19: You, Me, Us

1.5K 336 164
                                    

Tau kan ya di Instagram aku ngekode soal bab ini? 🌚

Bab kemarin kayaknya berantakan banget, so sworry. Pas mindahin cerita sebelah dari Ms. Word ke Wattpad juga hitungan words sama italic-nya suka nggak pas. Moga yang ini tidaks~

---

Setelah beberapa pekan terlibat dalam urusan Days With Beat Up, kembali ke rutinitas pekerjaan seperti biasa terasa sedikit ganjil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah beberapa pekan terlibat dalam urusan Days With Beat Up, kembali ke rutinitas pekerjaan seperti biasa terasa sedikit ganjil. Seperti pulang ke rumah yang sudah lama tidak dikunjungi.

Secara teknis aku nggak sepenuhnya bebas berhubung sesekali tim kreatif memanggilku untuk memastikan poin wawancara yang kulakukan sama seperti apa yang mereka rencanakan untuk diberikan ke tim editing. Dan dikarenakan dua minggu lalu kantor baru menerima beberapa anak magang, tugasku jadi sedikit lebih ringan. Sewaktu minta libur satu hari pun, Pak Sam dengan mudahnya mengiyakan. Entah karena alasanku yang bagus—memang betulan butuh libur untuk mengurus pindahan—atau Pak Sam memang sebaik itu. Pasalnya sejauh ini aku belum pernah kena marah.

Duh, amit-amit deh kalau sampai punya masalah dengan atasan. Dikerjain Mbak Santi di hari pertama saja sudah bikin jantungan.

Jadi dengan izin Pak Bos, hari ini aku libur. Dari pagi mobil pick up sudah datang untuk mengambil barang-barang yang kubereskan. Aku nggak tahu apa semua orang yang pindahan merasakan ini atau tidak, tapi begitu aku membereskan kosan yang kupikir tidak banyak perabot, tahu-tahu 6 kardus besar sudah terkumpul, belum ditambah lemari baju, meja kerja, kulkas, tempat tidur dan koper-koper pakaianku. Padahal aku jarang sekali membeli barang karena kosanku memang kecil.

"Neng, yang ini juga mau dibawa ke bawah?"

Salah satu petugas berdiri di dekat pintu, menunjuk satu kardus berukuran sedang yang kuletakkan di pojok luar. Tak jauh dari situ ada Cantik yang sibuk mengeong dan menggaruk telinga, entah mau cari muka ke petugas ini biar dikasih makanan atau menyimak kepindahanku.

Mungkin dia ikut mikir juga setelah aku pergi, siapa yang jadi pemasok makanan rutinnya.

"Ah, itu nanti biar saya bawa aja, Pak. Isinya hanya buku sama sama alat-alat makan kok," kataku. "Nanti biar saya bawa ke—"

"Nanti sama saya aja, Pak."

Suara lain bergabung ke dalam obrolan tanpa diminta, dan tahu-tahu satu cowok jangkung dengan hoodie abu-abu muncul di samping si petugas, menurunkan masker dari wajahnya.

"Juna? Ngapain?"

Seakan kehadirannya itu hal biasa, Juna merespons santai, "Kemarin lo bilang mau pindahan."

Aku mencoba mengingat-ingat sebentar. Aku memang hanya bilang mau pindah ke Pak Sam, tapi kalau tidak salah, kemarin Juna bertanya aku lagi ngapain, jadi aku bilang sedang sibuk mengemasi barang karena mau pindahan siangnya. Waktu di pulang dari Timezone pun aku sempat cerita mau pindah ke apartemen teman, tapi Juna hanya merespons dengan gumaman pendek.

Beat Up (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang