4: Meet Mate

2.3K 400 138
                                    

Aku mau kasih tambahan dikit kalo HypeMe ini semacam VoA (terlalu elit sih) dan ini siara multimedia jadi ada di tv maupun internet. Targetnya anak muda dan Asya kerja di bagian entertainment. Basically dia jurnalis, tapi berdasarkan pengalaman temen aku yang pernah magang, di penyiaran dan media kayak gitu satu orang bisa multitasking, which dia pernah yang jadi jurnalis (nyari dan nyusun berita), dia yang jadi reporter, dan dia juga yang megang kamera. Hectic, sure. Nggak semuanya begitu kok, tapi kurang lebih pengalaman temenku ini jadi sedikit bagian dari keseharian Asya (walaupun ada Jinan buat jadi camera-person). Semoga infonya sedikit menerangkan~

 Semoga infonya sedikit menerangkan~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-

Hari pertamaku bekerja kemarin cukup gila.

Well, sangat amat gila sebenarnya. Tapi untungnya aku masih bisa bekerja. Pak Andra nggak memarahiku karena keteledoranku, dan Pak Samudra menyambut hangat hasil wawancaraku dengan Juna, bahkan sampai minta maaf karena aku ditinggal oleh Mbak Santi dan yang lain.

Tapi, itu nggak berakhir semulus yang aku bayangkan. Karena di saat aku pikir aku nggak akan berhubungan lagi sama Juna, Pak Samudra nampaknya nggak setuju dengan itu dan memintaku untuk menghubungi Juna kalau kita ada keperluan.

"Karena Juna teman kamu, bisa nggak liputan-liputan lain kamu coba contact dia untuk bantuin kita? Berita mereka termasuk salah satu yang bikin segmen entertainment kita rating-nya tinggi, pengunjungnya. Kalau kita bisa jadi yang paling update soal Beat Up, pasti bakal lebih naik lagi kita, Sya."

Tentu saja, aku nggak bisa menolak. Dan itu membuat taruhanku untuk nggak pernah menelepon Juna langsung hangus.

Saat mengantarku ke kosan kemarin, Juna meminta kami untuk bertukar nomor agar lebih gampang menghubungi. Juna bilang, "Lo bisa minta tolong ke gue kalau butuh sesuatu, dan gue bisa minta tolong hal yang sama barangkali nyokap gue—"

"Nah, lo bilang nyokap lo nggak akan ngapa-ngapain lagi?" aku menyalak.

"Buat jaga-jaga, Sya. Jangan kayak orang bego deh."

Yang bego di sini aku atau kamu, Jun?

"Nomor gue nggak usah disebar, ya." Juna mengingatkan.

"Dih, siapa yang mau nyebarin. Paling juga gue hapus," balasku cuek.

"Yakin nggak mau minta tolong?"

"Taruhan, nggak bakal." Aku menjawab yakin.

Waktu bilang itu, aku yakin banget Aku nggak mau membayangkan kegilaan-kegilaan yang mungkin terjadi kalau aku bertemu Juna lagi. Tapi kalau sudah begini, aku seperti menjilat sendiri.

Harusnya paling nggak aku minta tolong Juna untuk kasih kontaknya Taran aja kali, ya? Kan lebih enak kalau bisa dapat akses ngobrol sama Taran.

"Nih, lihat nih, baru hari kedua kerja udah segila ini lo sampai senyum-senyum sendiri ngelihatin hape?"

Beat Up (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang