"Lho? Katanya mau dijemput?" tanya Rangga yang kaget melihat Cinta sudah berdiri di depan pintu rumah.
Cinta masuk begitu saja tanpa dipersilahkan. "Udah kangen banget sama Ben." ucapnya sambil melewati Rangga yang mencebik kesal.
"Ben!" seru Cinta, Ben berlari kecil ke arahnya. Cinta berjongkok dan memeluk Ben yang terlihat sama bahagianya sambil menggoyang goyangkan ekor. Cinta sampai terduduk karena Ben yang terlalu antusias menjilat jilati wajahnya, membuat Cinta tertawa kegelian.
"Don't! Ben! Noooo!" seru Rangga berlebihan. Dia memeluk Cinta posesif, satu tangannya mengibas ibas agar Ben menjauh dari Cinta.
Setelah Ben mundur sedikit akibat tingkah berlebihan Rangga. Rangga meletakkan kedua tangannya pada pipi Cinta sambil mengusap usap untuk menghapus jejak jejak jilatan Ben tadi. "Aku aja belum! Enak aja si Ben!" gerutunya sambil terus menggosok pelan. Ah, dia benar benar sedang cemburu dengan seekor anjing..
Cinta bahkan tidak bisa tertawa karena bibirnya menjadi manyun akibat Rangga yang terlalu menekan kedua pipinya.
"She's mine, Ben! She's mine!" gerutu Rangga lagi. Tangannya masih sibuk di wajah Cinta.
Merasa Rangga terlalu berlebihan, Cinta menggerak gerakkan tubuhnya berusaha melepaskan diri dari pelukan Rangga. "Lama lama pipiku bisa copot maass." gumamnya.
Rangga mendengus kesal karena Cinta malah menjauh dan dengan cepat beralih pada Ben lagi. Gadis itu bahkan tidak peduli saat Rangga berdiri meninggalkan mereka.
Sebelum benar benar berbalik, Rangga makin merasa kesal karena Ben yang terlihat mengoloknya. Anjing besar itu seperti sedang memanas manasi dengan menggosok gosokkan kepala pada Cinta sambil terus memandangi Rangga penuh kemenangan. Anjing dan pacar yang kejam, gerutu Rangga dalam hati. Pria itu berjalan lemas menuju kamar.
Tiga puluh menit kemudian, Rangga yang sudah berpakaian rapi keluar dari kamar. Pria itu melenggang begitu saja melewati Cinta yang masih sibuk dengan Ben.
Dia tidak bisa menahan senyum saat menangkap bayangan Cinta yang beralih memperhatikannya.
"Mas Rangga mau kemana?" tanya Cinta penasaran. Rangga sudah sangat tampan. Ralat, pria itu memang selalu tampan, hanya saja tidak perlu setampan itu kalau cuma di rumah.
"Belanja." jawab Rangga singkat. Jawaban singkat yang di buat buat. Nyatanya, pria itu sedang bersorak kegirangan dalam hati. Akhirnya Cinta menganggap keberadaannya selain Ben.
Cinta berdiri dan mendekati Rangga. "Belanja apa? Dimana?" tanyanya bawel.
"Isi Kulkas. Supermarket." jawab Rangga lagi seadanya. Ia terus menyusuri seisi rumah karena sibuk mencari kunci mobil.
Dari belakang, Cinta terus mengekori langkah Rangga, "Aku ikuuut." pintanya. Namun Rangga diam saja dan terus berjalan di depan.
Rangga berhenti, mengambil kunci mobil yang ternyata berada di rak sepatu. Padahal seingatnya benda itu dia letakkan di meja dekat televisi.
Teringat dengan ucapan Cinta yang belum ia tanggapi, Rangga berbalik dan menyilangkan tangan. "Katanya mau main sama Ben." cibirnya.
Tidak peduli dengan sindiran Rangga, Cinta mencoba tersenyum semanis mungkin. Tangannya menarik narik kecil ujung jaket Rangga, "Ya tapi ikuut." pintanya lagi.
"Kamuu..." ucap Rangga tidak bisa menahan rasa gemasnya. Ia segera meraih tangan Cinta, menautkan jari jemari mereka.
Cinta tersenyum lalu ikut mengalungkan lengan yang satunya pada lengan Rangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ada Apa Dengan Rangga ?
Storie d'amoreRangga tidak mau berkomitmen. Hidupnya sudah cukup sempurna kok. Perusahaan promotor musiknya sukses, perempuan perempuan juga pada nempel. Apalagi yang kurang? Cinta suka kantor barunya. Apalagi yang punya kantor, Mas Rangga. Ganteng, dewasa, pokok...