0:3

400 62 3
                                    

Suasana makan malam terasa sangat hening. Tak ada pembicaraan apapun, Jieun hanya menyatap makanan yang dimasak oleh nyonya Kwon dengan lahap. Sedangkan Jiyong dan adiknya Jennie hanya makan dalam diam. Perlu diketahui, Jennie adik Jiyong sifatnya sebelas duabelas dengan kakaknya. Kaku, serius, dingin tak ada ekspreksi atau datar lebih tepatnya, namun sama pintar dan rajin. Bicara juga seadanya. Pantas saja nyonya Kwon dengan senang hati menerima Jieun karena Jieun notabaenya anak yang tak mau diam, cerewet dan menyenangkan.

Tentang sifat Jieun, Sera sudah mengetahui dari putranya yang sering sekali pulang mengeluh dengan kelakuhan salah satu siswi disekolah yaitu Lee Jieun. Dan setelah mendengar penjelasan dari ayah Jieun, Sera jadi semakin paham dan mengerti.

"Bi, masakannya enak sekali. Bibi bisa masak sejak kapan?" tanya Jieun yang mencomot ayam yang hendak di ambil Jiyong. Jiyong menghela nafasnya kasar.

"Eum.. Seusia Jieun mungkin. Terima kasih Jieun sudah memuji masakan bibi, tidak seperti putra-putri Bibi" Sera tersenyum manis kepada Jieun seraya melirik kedua anaknya yang hanya diam dan datar.

"Tentu saja bi. Aku heran dulu bibi mengidam apa sampai mereka berdua diam seperti batu es. Huh." jawab Jieun menatap Jiyong sengit sedangkan Sera malah terkekeh pelan.

/Tak/

Sendok Jiyong mendarat mulus di kepala Jieun membuat sang empu mengaduh dan melotot, "Sakit sialan." maki Jieun pelan. Tidak mungkin juga dia mengumpat keras karena ada Sera. Tapi Sera mendengarnya hanya tersenyum diam.

"Jaga omonganmu, dia ibuku." ujar Jiyong tak acuh dengan Jieun yang masih melotot tajam.

"Ya! siapa yang tidak tahu jika bibi Sera ibumu. Memang kenyataan kau diam seperti patung yang berjalan. Galak dan tidak asik. Ck dasar."

Jiyong kini balas menatap tajam Jieun, "Apa kau bilang patung?"

"Iya kau patung berjalan."

"Dasar urakan." balas Jiyong tak mau kalah.

"Kau yang urakan. Kasar, galak."

"Kau yang bar-bar!"

"Memang. Dari pada kau jelek."

"Yak!!"

"Apa-apa? Huh? Tidak terima? Kau merasa kau tampan. Heh jangan bermimpi, orang yang bilang kau tampan berarti rabun." ujar Jieun diakhiri dengan menjulurkan lidahnya mengejek.


"Yak! Kau pikir kau cantik apa? Kau tidak ada apa-apanya, seperti triplek berjalan. Sekali terpa angin langsung terbang." giliran Jiyong yang tersenyum mengejek.

"Yak! Jangan hina fisikku!"

"Berkacalah siapa yang memulai!"

"Kau-"

"Sudah-sudah. Astaga kalian ini." potong Sera memisah keributan diantara mereka berdua. Jiyong dan Jieun hanya mendengkus masih saling melempar tatapan sengit pada akhirnya Jiyong memilih meninggalkan ruang makan.

"Cih. Dasar menyebalkan." gumam Jieun masih melototi Jiyong yang naik menuju kamarnya.

Pada akhirnya Jieun menghela nafas, dia tak bisa membayangkan kedepannya bagaimana tinggal bersama es batu itu jika awal saja sudah begini astaga. Semoga Jieun tidak darah tinggi. Sepertinya Sera dan Jennie akan lebih betah dirumah karena rumah yang tadinya dingin menjadi sedikit ricuh akibat kedatangan Jieun.

[ABOUT THE TIME] °FinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang