aja."
Ini anak durhaka banget sama orangtua, ya? Heran!
Tentu saja aku menolak. Masa iya cuma datang bawa tangan kosong?
Dan setelah beberapa sesi debat, Juna pun mengiyakan, dengan syarat dia juga mau ikut berpartisipasi, alias aku nggak dibolehin bayar sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beat Up (✓)
ChickLit[Random Chapters Removed - ebook available.] Asya sebenarnya antusias untuk liputan dan wawancara eksklusif pertamanya, terlebih dia diberi kesempatan untuk meliput Beat-Up, band yang lagi naik daun dengan empat personil ganteng. Sayangnya yang Asya...