4. Mengusik

18.2K 1.6K 47
                                    


"Aaa!" terdengar pekikan keras dari arah kamar.

Rangga mengangkat bahu cuek, hal yang sudah ia perkirakan akan terjadi. Pasti Cinta sudah sadar dengan keadaan tubuhnya yang polos tanpa sehelai benang di balik selimut. Satu tangan Rangga kembali sibuk mengeringkan rambutnya yang masih basah dengan handuk, satu tangan lainnya sibuk memakan cemilan.

Rangga mulai berhitung Satu, dua, tiga...

"Mas Rangga..." panggil Cinta, suara gadis itu kecil nyaris tak terdengar.

"Hmm?" jawab Rangga, pria itu menoleh dan menghela napas lega karena Cinta telah kembali berpakaian lengkap.

Cinta mematung, darahnya berdesir melihat rambut Rangga yang setengah basah. Bulunya meremang, otaknya bekerja mencari jawaban akan alasan Rangga yang mandi tengah malam begini, tubuhnya yang tadi telanjang dan Rangga yang baru saja mandi. Apa tadi dia dan Rangga... Cinta mendesah kecewa. Entah karena melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan atau kecewa karena tidak bisa ingat bagaimana rasanya.

"Sebelum kamu nuduh saya, saya berani sumpah kalau saya gak ngapa ngapain kamu." ucap Rangga dengan nada tegas, ucapannya memutus segala hal yang bahkan belum dimulai.
"Kamu sendiri yang buka pakaian kamu. Seharusnya kamu tahu kalau kamu gak kuat minum. Alkohol berefek mengerikan di kamu..." sambungnya datar.

Rangga berkata jujur, akal sehatnya masih bekerja dengan baik dan dia patut bangga akan hal itu. Saat tadi kembali ke kamar tempat Cinta berada, dia mendapati Cinta yang tengah tertidur tanpa sehelai benangpun di atas ranjang. Dengan susah payah dia menahan akal busuknya dan menyelimuti gadis itu agar tidak masuk angin. Setelahnya dia langsung pergi meninggalkan rumah, mencari angin untuk menyegarkan fikiran sebelum kembali lagi.

Cinta diam mematung. Gadis itu terlihat linglung, bingung akan apa yang harus dia lakukan. Keheningan gadis itu menghasilkan pertanyaan lainnya dari Rangga, "Cinta, halo? Kamu gak percaya saya?"

"Kamu tenang, Cinta. Saya gak tertarik sama perempuan seusia kamu ." lanjut Rangga dingin. Tiga detik kemudian Rangga menyesali ucapannya dan hendak berdiri menghampiri Cinta, ada tatapan terluka dari mata gadis itu. Rangga hendak mendekat bukan untuk memeluk atau menenangkan gadis itu, diapun belum memikirkan apa yang akan dilakukan nanti. Meskipun sudah banyak tatapan terluka yang dia terima dari berbagai wanita, tetapi mata milik gadis itu berbeda..seperti...entahlah, Rangga menertawakan dirinya. Dia tidak pernah merasa tertarik pada wanita secepat ini. Pasti itu hanya efek dari hasil melihat tubuh gadis itu, batinnya. Dia hanya pria normal. Pria normal, ulangnya meyakinkan.

Tanpa satu kalimatpun, Cinta melangkah jauh. Gadis itu berjalan ke arah Trish yang sedang tertidur, mengangkat anjing itu lalu melangkahkan kakinya meninggalkan rumah Rangga secepat yang ia bisa. Rasa kesal memenuhi dirinya. Tindakan pria itu benar, tapi entah kenapa ucapannya malah terasa menyakitkan. Perempuan seusia dirinya? Apa yang salah dengan itu. Cinta merutuk keras. Padahal seharusnya dia berterimakasih karena Rangga dengan baik hati menjaga dirinya yang tidak sadarkan diri, bukannya malah mengutuk kalimat terakhir pria itu.

———

"Mbak, Kalau ada laki laki yang lihat perempuan telanjang tapi gak di apa apain itu gimana sih?" ucap Cinta pada sepupunya Anggi sambil berjongkok memperhatikan muffin cake yang sedang dia panggang.

Anggi bersandar pada meja dapur, "Jawabannya ya diantara perempuan itu gak menggairahkan atau laki lakinya terlalu baik." ucapnya sambil berfikir," Tapi hari gini mana ada laki laki kayak gitu." sambung Anggi skeptis.
Cinta menghela napas,"Berarti aku gak menggairahkan, mbak?" tanyanya lesu.

Anggi memukul kepala Cinta dengan spatula yang tergantung,"Astaga! Jadi yang kamu bicarain ini tuh kamu!" pekiknya kesal sambil melayangkan cubitan kecil ke lengan Cinta.

Ada Apa Dengan Rangga ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang