2:5

464 54 6
                                    

Lee Jieun dan Kwon Jiyong, dua manusia itu tengah saling duduk berhadapan menatap tajam seakan jarak di antara keduanya ada sengatan listrik. Jika mereka berdua masih betah seperti itu maka Matthew dan Jenni malah asik menikmati pizza yang di beli kedua orang tua mereka.

"Kalian tidak ingin makan pizza nya?" tanya Matthew menaikkan salah satu alisnya.

"Makanlah!!" seru mereka bersamaan membuat Jenni tersedak saat mendengarnya, bergegas Matthew menepuk-nepuk pinggung Jenni. Hingga mereka berdua memilih membuang muka dan memakan pizza nya.

"Ahh harusnya ibu melihat adegan live nya. Sayang sekali malah ayah yang melihat." seru ibuny girang dari dapur membawa sebuah nampan berisi buah-buahan dan makanan ringan.

10 menit yang lalu...

"JIEUN JIYONG APA YANG KALIAN LAKUKAN?!"

Jiyong dan Jieun langsung menoleh kearah sumber suara. Dilihatnya Ayah Jiyong tengah berdiri di depan pintu dengan ekspresi kaget bukan main. Jieun dan Jiyong melihat satu sama lain, baru mereka tersadar jika posisi mereka membuat orang salah paham jika melihatnya. Pasalnya, Jieun tengah duduk di atas perut Jiyong dan tangannya sedang menggapai bantal di belakang Jiyong.

Jiyong yang tersadar langsung menyingkirkan Jieun dengan semena-mena hingga dirinya terjembab ke lantai.

"Yah, ini tidak seperti yang ayah pikirkan!!" seru Jiyong yang berdiri untuk menjelaskan kepada ayahnya. Begitu pula Jieun yang mengabaikan rasa sakit di pantatnya langsung berdiri dan mengangguk.

Ayah Jiyong melemparkan buku yang dibawanya menghampiri mereka dan langsung menjewer mereka keluar kamar.

"Aduh paman, sakit.. Ampunn astaga paman."

"Yah... Telingaku kebas." begitulah kegaduhan yang terjadi ketika Tuan dan Nyonya Kwon baru saja pulang.

Begitulah kejadian sepuluh menit yang lalu, mereka berdua kepergok sedang entah apa, intinya Ayahnya melihat posisi mereka ambigu. Niat awal Ayahnya ke kamar Jiyong adalah memberikan buku titipannya malah melihat putranya bersama Jieun, ah pokoknya seperti itu. Alhasil mereka berdua di jewer keras turun ke lantai bawah.

Jangan di tanya Matthew dengan kerasnya tertawa terpingkal, namun malah kena imbas juga karena tidak mengawasi mereka. Sebenarnya ayah Jiyong harusnya takut jika Jieun di apa-apakan oleh mereka berdua tapi melihat tadi ayah Jiyong malah lebih takut jika Jiyong di apa-apakan oleh Jieun.

Dan itu mengingatkan Ayahnya pada seseorang.

Astaga melantur saja.

"Ibu sudah cukup tadi itu-"

"Yaya ibu percaya Jiyong." potong ibunya cepat namun masih dengan senyum jahatnya.

Jiyong memutar matanya malas, "Berhenti tersenyum seperti itu ibu! Menakutkan!"

Ibunya malah terbahak, astaga ibunya jadi ingin kembali ke masa remaja. Lucu, Jiyong mirip sekali dengan ayahnya. Rajin, tegas, bijaksana dan lumayan kaku. Mengingat masa-masa kuliah mengingat juga kelakuan ibunya yang mungkin "bar-bar" juga.

"Bibi, temanku mau ikut liburan boleh tidak?" tanya Jieun dengan Sera, ibu Jiyong.

"Siapa? Ahhhhh.. Temanmu yang itu?"

Jieun mengangguk cepat, Sera tersenyum lebar matanya melirik Matthew yang juga menatapnya harap-harap cemas.

"Boleh tentu saja sayang."

"Yes!! terima kasih bibi, aku menyayangimu." ucap Jieun memeluk Sera senang. Sera juga melihat Matthew berseru senang pula hanya saja seseorang menergokinya.

[ABOUT THE TIME] °FinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang