"Udah, kalian vote aja. Capek juga bikin kata-kata bijak terus."
-Dave Maxime paling ganteng-
[Foto di atas adalah visualisasi Marcell]
***
"Lo... gak kontrol?"
Marcell meletakkan cangkir kopi miliknya ke atas meja setelah menyesapnya. Bertemu dengan Dave merupakan kebetulan yang tidak terduga. Apalagi di tempat seperti ini.
"Sekarang jadwal kontrol gue gak seketat dulu. Sekarang 'kan gue udah jauh lebih baik, gak sering kumat-kumatan kek dulu." Marcell memandangi anak-anak yang berlarian tanpa beban. Seulas senyum terbit di wajah pucatnya. "Gue juga perlu interaksi sama mereka."
Dave tertawa getir mendengarnya. Nada keputus-asaan begitu terasa di setiap kalimat yang Marcell lontarkan. Sepandai apapun Marcell menyimpan kesedihannya, Dave yang luar biasa sensitif ini dapat mendeteksinya dengan begitu mudah. Marcell bodoh jika menganggap Dave tak paham dengan suasana hatinya saat ini. Itu salah, Dave sangatlah paham. Jika tidak, mana mungkin Dave rela menghampiri Marcell.
Sebetulnya, pertemuan mereka ini tidaklah benar-benar karena unsur ketidaksengajaan, sebab Dave memang berniat datang ke sini dan menghampiri Marcell, hanya saja Marcell yamg tidak mengetahui.
"Sekian bulan berlalu, perubahannya signifikan banget, ya? Kentara banget." Dave ikut memandangi anak-anak tersebut. "Kenyataan tentang lo jauh lebih mengejutkan."
"Gue harap lo jadi baik ke gue bukan karena 'itu'." Marcell balik menatap Dave.
"Jelas bukan. Gue emang seharusnya berlaku baik gitu ke lo dari dulu. Masa SMA adalah tempat penampung kelabilan, kejadian dulu yang terjadi di antara kita biarkan berlalu. Seiring waktu berjalan, kita otomatis mendewasakan diri, salah satunya adalah dengan berdamai sama orang yang ada konflik dengan kita."
"Lo kok jadi bijak gini sih?" ucap Marcell lalu terkekeh pelan.
"Emang dari dulu sih."
"Tapi narsis lo tetap kelewatan."
"Itu juga udah ada sejak dulu."
Keduanya tengah duduk di teras sebuah panti asuhan. Bisa dibilang panti asuhan sebab tempat ini menjadi tampat untuk menampung anak-anak terlantar. Bedanya, panti ini adalah sebuah yayasan amal nirlaba yang menyediakan hunian bagi anak-anak yatim piatu yang mengidap penyakit kanker. Sudah tiga bulan lebih Marcell berpartisipasi sebagai donatur di panti ini. Marcell juga menghabiskan banyak waktunya untuk mengurus dan menghibur anak-anak.
"Lo masih inget gak Cell kalo kaki lo dulu pernah gue patahin?"
"Gak usah diinget lagi mah," balas Marcell sambil tertawa kecil. "Waktu itu gue lagi salting makanya gak fokus ngelawan lo."
"Salting? Emang ada Syana di lapangan basket waktu itu?"
Marcell mengangkat sekilas bahunya. "Gak tau juga." Marcell tidak terlalu ingat apakah Syana juga ada di sana ketika dirinya 'battle' dengan Dave waktu itu.
"Ya kenapa lo salting kalo lo gak tau?"
Keduanya lantas terbahak.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUNG BOSS [Tamat]
Teen FictionGadis cantik nan sederhana ini disukai oleh 2 gangster tampan! Gangster mana yang akan ia pilih? "Ikut gue! Bawa tas gue, jangan ngeluh capek, dan jangan lemot!" Kata-kata itu selalu membuat Syana bergetar takut. ====================================...