Rangga dan Disty sedang menyantap makan malam sambil sesekali membahas
soal pekerjaan. Disty menahannya pulang dengan alasan dengan alasan terlalu banyak makanan kalau hanya untuk dirinya dan Cinta, sedangkan suaminya masih di luar kota.Akhirnya yang ditunggu tiba, Cinta sudah terlihat segar sehabis mandi. Rambut gadis itu masih setengah basah. Dia menarik kursi di sebelah ibunya.
"Ya ampun Ta. Keringin rambut dulu yang bener kenapa?" ujar Disty sambil menggeleng geleng melihat putrinya.
"Udah keburu laper, ma." jawab Cinta ringan. Ia segera meletakkan makanan di piring.
Disty menoleh pada Rangga, "Maaf ya Rangga. Si Cinta emang slebor banget."
"Nggak apa mbak. Daripada malah sakit karena telat makan." sahut Rangga cepat dan tidak keberatan. Dia menoleh ke arah Cinta yang sedang tersenyum lebar sambil mengibaskan rambut. Gadis itu merasa senang karena dibela.
Disty menyipit menatap Rangga dan Cinta bergantian. "Udah baikan?" tanyanya. "Cepet banget." imbuhnya sambil mencibir.
Tidak ambil pusing, Cinta mengangkat bahu ringan lalu mulai memakan makanannya. Sedangkan Rangga hanya tersenyum sambil mengusap tengkuk.
Setelah makan malam, Rangga pamit pulang pada Disty. Cinta mengantarkan Rangga hingga sampai ke mobil.
Rangga masuk mobil lalu menghidupkan mesin, ia menurunkan jendela "Besok mau saya jemput?" tanyanya lembut.
Cinta berpikir sebentar, kemudian dia teringat akan sesuatu, "Gak usah mas. Balik dari kantor besok udah ada janji. Repot kalau gak bawa kendaraan."
Rangga menaikkan alis,"Janji sama siapa?"
"Tian." jawab Cinta singkat.
Tian.. Rangga mengulang nama yang terdengar tidak asing itu. Beberapa detik kemudian akhirnya dia ingat. Jadi Cinta ada janji dengan teman lelakinya yang suka peluk peluk dan cium cium itu? Seketika Rangga merasa tidak suka. "Mau ngapain?" tanyanya dengan nada ketus.
Cinta mengetuk ngetukkan jari telunjuk di dagu, berfikir. "Nonton, makan, jalan.. Ya ngapain aja."
"Batalin aja." ucap Rangga tanpa berpikir panjang. Sungguh dia menyesali ucapannya sendiri. Dia benar benar terdengar seperti lelaki pencemburu.
Kening cinta berkerut, "Loh, kok?" tanyanya heran.
"Ben udah kangen sama kamu." alasan Rangga asal. Tidak ada pilihan alasan lain. Semoga Cinta tidak menganggap aneh.
Wajah Cinta langsung cerah ketika mendengar Ben. Dia juga sama merindukan Ben si anjing lucu. Cintapun berfikir kembali, "Besokkan jumat. Saya kesananya sabtu ya, mas?"
Rangga menghela napas. Sepenting apa janji Cinta dengan si Tian itu? "Gak bisa besok aja?" tanga Rangga penuh harap.
"Sayakan udah ada janji duluan, mas." Cinta berkata mantap. Dia tidak suka membatalkan janji begitu saja.
"Tapikan Ben kangen sama kamu." lagi lagi Rangga menggunakan Ben sebagai alasan. Dan sepertinya berhasil, Cinta tampak tengah berpikir ulang.
Setelah benar benar menimbang, Cinta kembali menjawab, "Ben bisa nunggu, dan saya gak bisa batalin janji sama Tian mas."
Rangga memalingkan wajah dengan kesal, si Tian itu sangat penting rupanya. "Terserah kamu. Saya balik." kata Rangga dingin sambil menaikkan jendela mobil.
Cinta mundur selangkah melihat Rangga yang tiba tiba menaikkan jendela. Keningnya berkerut samar. Apa apaan pria itu? Baru tadi bersikap manis sekarang sudah menyebalkan lagi, batinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ada Apa Dengan Rangga ?
RomanceRangga tidak mau berkomitmen. Hidupnya sudah cukup sempurna kok. Perusahaan promotor musiknya sukses, perempuan perempuan juga pada nempel. Apalagi yang kurang? Cinta suka kantor barunya. Apalagi yang punya kantor, Mas Rangga. Ganteng, dewasa, pokok...