68 - BERTEMU LAGI

495 19 0
                                    

[Foto di atas adalah visualisasi Dave]

Marcell sebagai tokoh utama, harus pupus di tengah jalan sebelum mencapai ending. Semoga kalian gak bosen meski gaada Marcell. Dia 'kan psikopat😳

***

Mungkin ini adalah kesempatan bagus untuk kembali mendekati Syana. Bersama Syahrul, temannya yang kemarin merekomendasikan Syana untuk digebet, Affan menghampiri gadis itu.

Terang benderang sebenarnya di luar karena terik menyengat. Namun suasana kafe yang temaram ini membuat mata Affan dan Syahrul menyipit. Pandangan mereka berubah biru kehijauan sejenak sebelum akhirnya normal kembali.

"Boleh gabung?" Affan menarik kursi di depan Syana dan Nabila yang fokus menekuri laptop mereka masing-masing. Dia langsung duduk bahkan sebelum dua perempuan itu menyetujuinya. Disusul Syahrul yang ikut duduk dengan kikuk. Baru kali ini dia berinteraksi dengan gadis bule.

Seperti biasa, Syana tersenyum. "Kebetulan ketemu disini." Syana pasti takkan mengucapkan itu jika tahu kalau sebenarnya Affan menyengaja mencarinya hingga ke sini. Bukan kebetulan belaka.

"Temen lo, Na?" tanya Nabila.

Senyum Affan semakin merekah ketika Syana mengiyakan pertanyaan Nabila. Akhirnya, Affan sudah masuk tahap pertama. Dia masih harus memburu tahap selanjutnya; sahabat, teman tapi mesra, gebetan, pacaran, lalu...

"Kalian mau pesen minum?" Syana memecah khayalan Affan. Pria itu menyikut pelan lengan Syahrul yang gemetaran berhadapan dengan dua gadis cantik bersamaan.

"Kenapa?" tanya Syahrul berbisik kepada Affan.

"Lo gak lupa, 'kan?"

Syahrul berdecak. Dia beralih pada Syana yang menunggu jawabannya. Gugup kembali menyerbunya. "Pesen yang sama kayak kalian ini, deh," tunjuknya pada makanan milik Syana dan Nabila yang ada di atas meja. "Aku yang traktir kalian."

"Lho? Tiba-tiba banget." Nabila melepas kacamatanya. Dia memang hanya menggunakan kacamata saat sedang membaca saja. "Gak ada udang di balik batu, 'kan?"

"Jelas gak ada," sahut Affan cepat. "Syahrul memang tulus mentraktir kita." Sejujurnya bukan begitu jika saja Affan yang pemaksa ini tidak mengacam Syahrul dengan video dimana Syahrul dalam keadaan mabuk berciuman dengan seorang gadis untuk dilaporkan ke kedua orangtuanya. Ayah Syahrul adalah seorang polisi. Tentunya malapetaka akan terjadi bila Ayahnya yang tugasnya merazia orang lain yang mabuk, malah tak menyadari jika seharusnya anaknya sendiri juga harus dirazia. Lebih baik Syahrul menyisihkan sedikit uang jajannya untuk mentraktir Affan daripada teman liciknya itu melapor pada Ayahnya.

"Gak apa-apa, kok. Kami bayar sendiri aja," balas Syana. Tak enak juga ditraktir oleh orang yang tak begitu dia kenal.

"Gue sih terserah siapa yang mau bayar." Nabila sama sekali tak peduli Affan mau mentraktirnya atau tidak. Karena sejak awal, makanan dan minuman yang dipesannya ini sudah ditanggung oleh Syana.

Affan mengibaskan tangannya. "Udah, gak masalah. Temen gue yang traktir." Tak mungkin dia membiarkan gebetannya membayar dengan uangnya sendiri.

"Kalian satu jurusan?" tanya Affan setelah memesan makanan pada pelayan.

"Ya. Sekelas bahkan," jawab Nabila acuh.

"Sama dong. Gue sama Syahrul juga mahasiswa Kehutanan." Mungkin ini akan jadi ajang mak comblang yang sangat kompetitif. Syahrul menggebet Nabila, sedangkan Affan sendiri menggebet Syana. Siapa yang duluan jadian berarti dia yang terbaik. "Ngomong-ngomong, nama lo siapa?"

YOUNG BOSS [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang