2:1

389 50 3
                                    

Lee Jieun wanita itu keluar kamar setelah semalaman mengurung diri di kamar. Dia keluar kamar dengan wajah bengap dan lesu, juga sedikit pucat. Keluarga Jieun yang menatap Jieun hanya diam, sebenarnya banyak sekali yang ingin Sera tanyakan pada Jieun tapi mungkin tidak sekarang.

"Jieun? Kau tidak sarapan dulu?" tanya Sera ketika melihat Jieun yang bergegas keluar rumah mengabaikan mereka yang sudah berkumpul untuk sarapan.

"Aku tidak lapar, aku berangkat." jawabnya singkat dan meninggalkan mereka yang tengah terdiam dengan helaan nafas mereka masing-masing.

"Apa ada masalah dengan Jieun? Kenapa dari kemarin malam ibu tidak melihat dia keluar kamar?" tanya Sera menatap putranya meminta penjelasan.

Jiyong menghendikkan bahu, "Tidak tahu, lagi pula itu urusannya bu."

"Jiyong!"

Jiyong menghela nafas, "Aku tidak tahu ibu, tentang masalahnya. Bukankah ibu juga tahu kalau dia anak berandal susah diatur dan banyak masalah. Wajar saja kalau sekarang dia juga ada masalah. Lagipula pekerjaan dia sehari-hari juga membuat masalah." jawab Jiyong enteng. Toh memang yang dia katakan juga logis benar adanya. Siapa yang tidak tahu Jieun adalah biang masalah.

Sera hanya menarik nafasnya panjang mendengar penjelasan Jiyong yang yah sedikit masuk akal. Tapi dia benar-benar kesal dengan putranya yang belum bisa akur dengan Jieun. Ah sudah lah.

Koridor sepanjang kelas pun ramai, entah itu taman, kantin atau perpustakaan pun juga sangat ramai. Tapi keramaian itu tak mengusik wanita berambut ungu yang tengah berjalan lesu menuju kantin untuk mengisi perutnya. Walau ia lapar, tapi dia benar-benar tak nafsu makan. Jangan tanyakan dimana Jean. Jean tidak masuk dikarenakan ada pemotretan yang harus dia lakukan, yah. Jean juga sering menjadi model majalah fashion milik ibunya jadi dia  terbilang sangat sibuk.

"Lee Jieun?!" panggil seorang siswa dari arah belakang. Tapi Jieun tak mengubrisnya, toh ia sudah kenal siapa yang memanggilnya. Ia benar-benar malas berurusan dengan orang sekarang.

Siswa itu menghampiri Jieun, "Hei. Aku panggil kenapa tidak berhenti." ucapnya kini menyamakan langkah Jieun.

"Kau siapa? Aku tidak mengenalmu. Pergi sana." ucap Jieun melirik malas.

Tiba-tiba siswa itu agak tersentak dengan wajah Jieun yang pucat. Lantas ia menarik tangan Jieun agar Jieun menghentikan langkahnya.

"Apa-apaan sih kau?!" bentak Jieun melepaskan genggaman tangan siswa itu.

"Wajahmu pucat kau sakit?" tanyanya khawatir.

"Bukan urusanmu sialan!! Lepas!"

"Tidak. Ayo aku akan mengantarmu ke UKS!!" tegasnya masih dengan menggenggam pergelangan Jieun kuat.

Banyak siswa yang memilih menghentikan aktifitasnya hanya untuk melihat pertengkaran Jieun dengan siswa itu. Entah Jieun kadang juga tak paham, kenapa siswa banyak yang tertarik dengan dirinya hingga ulahnya kerap jadi tontonan.

Plak

Satu tamparan mendarat di pipi kiri siswa itu, membuat semua yang ada disitu terkejut dan langsung terdiam.

"Sudah kubilang! Jangan ganggu hidupku lagi keparat! Kau tuli hah?! Jangan urusi kehidupanku lagi Jin Young. Kita orang asing!! Urus saja urusanmu!! Lepas!" Jin Young menarik sudut bibirnya, pipinya terasa kebas tapi tak ia hiraukan. Ia masih menggenggam pergelangan Jieun.

"Jadi.. Kau benar-benar membenciku Jieun?" tanya Jin Young dengan nada yang paling Jieun benci, yaitu nada lembut yang membuat hati Jieun selalu luluh. Seperti sekarang, dia benar-benar benci dirinya.

[ABOUT THE TIME] °FinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang