Kwon Jiyong, pria itu menghela nafas ketika tubuhnya sampai diambang pintu kamar Jieun. Disitu ia melihat ibunya tengah terkantuk menunggui Lee Jieun yang jatuh sakit. Panas di badannya masih belum turun, mungkin akibat syok atas kebenaran kemarin yang Lee Jieun ketahui. Jiyong sudah tahu permasalahaannya hingga Jieun sampai jatuh sakit, karena Yoon Jiyoung sempat menelepon karena khawatir. Dan akhirnya mereka berdua memutuskan untuk berbicara.
"Ibu.." panggil Jiyong menghampiri ibunya yang duduk di tepi ranjang.
Ibunya mendongak lalu tersenyum, "Belum tidur?"
Jiyong menggeleng, "Tidak bisa tidur. Ibu tidur saja biar aku yang gantian mengompres Jieun." ucap Jiyong pada ibunya.
Sere tersenyum lembut, jujur saja setelah tadi siang adu mulut dengan ibunya Lee Jieun ia lelah. Tapi rasanya yang amat jengkel di hati nya sudah lega. Dia benar-benar iba ketika melihat kondisi Jieun sekarang.
"Memang tidak apa-apa?" tanya Sera. Jiyong mengangguk, pada akhirnya kini Jiyong yang gantian mengompres ketika ibunya sudah keluar kamar untuk istirahat.
Kwon Jiyong banyak hal yang ia pikirkan dalam benaknya. Terlintas ingatan pertama kali berurusan dengan Lee Jieun membuat dia naik pitam. Namun lama kelamaan dia biasa dengan kehadiran Lee Jieun. Rasanya aneh jika sehari saja Jieun tidak berulah, sampai sekarang mungkin. Dan kemarin cukup kejadian itu membuat Jiyong khawatir. Cukup lucu ketika Jiyong harus menghawatirkan Jieun.
Tiba-tiba beberapa saat mata Jieun bergerak, diikuti dengan membuka matanya pelan. Disitu Jieun melihat Jiyong dengan pandangan samar , namun karena matanya sangat berat dia kembali menutup matanya dan kembali tertidur.
---
Beberapa hari kemudian setelah kesembuhan Jieun, wanita itu lebih diam. Tidak banyak omong, bicara seperlunya saja. Bahkan kadang mengabaikan Matthew maupun Jennie. Sera hanya menghela nafas kasar melihat perubahan Jieun yang mendadak seperti itu. Wajahnya juga masih terlihat pucat.
"Bibi?" panggil Lee Jieun menghampiri Sera di dapur.
Sera langsung tersenyum, "Ya sayang.. Kenapa?" tangannya bahkan terulur mengusap kepala Jieun lembut.
"Aku ijin pergi sampai larut sepertinya."
"Kau ingin kemana?" tanya Sera lembut.
"Ke suatu tempat bersama temanku. Tapi tenang saja bi aku tidak macam-macam kok."
Sera tersenyum, "Iya bibi mengerti. Kalau ada apa-apa hubungin bibi, atau anak-anak ya. Dan hati-hati."
Lee Jieun tersenyum mengangguk, "Terima kasih bi."
Setelah berpamitan lantas Jieun langsung bergegas pergi. Ia sudah mendengar suara motor berhenti di pekarangan rumahnya. Dan saat ia keluar , ia mendapati Jiyong tengah berbicara dengan Yoon Jinyoung, si pemilik motor itu.
"Kau mau pergi?" tanya Jiyong mengrenyitkan dahinya, lantas ia menoleh ke arah pria berambut mulet disampingnya. Kwon Jiyong menghela nafas kasar, mereka akan pergi berdua ternyata.
"Kemana?" tanya Jiyong lagi.
Lee Jieun melirik, "Bukan urusanmu. Ayo Jinyoung." Jieun menepuk lengan Jinyoung dan bersiap naik ke motornya.
Jinyoung tersenyum miring, "Sampai jumpa... Kwon Jiyong." lebih tepatnya mentertawakan wajah masam Jiyong. Motor Jinyoung pun melaju meninggalkan Jiyong yang menghela nafas kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ABOUT THE TIME] °Fin
Roman pour AdolescentsSemua tentang waktu bagaimana kita mengenal satu sama lain dengan baik. Menunjukkan sisi berbeda tidak seperti yang sering kita pentaskan dalam panggung. Mungkin terdengar picisan namun inilah kita. Hanya aku dan kamu. Start on : January 20th, 2020 ...