Tekan bintangnya dulu!
Syana bergegas memasuki angkot ketika kendaraan legendaris itu berhenti, lalu dia masuk dan duduk di kursi penumpang.
Ini sudah mau jam enam sore, sedangkan Syana bilang pada bibi pelayan jika dirinya akan pulang sebelum sore. Syana memang hanya berpamitan untuk kerja paruh waktu kepada bibi pelayan saja, toh Ibunya pun hanya akan mengabaikannya saja meskipun dia terisak dengan keras sekalipun. Syana merasa jika Ibunya tak perlu tahu jika putri semata wayangnya itu bekerja.
Berkali-kali Syana melirik jam tangan usangnya. Dia benar-benar harus bergegas, jika tidak maka bibi pelayan akan marah.
"Belok kiri, Mang."
Sopir angkot itu melirik Syana dari pantulan kaca depan. "Duh, maaf, Neng. Mamang lurus dulu karena ini penumpangnya banyak yang tujuannya ke sana."
Wajah Syana terlihat sendu, namun ia kemudian tersenyum hangat. "Ya udah deh. Aku berhenti di sini aja."
"Eh? Beneran, Neng? Tunggu sebentar lagi lah, Mamang bakal ngebut nih."
"Gak apa-apa, Mang. Rumahku gak terlalu jauh."
"Oke deh."
Syana melangkah begitu selesai membayar tarif angkotnya, sejurus kemudian dia berlari. Suara krasak-krusuk dari toa masjid sudah terdengar, itu berarti jika adzan akan dikumandangkan tak lama lagi. Langkah kaki Syana semakin cepat, dia bahkan lari terbirit-birit.
"Gawat, ibadahnya para muslim udah gak lama lagi," gumam Syana di sela-sela lariannya.
"Tapi kenapa lo gelisah? Padahal lo itu non-muslim."
"He?" Buru-buru Syana mengambil posisi gerakan jurus silat ketika sebuah suara mengagetkannya.
Dave yang semula berlari mengiringi Syana, mendadak berhenti ketika gadis itu berhenti berlari, lantas Dave terbahak ketika melihat pose siaga Syana yang menggemaskan.
Syana menurunkan tangannya. "Loh, kamu kok ada di sini?"
"Gak wajar lho lo nanya begitu sama seseorang yang sedang menikmati fasilitas umum."
"Fa-fasilitas umum?"
Dave menyunggingkan senyum eloknya. "Jalanan adalah fasilitas umum," katanya.
"Ya, ta-tapi kok jalanan di sini?"
"Emang jalanan ini milik swasta?"
Syana terdiam. "Ah, aku harus cepat pulang."
Dave menahan tangan Syana ketika gadis itu hendak pergi. "Sebentar dong, gue rindu nih. Kita gak pernah jalan bareng sejak waktu itu."
"Ta-tapi aku gak bisa."
"Gak bisa apanya? Udah hayuk!" Dave menarik-narik pergelangan tangan Syana meski gadis itu enggan beranjak dari tempatnya.
Syana terlihat kewalahan mengimbangi tenaga Dave yang terlampau kuat, alhasil Syana pasrah saja dan mengikuti kemana Dave membawanya, wajah Syana terlihat lelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUNG BOSS [Tamat]
Teen FictionGadis cantik nan sederhana ini disukai oleh 2 gangster tampan! Gangster mana yang akan ia pilih? "Ikut gue! Bawa tas gue, jangan ngeluh capek, dan jangan lemot!" Kata-kata itu selalu membuat Syana bergetar takut. ====================================...