"Masuk, Ta." ajak Arya dari balik kemudi dengan jendela mobil yang terbuka."Ini kita beneran gak perlu turun minta izin dulu?" tanya Loli yang mendongakkan kepala dari kursi penumpang. Di sampingnya ada Bia yang tengah sibuk merapikan rambut, serta ada Gugun dan Zaki yang tidur di kursi paling belakang.
Cinta membuka pintu dan duduk di belakang Rangga yang berada di samping Arya."Gak perlu mbak. Mama dan papa lagi gak di rumah, masih ada acara di luar. Tadi udah di hubungin kok."
Mereka akan pergi ke hutan pinus untuk menenuhi undangan pernikahan Gigi yang diselenggarakan disana. Seisi kantor diundang dan juga telah berangkat dengan mobil lain.
Tidak ada yang tahu kalau saat ini Rangga sedang mati matian menahan diri untuk tidak menghadap ke belakang dan menatap Cinta. Gadis yang telah membuatnya gusar, bocah ingusan yang telah mengganggu ketenangannya.
Kalau bukan karena Cinta, Rangga akan memilih untuk menyetir mobilnya sendiri. Tidak ikut menumpang di mobil antik Arya yang sudah tidak terhitung lagi berapa kali mogoknya. Hanya demi semobil dengan Cinta, menghabiskan waktu perjalanan dengan gadis itu. Setidaknya dia bisa mendengarkan tawa gadis itu dari kursi depan. Mereka sudah terlalu berjarak, dan Rangga tidak suka. Sangat tidak suka.
"AC lu rusak?" tanya Rangga yang merasa gerah sambil mengibas kerah baju. "Iya nih, gerah banget di belakang." timpal Bia sambil mengusap keringat.
Arya menjulurkan tangan, mengarahkan telapak tangannya ke AC. "Emang kurang dingin ya." ungkapnya setuju. Dia memutar tombol AC, menaikkan hingga ke level maksimum. "Gimana udah dingin?" sambungnya. Semua penumpang berseru setuju.
Beruntung mobil antik Arya tidak membuat ulah. Kurang lebih tiga jam, sampailah mereka di villa yang masih dalam satu kawasan lokasi pernikahan Gigi. Tanpa beristirahat lama mereka langsung bersiap untuk menuju acara.
Dari arah tangga, Cinta turun mengenakan dress full brokat selutut dengan model sabrina. Paduan pas yang memperlihatkan bahu indahnya. Cantik, sangat cantik.
Sampai di depan pintu, Arya bersiul menggoda Cinta yang terlihat sangat berbeda dari penampilan sehari harinya. "Cantik banget, Ta." pujinya.
"Masa sih, mas?" ucap Cinta yang kurang nyaman. Gadis itu menyilangkan tangan mengusap usap bahunya, merasa dingin.
Rangga dan yang lain keluar dari villa lalu menatap Cinta yang terlihat cantik, walaupun sebenarnya gadis itu memang selalu cantik. Bahkan tanpa perlu susah susah mengenakan apapun, seperti malam itu.. di rumahnya... Rangga menggeleng kasar, berusaha menyadarkan diri dari lamunannya yan kotor.
Sambil berjalan kaki ke lokasi pesta yang masih satu kawasan dengan villa, Cinta terus mengusap usap bahunya yang terkena udara khas puncak. Udara itu menyebarkan dingin ke seluruh tubuhnya.
Rangga yang berjalan di belakang, memperhatikan gerak gerik tidak nyaman dari Cinta. Gadis itu terlihat kedinginan. Lagipula, siapa yang tidak akan kedinginan jika mengenakan pakaian terbuka seperti itu di dataran tinggi begini? Rangga menghembuskan napas, ia melepaskan jas semi formalnya, menyisakan kaos polos lengan panjang dengan kerah tinggi. Dengan cepat Rangga menyampirkan jas itu pada Cinta, menutupi pundak terbuka gadis itu.
Cinta tertegun, bukan hanya tubuhnya yang merasa lebih hangat. Hatinya juga ikut menghangat. Oh tidak, jangan perasaan itu lagi. Dia sudah bertekad untuk menyerah. Saat dia hendak membuka mulut menyampaikan keberatannya atas jas Rangga, pria itu berlalu begitu saja. Tidak menoleh sedikitpun, membuat Cinta makin gusar. Sebetulnya pria itu ikhlas atau tidak meminjamkan jasnya...
"Makasih, mas. Jasnya dipinjem dulu." hanya itu yang bisa dia ucapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ada Apa Dengan Rangga ?
RomanceRangga tidak mau berkomitmen. Hidupnya sudah cukup sempurna kok. Perusahaan promotor musiknya sukses, perempuan perempuan juga pada nempel. Apalagi yang kurang? Cinta suka kantor barunya. Apalagi yang punya kantor, Mas Rangga. Ganteng, dewasa, pokok...