Kenapa kemarin tampak rusuh seqali kelen wkwk. Kalau begitu marilah kita push aja ini biar cepat tamat (biar habis itu bisa digantiin Jordan hasil rewrite). Mari countdown tamat. 🤞
-10
-
Menurut tulisan halaman bawah buku Sidu, experience is the best teacher.Aku tidak akan membantah, karena dengan membandingkan pengalaman, kita bisa lebih hati-hati dan belajar.
Masalahnya, gimana caranya belajar kalau pengalamannya sendiri nggak ada?
Mungkin semiris itu pengalaman percintaanku sampai nggak ada pembanding sama sekali yang bisa kutemukan. Well, sebelumnya Juna pernah menciumku, tapi jelas konteksnya berbeda dengan yang terjadi kemarin, kan?
Sumpah, aku sama sekali nggak tahu gimana caranya mencerna kejadian itu. Bahkan setelah Juna pulang, hari berganti, dan aku sama sekali nggak bertemu dengannya, isi kepalaku masih berantakan.
Masa iya aku harus pakai Googling untuk mencari tahu cara supaya nggak berdebar setelah dicium? Gosh! Memikirkannya saja membuatku merinding.
"Harusnya gue bawa air zamzam pesanan gue dari Bu Shinta, ya?"
Suara Bang Jinan membuatku menoleh. Dia duduk di hadapanku dan meletakkan piring ketoprak. Makan siang kali ini aku, dia, dan Maya sengaja makan di luar, nggak terlalu jauh dari redaksi sebenarnya. "Ngapain, Bang? Mau lo campurin di air minum?"
"Buat elo," celetuk Bang Jinan. "Kayak butuh dirukiah. Ya, kan, May?"
Maya geleng-geleng ke arahku. "Dari tadi lo ngelamun mulu perasaan. Ada masalah hidup apa sih, Ndoro?"
"Gajian masih lama, Sya. Jangan dipikirin terus," tambah Bang Jinan. "Apa jangan-jangan kesepian karena abang-abang ganteng nggak datang lagi ke kantor? Lagi kangen yang mana?"
"Berisik lo." Aku mendengus sebal, sementara Maya sudah tertawa di tempat. Mendengar ejekan Bang Jinan sekarang jadi lebih menyebalkan dibanding biasanya. Aku benar-benar nggak mau mendengar soal Juna sekarang. Kepalaku sudah penuh sama dia, nggak perlu lagi ditambahin lagi dari luar.
"Atau ada masalah sama tempat baru?" tanya Maya begitu tawanya mereda. Hari ini aku memang baru cerita kalau sudah pindah, karena sekarang aku bisa sampai lebih cepat ke redaksi. Alasan lainnya, karena aku sama sekali nggak bisa tidur dan bangun jam 4.
Aku menggeleng. "Nggak sih. Cuma capek aja karena pindahan."
"Lo pindahan emang pakai tenaga dalam ya, Sya?"
Ya Gusti, tolong tahan tangan ini supanya nggak menyiram si mulut ember ini dengan es teh milikku.
"Gue balik ajalah anjir, digangguin mulu," rutukku sebal. Bang Jinan langsung mengangkat tangannya sambil cekikikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beat Up (✓)
Chick-Lit[Random Chapters Removed - ebook available.] Asya sebenarnya antusias untuk liputan dan wawancara eksklusif pertamanya, terlebih dia diberi kesempatan untuk meliput Beat-Up, band yang lagi naik daun dengan empat personil ganteng. Sayangnya yang Asya...