0:1

553 58 8
                                    

Lee Jieun's pov

Pulang malam memang sudah menjadi kebiasaan buatku. Tidak peduli dengan cemooh semua orang tentang betapa nakalnya diriku. Apa peduli mereka? Mereka tidak tahu diriku dengan seenaknya menghakimi diriku. Cih.

Dengan langkah malas ku langkahkan kakiku sampai di pekarangan rumah. Disana saja aku sudah melihat mobil hitam milik Ayah terparkir rapi di depan garasi. Ini yang membuatku jengah, ada rasa ingin pergi dari muka bumi ini ketika melihat rumah besar di hadapanku ber diri kokoh menjulang tapi di dalamnya dingin seperti es. Tidak, lebih tepatnya hanya aku yang merasakan. Cerita ini memang klise mengapa anak kaya seperti ku menjadi nakal, ya karena ketidakharmonisan keluarga. Ya sudahlah aku malas membahas hal ini.

"Jieun pulang." seruku  dari arah pintu.

Aku melihat mereka bertiga duduk di ruang tengah dengan canda tawa yang hangat diantara mereka. Selepas itu mereka langsung terdiam melihatku pulang. Aku menghela nafas kasar, lihat kan mereka tak peduli denganku.

Aku melangkahkan kakiku menuju lantai atas namun sebelum itu suara Ayahku mengintrupsiku untuk tetap tinggal.

"Ayah ingin bicara denganmu." ujarnya.

Lantas aku menghela nafas dan dengan berat aku duduk di sofa tunggal. Lagi dan lagi aku melihat tatapan menyedihkan dari saudaraku yang duduk diantara Ayah dan Ibu. Dan itu membuatku muak.

"Kau membuat ulah lagi? Kau tahu tidak ayah malu jika terus-terusan mendapatkan panggilan sekolah karena kau berandal. Kapan kau berubah Jieun?" selalu saja seperti ini. Ayah akan marah-marah setiap aku membuat ulah dan pasti akan-

"Lihat Eunji. Kenapa kau tidak bisa seperti saudaramu. Dia pintar, tidak berbuat onar sepertimu."

-membandingkan dengan saudaraku, Lee Eunji. Itu lebih memuakkan dibanding apapun. Iya kami kembar namun sifat kami berbeda, mengapa Ayah dan ibu selalu saja harus membuat diriku sama seperti Eunji. Padahal wajah kami juga tidak identik.

"Semakin ayah membandingkan aku dengan Eunji semakin aku rusak Yah. Aku berbeda dengan Eunji aku tidak sama dengan dia! Kenapa ayah selalu saja membuatku harus sama dengannya!"

"LEE JIEUN!!"

Aku berdiri dan ayahpun ikut berdiri menatap tajam kearahku, "Apa apa? Selama ini aku sabar kalian perlakuin beda. Aku sama-sama putri kalian terutama Ibu. Tapi apa, ibu terus saja perhatian ke Eunji di banding aku. Lebih baik aku tinggal di Paris saja walaupun sudah tidak ada kakek disana. Aku muak Yah, Semua orang hanya membandingkan aku dengan dia. Ibu memperlakukan aku seperti bukan putri ibu sendiri. Kalian menganggapku seperti orang asing, asal kalian tahu lebih baik aku jadi anak pungut yang bisa merasakan  kasih sayang dibanding aku satu rahim dengan Eunji tapi aku gak dianggap!!"

Plak

Satu tamparan mendarat mulus di pipi kiri ku. Dan itu sungguh menyakitkan, lebih menyakitkan ketika tahu bahwa sekarang Ayah bermain tangan denganku. Itu tandanya Ayah benar-benar mulai tidak sayang denganku sepenuhnya.

"Ji-"

"Terima kasih yah! Tamparan ayah cukup memberitahuku bahwa ayah tidak sayang dengan Jieun." sela ku. Aku langsung pergi meninggalkan mereka bertiga yang mungkin terkejut juga dengan ini. Aku tidak menghiraukan Eunji yang berulang kali memanggilku. Biarkan saja, biarkan saja aku menjadi orang jahat karena pada akhirnya yang baik hanyalah kemunafikan semata.

[ABOUT THE TIME] °FinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang