[Foto di atas adalah visualisasi Diana Maxima]
***
Syana memasukkan kotak bekal ke dalam ransel Dave. Suaminya itu masih berada di ruang tamu bersama Hary. Pembahasan mereka pasti sangatlah penting, itu sebabnya Syana tidak ikut nimbrung.
Syana duduk di dekat meja makan bundar. Dia mengeluarkan ponselnya kemudian menelon Nabila yang sudah sebulan lebih tak mampir kemari. Syana juga tidak bisa menjenguknya, karena berbagai kesibukannya sebagai ibu rumah tangga.
"Halo, Na?"
"Halo, Nabila. Kamu apa kabar?"
"Etdah, semalem lo udah nanya itu ke gue. Paginya pun juga. Sesayang itu lo sama gue?"
"Jelas aku sayang lah." Syana terkekeh. "Kandungan kamu gimana?"
"Kandungan gue ya gini."
"Jangan bercanda, dong. Aku seriusan, nih!"
Terdengar gelak tawa Nabila. "Kandungan gue baik-baik aja, Na. Puji Tuhan. Belom gede juga sih, baru juga tujuh minggu."
"Baguslah. Yang terpenting, kamu harus jaga pola makan dan jangan sampai capek. Anu..."
"Anu kenapa, Na?"
"Anu... bapaknya anakmu...?"
Nabila kembali tergelak. "Udah gue temuin. Lo jangan khawatir. Hubungan kita deket, kok. Udah sering juga gue desak buat nikahin gue."
"Kamu gak terlalu memaksakan diri, 'kan?"
"Ya jelas gue maksain diri lah, Na. Gue gak mau anak gue brojol tanpa tau siapa bokapnya."
"Kalo kamu gak keberatan, mungkin aku bisa urusin masalah tentang laki-laki itu. Kamu gak boleh terlalu banyak pikiran."
"Makasih, Na. Gue maunya begitu, tapi khawatir entar lo yang malah keberatan."
Syana menggeleng meski Nabila tak dapat melihatnya. "Enggak, kok. Aku gak keberatan. Aku mau ngelakuin apa aja supaya pikiranmu gak terlalu terbebani."
"Gue terharu sama solidaritas lo itu. Makasih, tapi gak apa-apa, masalah gue biar gue yang urus. Lo itu hanya perlu berusaha bahagia."
"Aku akan bahagia kalau kamu juga bahagia."
Syana menunggu beberapa saat, namun Nabila belum menjawab perkataannya. Di sana juga terdengar gemerisik entah apa itu.
"Duh, sorry, Na. Gue ada urusan. Gue tutup, ya."
Syana memandang ponselnya. Nabila bahkan langsung menutup sambungan telepon tanpa menunggu jawaban Syana. Yang terpenting, Nabila sekarang baik-baik saja. Itu sudah lebih dari cukup bagi Syana.
Syana bangkit hendak menyiapkan air minum untuk Dave, namun suaminya itu sudah berdiri di ambang pintu. Syana dapat menangkap ekspresi tegang Dave yang langsung berubah menjadi datar. Sepertinya Dave banyak pikiran.
"Ada apa, Dave?" Syana menghampiri Dave dan mengambil alih ransel yang dibawanya. Perempuan itu membawa Dave ke meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUNG BOSS [Tamat]
Teen FictionGadis cantik nan sederhana ini disukai oleh 2 gangster tampan! Gangster mana yang akan ia pilih? "Ikut gue! Bawa tas gue, jangan ngeluh capek, dan jangan lemot!" Kata-kata itu selalu membuat Syana bergetar takut. ====================================...