2:3

538 55 12
                                    

Gak tahu cerita ini bakal panjang atau enggak , yang jelas...

Happy reading!!!

--

Lee Eunji wanita itu sedari tadi tersenyum senang setelah kepulangan dari rumah Kwon Jiyong, bahkan temannya Park Yuna pun sampai menggelengkan kepalanya tak mengerti dengan tingkah Eunji.

"Lee Eunji sadarlah." ujar Yuna kini ikut tiduran di samping Eunji.

Semenjak Eunji tinggal di apartemen Jieun, Yuna sering sekali datang untuk menemani Eunji. Yuna adalah teman dekat Eunji dari SMP. Jadi dia tahu segala sesuatu tentang keluarga Eunji. Ia juga hafal dengan sifat Eunji, yang jelas Yuna adalah sahabat Eunji.

"Jangan menyukai kak Jiyong." ucap Yuna membuat Eunji langsung berhenti tersenyum dan menatap Yuna tak mengerti.

Yuna melirik Eunji dan menghela nafas, "Kau tahu tingkahmu saat ini terlihat seperti orang jatuh cinta."

"Hah.. Apa maksudmu? Yang benar saja."

"Eunji kau tidak lelah apa terus-terusan begini? Kau tidak kasihan apa dengan Jieun?"

"Apa maksudmu Yuna? Aku tidak menyukai Kak Jiyong, lalu apa hubungannya dengan Jieun?"

Yuna menbuang nafasnya, "Kau tidak perlu kujelaskan sudah tahu betul. Aku hanya heran kenapa kau begitu membenci Jieun hingga seperti ini."

Wajah Eunji berubah kesal pasalnya temannya itu tiba-tiba saja menyeret-nyeret nama Jieun membuat mood nya buruk.

"Aku tadi lihat Jieun dengan Jin Young. Aku hanya ingin bilang, jika nanti.. Jika nanti kau menyukai kak Jiyong, jangan pernah lakukan hal yang sama dengan Jin Young." ucap Yuna memperingatkan.

"Ada apa denganmu Yuna? Kau kenapa tiba-tiba seperti ini?!"

"Aku kasihan dengan Jieun, kau tahu--"

"Untuk apa dia di kasihani!! Dia sudah merebut semuanya dariku!! Sudahlah, aku memintaku disini untuk menemaniku, bukan untuk membahas si berandalan itu."

Pada akhirnya Yuna hanya menghela nafas, ya harusnya ia tak usah ikut campur dengan urusannya. Tapi ya sudahlah, dia tidak ada hak untuk itu.

---

Pria dengan telanjang dada itu membuang nafas kasar berulang kali. Waktunya terganggu karena kedatangan wanita yang tiba-tiba masuk dan langsung tidur di ranjangnya setelah membuat satu rumah khawatir. Dan dengan seenaknya menyelonong masuk ke kamarnya begitu saja.

"Hei Lee Jieun, sana tidur di kamarmu. Aku juga ingin istirahat." Lee Jieun tidak mengubris perkataan pria itu yang berulang-ulang ia katakan. Dia lelah.

"Setidaknya kau mandi dulu! Aku tidak mau tempat tidurku bau." pria itu lantas menarik-narik tangan Jieun untuk bangun dari tempat tidurnya.

"Tidak mau Matthew, aku mengantuk." ucap Jieun mencoba mempertahankan dirinya agar tak tertarik.

Matthew melepaskan tangannya dengan menghentakkan sedikit kasar. Ia antara kesal dan iba bercampur menjadi satu, berbeda dengan wanita itu malah kembali memeluk guling dengan nyaman.

"Astaga benar-benar." dumal Matthew akhirnya ia memilih untuk memakai kaos putih polosnya, duduk di karpet bulu dan bermain game di ponselnya. Tapi ia tak benar-benar fokus ke game, pikirannya melayang-layang. Ia benar-benar penasaran dengan yang akhir-akhir ini mengganggu pikirannya.

"Jieun..." panggil Matthew sesaat mematikan gamenya.

"Hmb.."

"Seberapa dekat kau dengan Jin Young?" tanya Matthew dengan penasaran.

"Sebatas mantan."

"Aku tidak yakin." timpal Matthew cepat. Lee Jieun dengan mata masih terpejam mendengkus mendengar perkataan Matthew barusan.

"Kau tahu tidak Yoon Jin Young itu siapa?" tanya Matthew membuat Jieun berdecak malas. Sebenarnya apa maksud Matthew, kenapa dia tidak langsung pada intinya saja.

"Dia mantanku Matthew."

"Tidak, bukan begitu maksudku. Sebenarnya-- hei Jieun.. Hei.. Astaga malah tidur."

Matthew membuang nafas kasar, ia akhirnya bangkit berdiri menatap Jieun dengan iba. Walaupun dia kesal, tetap saja Matthew tak tega ketika melihat wajah Jieun yang akhir-akhir ini menjadi lebih muram, terlebih tidak ada sahabatnya, Jean. Yang belum juga masuk sekolah. Akhirnya Matthew harus repot-repot menyelimuti Jieun dan mengungsi ke kamar Jiyong untuk tidur. Astaga.

Lee Jieun membuka matanya sesaat Matthew menutup pintu kamar, ia teringat akan hal tadi. Harusnya ia mengiyakan saja ketika Jin Young ingin menepati janjinya. Tapi apa daya dia yang masih punya hati, dia masih punya hati untuk sekedar balas budi kepada orang tuanya sekarang dengan membuat putri mereka bahagia. Apa lagi yang harus Jieun lakukan agar perbuatannya setimpal dengan apa yang mereka lakukan pada Jieun seperti merawat Jieun, bahkan sekarang membuang Jieun. Merebut segala sesuatu yang Jieun punya seperti apartemen milik kakeknya, dan seseorang yang berharga bagi Jieun. Tunggu saja, tunggu sampai Jieun bisa melawan mereka. Tunggu sampai saat itu.

Matthew hanya menghela nafas dibalik pintu, ia tidak benar-benar pergi. Sebenarnya dia tadi sudah sampai tengah jalan menuju kamar Jiyong tapi ia berbalik karena headphone Matthew ketinggalan. Dan sampai depan pintu ia mengurungkan niatnya karena mendengar suara Jieun yang menangis. Yang jelas, akhir-akhir ini Matthew melihat Jieun yang lemah.

Pada akhirnya ia memutuskan untuk kembali menuju kamar Jiyong dengan merogoh saku celananya mengeluarkan ponselnya lantas menekan nomor seseorang, "Halo.. Cepatlah kembali. Dia sedang dalam kondisi tidak baik."

-

"Jieunnn!!!!" panggil seorang berseragam sekolah dengan rambut hitam panjang melambai dengan riang kearah Lee Jieun yang berjalan lesu menuju sekolah gerbang sekolah tak lupa di belakang Jieun ada Jiyong dan Matthew.

Raut wajah Jieun yang tadinya murung kini berubah ketika melihat kedatangan sahabatnya yang sudah hampir seminggu itu tidak masuk sekolah, "HYA!!!! SIALAN KEMARI KAUUU!!!" teriak Jieun yang langsung berlari menghampiri Jean, Jean pun terbahak melihat Jieun yang marah-marah seperti orang tua. Alhasil mereka kejar-kejaran untuk melepas rindu mereka.

"Hah.. Senang sekali melihat mereka lagi." Jiyong melirik ketika Matthew bergumam seperti itu di sampingnya.

"Senang pantatmu. Hei jika nanti pulang sekolah kau tidak mengecat rambutmu kembali, akan ku cukur habis rambutmu nanti. Awas saja." tegas Jiyong membuat seketika Matthew melipat bibirnya ke dalam. Astaga, Jiyong benar-benar menyeramkan. Pikirnya.

"Hei kau juga harus bicara begitu dengan Jieun masa hanya aku." protes Matthew yang tak di gubris oleh Jiyong. Andaikan, andaikan Jiyong bisa mengatasi dua cecenguk itu pasti sudah Jiyong atasi dari dulu. Hah.

Tapi yang perlu garis bawahi sekarang, entah kenapa hati Jiyong lumayan lega ketika melihat Jieun yang kembali seperti semula. Tidak murung seperti beberapa hari lalu.

Tbc

Yang nunggu momennya Jieun sama Jiyong sabar yaa. Ntar makin jelas kok cuyyy sabar2 biar ada proses. Btw jan panggil gw Thor dong 😭😭 gak enak banget.

Panggil aja 'nong"
Nong nong kiw

[ABOUT THE TIME] °FinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang