Beberapa saat lalu, Matthew memilih asik mengobrol dengan Jean meninggalkan mereka berdua yang berdiri berdampingan menatap lurus para pembalap yang sebentar lagi mulai. Hanya diam diantara mereka, sama-sama tak peduli. Namun penasaran juga. Mengapa bisa seorang ketua osis yang paling disegani para guru dan siswa datang ke pertandingan balap liar seperti ini? Dan bagaimana bisa rumah yang susah untuk bisa kabur itu bisa dilewati wanita itu? Kira-kira begitulah pertanyaan yang hinggap di pikiran mereka masing-masing.
Jiyong berdehem, "Ekhem.. Kau keluar dari mana?" tanya Jiyong memulai percakapan meski dengan nada tak bersahabat. Jieun melirik sejenak, "Rahasia. Kau sendiri?"
"Bukan urusanmu juga." ucap Jiyong sama-sama dingin. Jieun mengangguk membenarkan, menyesal dia bertanya.
"Pokoknya jika salah satu kita terkena masalah dengan ayah ibu. Itu urusan masing-masing. Tidak ada sangkut pautnya." ucap Jiyong lagi.
"Baik. Tidak masalah." ucap Jieun enteng, toh peduli sekali dengan masalah. Dia sudah biasa.
"Oke awas saja jika--"
Wiuwww wiuwww wiuww
Mata Jiyong dan Jieun sama-sama melebar ketika terdengar sebuah sirine polisi yang sedikit hampir dekat kearah mereka.
"Sial polisi." umpat Jieun yang mulai panik, begitu juga dengan Jiyong yang malah berdiri mematung.
Mau tak mau Jieun langsung menarik Jiyong untuk kabur dari situ, banyak anak yang berlarian untuk kabur dari situ termasuk Jean dan Matthew entah kemana perginya. Yang jelas Jiyong dan Jieun kini melarikan diri dari kejaran polisi yang mencoba menangkap mereka.
Dengan sekuat tenaga mereka berlari menghindari polisi, awalnya Jieun menarik Jiyong namun di tengah jalan Jiyong gantian menarik Jieun berlari entah kemana. Mereka harus melarikan diri yang jelas.
Serasa sudah jauh mereka memilih masuk ke dalam toserba 24 jam untuk menetralkan nafas mereka. Duduk di tempat di dekat kaca yang telah di sediakan. Jiyong memilih membeli minuman untuk mereka berdua, meski tatapan kasir menatap heran ke mereka namun kasir hanya diam tak peduli lagi urusan mereka.
Setelah membayar Jiyong ikut duduk di samping Jieun yang masih menetralkan nafasnya, dia terlihat sedikit gusar dengan ponselnya.
"Hei. Jean tidak menjawab panggilanku." ucap Jieun gusar, dia mencoba berulang kali menelepon sahabatnya tapi tidak diangkat.
Jiyong mengeluarkan ponselnya, mencoba menghubungi Matthew. Jika salah satu diantara mereka tertangkap polisi akan runyam. Apalagi Matthew juga orang nya sangat ceroboh. Beberapa saat telepon Jiyong terhubung dengan Matthew.
"Oh. Kau dimana?" tanya Jiyong ketika Matthew mengangkat telepon darinya.
"Aku.. Hah.. Aku ada di gang yang dulu kita sering kesini."
"Aman, 'kan?" tanya Jiyong sedikit khawatir.
"Iya."
"Syukurlah. Kau bersama Jean tidak?"
"Iya dia di sampingku. Tidak usah khawatir."
Jiyong mengangguk, "Langsung pulang setelah ini."
"Ya ya ya.. Aku mengantarkan tuan putri dulu. Bye."
Jiyong menghela nafas, "Jean aman, dia bersama Matthew."
"Hufttt syukurlah." ucap Jieun lega.
"Sekarang aku tidak akan menanyaimu macam-macam. Tapi jika lain kali terjadi lagi, awas saja kau." tegas Jiyong kini beranjak keluar toko berniat untuk pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ABOUT THE TIME] °Fin
Teen FictionSemua tentang waktu bagaimana kita mengenal satu sama lain dengan baik. Menunjukkan sisi berbeda tidak seperti yang sering kita pentaskan dalam panggung. Mungkin terdengar picisan namun inilah kita. Hanya aku dan kamu. Start on : January 20th, 2020 ...