Mereka berdua akhirnya memilih es krim yang katanya kesukaan Jiyong sambari memilih beberapa cemilan.
"Kak Ji? Bukannya kak Jiyong menyuruh hanya beli es krim saja? Dan uangnya suruh mengembalikan?" tanya Jennie ketika melihat beberapa makanan ringan ada di keranjangnya.
Jieun mengrenyit, " Jiyong selalu seperti itu?"
"Huh?"
Jieun menatap Jennie, "Maksudku selalu disiplin begitu? Jika ini harus ini."
Jennie mengangguk, "Kak Jiyong memang orang yang perfeksionis. Dan seperti itu tapi dia baik kok."
"Hmm begitu, hei sekali kali kau tidak harus mengikuti peraturannya. Lagipula itu malah membuatmu terikat. Tapi tidak papa sih, yang penting jangan sepertiku. Sekali-kali jajan minta uang kakakmu biar dia tidak begitu pelit."
Jennie tersenyum mengangguk mendegar kata-kata Jieun. Ia merasa lebih senang dengan kehadiran Jieun. Ada teman mengobrol sesama wanita.
"Kau sudah memilih?"
"Sudah."
Akhirnya mereka berdua membayar ke kasir, Jieun dan Jennie tertawa ketika mereka membayangkan bagaimana ekspresi Jiyong hanya mendapatkan kembalian dua uang logam 10 sen. Astaga itu cukup menggelikan.
Mereka berdua kini masih duduk di depan supermarket dengan memakan es krim yang tadi mereka beli. Jieun yang melihat Jennie kesulitan membukanpun akhirnya membukakan. Astaga dia kenapa menjadi baik sekali.
"Jieun?" panggil seorang pria tersenyum lebar, wajahnya lumayan maskulin dan ya bisa di bilang tampan. Kulitnya sedikit gelap.
"Kai? Sedang apa kau kemari?"
Kai tertawa, "Hei harus nya aku yang bertanya seperti itu. Kenapa kau bisa ada disini? Dan bersama--"
"Terserah diriku ini kan tempat umum. Hei kau tidak menonton boxing?" tanya Jieun mengalihkan perhatian Kai yang sedang mengamati Jennie dengan senyum lebarnya.
"YA! Jangan macam-macam dengan adikku!" bentak Jieun membuat Kai tersadar, Kai tertawa menanggapi perkataan Jieun.
"Tidak Jieun santai saja oke. Ngomong-ngomong dia siapa?" tanya Kai kembali menatap Jennie yang menunduk.
"Dia adikku sudahlah! Jangan menatapnya seperti itu, kau ingin aku colok matamu?"
"Adik? Sejak kapan kau punya adik secantik ini? Kau kan hanya punya saudara kembar." Tiba-tiba Kai mengacak surai Jennie pelan. Astaga Kai sangat gemas. Berbeda dengan Jieun yang langsung menggeplak belakang kepala Kai keras hingga sang empu mengaduh.
"Yak! Kau kasar sekali! Hei aku jamin adikmu itu tidak sudi mempunyai kakak bar-bar sepertimu." ucap Kai seraya mengusap kepalanya.
"Aku bilang jangan macam-macam sialan. Dasar buaya sialan." maki Jieun pada Kai yang hanya menghela nafas kasar, tenang saja Kai sudah hafal dengan tabiat wanita di depannya itu.
Jieun menggandeng Jennie, " Ku beritahu. Jika kau bertemu pria semacam ini langsung tendang saja barangnya. Pria semacam dia itu kurang ajar." ucap Jieun terang-terangan membuat Kai melotot tak percaya.
"Sialan. Jangan racuni pikiran adikmu, dia masih kecil."
"Hei itu namanya teknik pertahanan diri dari pria buaya sepertimu. Sudahlah susah bicara dengan buaya sepertimu. Ayo ninie!" ajak Jieun langsung menggandeng Jennie pergi meninggalkan Kai yang uring-uringan tidak terima dengan perkataan Jieun.
Astaga ada-ada saja.
"Ninie?" panggil Jieun pada Jennie ketika melihat Jennie diam saja sejak bertemu Kai.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ABOUT THE TIME] °Fin
Teen FictionSemua tentang waktu bagaimana kita mengenal satu sama lain dengan baik. Menunjukkan sisi berbeda tidak seperti yang sering kita pentaskan dalam panggung. Mungkin terdengar picisan namun inilah kita. Hanya aku dan kamu. Start on : January 20th, 2020 ...