0:0 [L A S T]

609 61 13
                                    

Double and lasttt!!!
.
.

Kwon Jiyong beberapa kali menghela nafas berat menatap punggung wanita yang tengah duduk bersandar di balkon rumahnya. Perasaannya benar-benar aneh ketika dia mendengar bahwa Lee Jieun akan pindah dari rumahnya. Dan mungkin pindah negara juga. Rasanya baru saja ia ingin dekat dengan wanita itu tiba-tiba langsung akan berpisah.

Berkali kali ia menyadarkan dirinya, tetap saja Jiyong kehilangan moodnya. Bahkan beberapa hari setelah kabar itu, sekedar menyapa Jieun saja tidak. Jiyong kembali diam sangat diam. Bicara seperlunya. Setiap ibunya tanya perkembangan pengalihan hak asuh , atau tentang dirinya bersama Dara, Jiyong langsung pergi. Pokoknya Jiyong kehilangan moodnya bahkan sekedar berbicara. Disekolahpun dia marah-marah setiap tugas OSIS tidak ada yang benar. Benar-benar seperti singa mengamuk.

Kwon Jiyong akhirnya memutuskan untuk menghampiri Jieun yang masih duduk menikmati angin malam di balkon rumahnya. Dengan tangan kanannya kini menenteng selimut.

Lantas setelah sampai dibelakang Jieun, ia langsung melemparkan selimutnya di kepala Jieun membuat sang empu melotot dan mencebik sebal. Sedangkan Jiyong pura-pura tak peduli duduk di kursi sampingnya.

"Tumben kau baik." cibir Jieun pelan kini memakai selimutnya dengan tersenyum senang.

"Memang aku selalu baik. Kau saja yang tidak tahu." jawab Jiyong ikut menatap lurus pemandangan didepannya.

"Cih... Kenapa kau akhir-akhir ini? Sepertinya moodmu tidak baik. Seperti orang pms." tanya Jieun pada Jiyong, tapi Jiyong hanya diam tanpa berniat menjawab.

"Oh.. Karena aku mau pindah yaa.." goda Jieun sambari tersenyum mengejek.

Jiyong melirik dengan ekspresi datar, "Aku malah bersyukur kau cepat pindah. Akhirnya aku tidak kerepotan lagi berhadapan dengan anak nakal." ucap Jiyong.

"Ya ya aku paham. Mana mungkin kau sedih karena aku pergi."

"Ngomong-omong jaga temanku ya... Jean sepertinya akan sedih aku pergi. Pastikan Jean punya teman, itu saja." pesan Jieun. Mendadak perasaan Jiyong berubah kesal, kenapa Jieun seperti tidak ingin berjumpa lagi dengannya. Tapi lagi-lagi Jiyong hanya diam.

"Oh ya soal mimpimu..."

Jiyong menoleh kearah Jieun yang kini tengah tersenyum menatap langit, "Perjuangkan... Jangan sia-siakan. Meski paman dan bibi tidak boleh, jadilah Jiyong yang sedikit bandel dengan memegang teguh keinginanmu. Hanya buktikan."

Jiyong tampak berfikir dalam, meski wanita di sampingnya itu kadang tidak waras, tapi ia tidak ingin menyanggah sedikitpun kata-kata Jieun. Dan mungkin itu akan menjadi sebuah kekuatan untuk Jiyong kelak.

----

Hari ini, hari dimana Jieun dan Dara, ibu Jieun yang baru akan terbang ke Perancis. Mereka berdua ingin memulai hidup baru yang lebih baik, dan baik untuk perkembangan Jieun. Karena Dara juga masih melajang setelah suaminya meninggal tanpa meninggalkan anak, ia benar-benar senang sekarang ada seseorang yang menemaninya. Banyak keluarganya di Perancis sehingga tidak kesusahan untuk hidup disana.

"Jieun... Jangan lupa telepon bibi ya. Pokoknya harus sering mengabari bibi." ucap Sera kembali memeluk Jieun untuk kesekian kalinya. Mereka sudah dibandara sekarang dan 20 menit lagi Pesawat akan terbang.

"Tentu bibi. Jieun akan telepon bibi sesering mungkin." ucap Jieun memeluk Sera lalu melepaskannya.

"Hati-hati nak. Sekolah yang benar ya." pesan Tuan Kwon kini juga gantian memeluk Jieun lalu melepaskan tak lupa menepuk kepala Jieun pelan.

[ABOUT THE TIME] °FinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang