5. Memar

17.9K 1.6K 39
                                        


Hari ini, suasana kantor mencekam. Rangga sedang dalam mood yang buruk. Ada sedikit kendala di konser semalam, Rania penyanyi cilik pendatang baru yang disiapkan sebagai opener terpaksa tidak bisa tampil dan merusak rundown acara. Beruntung karena keprofesionalan tim yang sudah menyediakan plan B, konser tetap berjalan lancar. Namun ketidak sempurnaan itu tetap mengganggu Rangga.

"Saya mau minta pertanggung jawaban kalian!" teriak seorang perempuan yang usianya sudah tidak muda lagi. Perempuan itu tiba tiba masuk membuat keributan.

Karyawan berkumpul. Muncul Arya yang mengenali perempuan tersebut. Perempuan itu adalah manajer sekaligus ibu dari Rania, penyanyi cilik yang tadi malam harus dilarikan ke rumah sakit.
"Tenang Mbak, tenang. Kita bisa bicarakan baik baik. Mari Mbak." bujuk Arya sambil merangkul ibu tersebut mengarahkan ke ruangan yang lebih tenang.

Dengan kasar ibu itu menepis tangan Arya,"Tenang kamu bilang? Anak saya hampir mati karena ada dari kalian yang gak becus! Padahal sayakan sudah bilang kalau Rania itu alergi kacang!" teriaknya penuh amarah.

"Gak ada yang kasih Rania kacang Mbak, semua makanan yang ada di ruang tunggu bebas dari kacang." balas Arya tenang.

Si ibu semakin menggebu,"Bohong kamu! Dokternya yang bilang sendiri! Asal kamu tahu, anak saya kesulitan bernapas semalaman!"

"Mbak, kita bisa bicarakan di ruangan saya." ajak Rangga yang tiba tiba muncul disela keributan.

"Enggak! Saya mau ketemu sama anak buah kamu yang ngeracunin anak saya! Setelah itu baru kita bicara!" tolak ibu itu keras kepala.

"Siapa yang standby di ruang tunggu Rania?" tanya Rangga dingin, menyebarkan efek yang mencekam pada kerumunan.

Dengan penuh ketakutan, Cinta maju diantara kerumunan. "Saya, Mas." ucapnya pelan.

Plak!
Si ibu mendaratkan satu tamparan di wajah Cinta. Semuanya terkejut, Arya langsung menahan tangan si ibu ketika tangannya mulai naik ke udara hendak melayangkan tamparan berikutnya.

Cinta menunduk memengangi pipinya yang merah, bersembunyi di balik tubuh Arya. Gadis itu terkejut, air matanya sudah menggenang. Perlakuan kasar yang tidak pernah dia terima sebelumnya

"Kurang ajar kamu! Sini kamu! Berani beraninya kamu ngeracunin anak saya!" maki ibu tersebut makin bringas. Dia memajukan tubuhnya seakan hendak menerkam Cinta yang terpaksa membuat Rangga dan Arya menahan gerakan ibu tersebut.

"Kalau mbak gak bisa diajak bicara baik baik. Saya terpaksa ngusir mbak dari sini, mbak bisa kesini lagi disaat udah tenang."  tawar Rangga tegas dengan sedikit ancaman. Rahang pria itu mengeras, kesalahan memang ada pada timnya namun tingkah ibu itu sudah keterlaluan.

Si Ibu akhirnya berhenti meronta ronta. Rangga dan Arya melepaskan pegangan mereka. Rangga berjalan menuju ruangannya dengan si ibu yang mengikuti dari belakang. Rangga melewati Cinta yang memandangnya dengan tatapan sendu sambil memegang pipinya yang memar, namun Rangga malah membalas tatapan itu dengan dingin dan berlalu begitu saja.

———

"Nih." kata Arya yang menghampiri Cinta yang tengah menangis di tangga darurat. Satu tangannya menjulur memberikan air minum pada Cinta, sedangkan satu tangan lagi memegang kotak obat.

Cinta yang membenamkan wajahnya pada lututnya yang tertekuk hanya menggeleng.

"Minum dulu, Ta. Biar tenang." bujuk Arya lagi. Cinta masih diam dan terus terisak.

Arya mendudukkan dirinya di satu anak tangga lebih rendah dari Cinta.
"Kamu masih enak cuma di tampar, Ta. Saya pernah masuk rumah sakit habis dipukulin bodyguard gara gara makanan yang penyanyinya pesen pake bebek impor bukannya bebek lokal." desahnya sebal mengingat kejadian kelam itu.

Ada Apa Dengan Rangga ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang