28 - TAK BIASA

1.4K 71 3
                                    

Lantas, Dave menghela nafasnya berat. "Habisnya cowok yang kakinya gue patahin waktu itu, bikin gue cemburu."

Mendengar penuturan dari Dave yang sangat tak terduga ini, sontak Russel menjadi kaget. Bagaimana tidak, sebelumnya Dave tak pernah seperti ini. Russel bersumpah jika Dave takkan bisa merasakan cemburu, yang ada malah orang lain-lah yang iri dengannya, apalagi ini menyangkut masalah perempuan. Sejak dulu hingga saat ini, Dave tak pernah tertarik dengan kaum hawa.

Ah, mungkin saat ini adalah pengecualian. Buktinya Dave bisa juga merasakan cemburu.

"Padahal niat lo dari awal harusnya cuma manfaatin cewek itu aja."

Tatapan Dave berubah sendu. Sejak awal harusnya ia menuruti kata hatinya, menuruti nuraninya yang begitu bersih. Dave seharusnya tak mengutamakan ketamakan. Bagaimanapun, ia akan tetap menjadi pemuda pilihan. Ia akan selalu hormat dengan lawan jenisnya.

Sebenarnya Dave enggan memperalat Syana demi keuntungannya. Syana yang berpotensi besar untuk keberhasilan Dave dalam menaklukkan Marcell membuat Dave gelap mata. Sejak awal, harusnya Dave tak menebar tipuan. Hingga akhirnya, Dave hanya memanipulasi pikirannya sendiri. Niatnya mendekati Syana hanya untuk memperalat gadis itu, malah sekarang Dave jadi kepincut padanya.

"Persetan dengan niat awal gue. Tapi gue gak bisa bohongi perasaan gue," Dave berujar. "Gue juga gak tega nyakitin perempuan."

"Perempuan itu hanyalah makhluk rendahan, Dave. Buktinya, Ibu kita masing-masing pada ninggalin kita gara-gara kita ini miskin."

Kembali kilasan masa lalu terputar. Dave nasibnya juga tak jauh beda dari Russel, dia juga ditinggalkan oleh Ibunya yang menikah lagi dengan orang lain. Ayah kandung Dave juga sudah meninggal. Dave menjalani keterpuruannya seorang diri.

Suasana hati Dave mendadak murung. Dia benar-benar tak suka jika dirinya harus mengingat Ibunya. Dave memang sangat menghargai wanita, mungkin Ibunya adalah pengecualian. Derita yang ditorehkan oleh Ibunya membuat Dave kehilangan kebahagiaan masa kecilnya, hidup Dave selalu dalam tekanan. Ia sangat berterimakasih Tuhan mengirimkan seseorang yang menarik Dave keluar dari kepedihan hidup.

Tiba-tiba ponsel Dave berdering. Ia langsung mengangkat sambungan telepon.

"Iya, halo?.

"..."

"Hm."

"..."

"Oke.

Sambungan telepon pun ditutup oleh Dave, laki-laki memasukkan ponselnya ke dalam saku celana kemudian menatap Russel.

"Gue disuruh pulang."

Alis Russel terpaut. "Seriusan? Ini belom bel pulang, lho."

"Gue tau." Dave bangkit berdiri, namun Russel menahan tangannya dan berdecak.

"Lo bisa gak sih gak usah becanda di saat seperti ini?"

Dave diam, matanya memandangi tangan kirinya yang saat ini dipegang oleh Russel. Sejurus kemudian Dave menghempaskan tangan Russel.

"Bersikap normal bisa gak, sih? Au ah, gue cabut." Dave melengang pergi.

"Woi, tunggu dulu!" pekik Russel.

***

Entah apa yang membuat sikap Marcell benar-benar berubah, laki-laki itu kini berbeda dengan dirinya beberapa saat lalu. Marcell yang sedikit lebih hangat tadinya, kembali menjadi sosok dingin dan tegas sekarang. Tak berselang lama bel pulang berdering, Marcell langsung bangkit dan melangkah mennggunakan tongkatnya. Tindakannya kali ini membuat Syana menjadi lebih khawatir.

Sebagai seorang pelayan, Syana sadar jika dirinya harus ada di setiap Marcell membutuhkan bantuan. Syana tetap patuh dan tunduk kepada laki-laki itu, baik sebagai pelayan maupun sebagai seorang gadis yang menyukai Marcell dalam diam.

Tak lupa Syana membawa kursi roda Marcell, kemudian ia menyusul laki-laki itu.

Syana ingin bersuara, namun dirinya terlalu takut. Syana merasa jika mood Marcell sedang buruk sekarang.

Langkah Marcell yang sembrono membuatnya beberapa kali hampir terjatuh. Bodohnya, Marcell sama sekali tak peduli. Hanya satu hal yang membuatnya berpikir dari tadi,

Gue kok jadi perhatian sama nih cewek? Padahal gue gak pernah ada niat kek gitu, Marcell membatin.

Ya, sebenarnya sudah sedari tadi Marcell menyadari keanehan pada dirinya hari ini. Sejak pagi, Marcell hanya ingin bersama Syana. Bahkan dirinya juga marah ketika Dave menyentuh dan mendekati Syana. Marcell benar-benar heran.

Tiba-tiba Marcell berbalik, membuat Syana terpaksa menghentikan langkahnya. "Lo! Kenapa lo ganggu gue mulu?" Kali ini, nada suara Marcell terdengar frustasi.

Rasanya lucu. Marcell yang selalu menyuruh Syana berada di sampingnya, malah Syana yang dia salahkan.

Syana menunduk dalam. Rasa takutnya kembali muncul ketika Marcell menatapnya tajam seperti itu. "Ma-maafkan aku, Tuan."

"Gak usah sok polos deh lo. Sampai kapan pun gue gak bakal peduli sama lo!"

Syana hanya diam.

"Entah sihir apa yang lo lakuin, gue sama sekali gak ngerti. Kenapa rasanya aneh, kenapa dada gue bergetar."

Terdengar seperti curhatan, namun memang itulah sebenarnya. Tak biasanya Marcell mencurahkan isi hatinya, apalagi kepada gadis yang selalu dia rendahkan ini.

"Gue gak tau. Rasanya ada kupu-kupu yang bertebaran di dada gue."

BERSAMBUNG.

YOUNG BOSS [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang