Mata Rangga menyipit akibat sinar matahari yang menyilaukan. Pria itu meregangkan badan setelah tertidur dengan posisi tidak nyaman semalaman.Saat beralih ke kursi penumpang, betapa terkejutnya dia saat mendapati kursi kosong di sebelah. Dengan panik, Rangga segera menghidupkan mesin mobil dan langsung menuju villa.
"Cinta mana?" tanya Rangga pada Arya dan yang lain. Mereka sudah terlihat rapi hendak bersiap pulang.
"Lu yang dari mana! Bisa bisanya ketiduran dan baru balik jam segini. Kita udah nunggu lama." jawab Arya yang mendengus kesal.
Tidak perduli dengan omelan Arya, Rangga melesak masuk ke dalam villa kemudian mengecek seluruh isi ruangan, ia keluar kembali setelah tidak menemukan keberadaan Cinta."Cinta mana?" tanyanya lagi.
Arya menghela napas, "Dia balik duluan dijemput temennya. Katanya ada acara keluarga." pria itu kemudian bersedekap dan bersandar pada mobil, "Lu gak aneh anehin dia, kan?" tanyanya penuh selidik.
Tidak ingin menjawab apapun, Rangga membuang wajah. Efek sudah terlalu lama bekerja bersama membuat mereka sudah saling mengenal, Arya pasti sudah bisa menebak ada yang tidak beres diantara Rangga dan Cinta.
Rangga berjalan ke mobil. Dia duduk di kursi penumpang menunggu yang lain dengan penuh khawatir. Sadar betul kalau Cinta sedang menghindar dan bahkan marah atas kelakuan bejatnya.
Satu satunya hal yang bisa Rangga lakukan hanyalah menunjukkan pada Cinta kalau setiap ucapannya malam tadi bukan sekedar bualan, bukan bentuk rayuan murahan karena berhasil mendapatkan gadis itu seutuhnya.
Dalam hati pria itu berjanji akan melakukan apapun, asal Cinta tidak menjauh dan menghilang. Rasanya akan lebih baik jika dimusuhi dan dibenci saja.
———-
"Masih sakit." ucap Arya tiba tiba sambil menepuk pelan pundak Rangga yang tampak memandangi meja Cinta yang kosong.
Rangga menghela napas lalu berbalik. Sudah empat hari Cinta tidak masuk. Walaupun kabar sakitnya gadis itu semakin membuat Rangga uring uringan, tetapi setidaknya dia lega karena hanya menerima izin sakit yang diperpanjang. Bukan kabar kalau gadis itu mengajukan resign.
Pria itu berputar kembali ke arah Arya, "Temenin ngopi." ajaknya.
Arya mendengus, "Boleh, tapi naikin jabatan ya." candanya.
Rangga tertawa lalu memiting leher Arya sambil mengajak temannya itu berjalan menuju coffe shop di seberang kantor.
Di coffe shop, Rangga sibuk memandangi kopi dan ponselnya bergantian.
"Kayak ABG labil aja lu." ejek Arya.
Dengan wajah kesal, Rangga meraih gumpalan tisu lalu melemparkannya ke Arya,"Sialan lu." umpatnya.
Bukannya kesal, Arya malah terbahak. Menyaksikan Rangga uring uringan bisa dibilang sebagai hal langka. Entah kapan terakhir dia melihat pria dihadapannya itu terganggu karena urusan percintaan. Rasanya sangat menyenangkan, biasanya pria itu hanya akan uring uringan seputar masalah konser ataupun festival.
Walaupun Rangga belum bercerita apapun, namun Arya yakin kalau yang sedang dihadapi Rangga itu memang urusan percintaan. "Nggak dibales?" selidik Arya.
Rangga menatap ponselnya lagi, ia tersenyum masam lalu menggeleng.
Cinta kamu gak apa?
Saya mau ketemu, bisa?
Hari ini saya dapat kabar kamu sakit, cepat sembuh dan istirahat yang bener. Kalau udah enakan, Tolong hubungi saya.
Cinta...
KAMU SEDANG MEMBACA
Ada Apa Dengan Rangga ?
عاطفيةRangga tidak mau berkomitmen. Hidupnya sudah cukup sempurna kok. Perusahaan promotor musiknya sukses, perempuan perempuan juga pada nempel. Apalagi yang kurang? Cinta suka kantor barunya. Apalagi yang punya kantor, Mas Rangga. Ganteng, dewasa, pokok...