4

8.1K 830 28
                                    

Happy reading~

Jangan lupa vote and komen



Navee melambaikan tangannya pada Sharon yang sudah mengantarnya pulang, setelah dirasa mobil Sharon sudah jauh Navee berbalik dan menghembuskan pelan nafasnya. Hari ini dia sangat lelah dan rasanya ia ingin segera berbaring dikasurnya yang tidak terlalu empuk itu.

Untung saja pagar kosannya tidak dikunci, Navee menjajaki satu demi satu anak tangga untuk menuju kamarnya dilantai dua, kamarnya berada di sisi pojok yang dekat dengan kamar mandi.

Navee menyalakan lampu kamarnya, lalu membuka sepatu yang ia kenakan lalu berbaring diatas kasur setelah menyalakan kipas angin. Dia meraih ponselnya dan menemukan satu chat dari orang yang sejak tadi dia harapkan kehadirannya.


Laura
Maaf aku tadi gak bisa kesana.


Hanya itu saja pesan yang dikirim oleh Laura, tak berniat membalas dan Navee hanya mendiamkannya. Dia sudah tak mau berharap lagi pada Laura. Sudah cukup rasa sakit yang ditimbulkan dari perasaan terpendamnya pada Laura. Jika boleh memilih dia tak ingin terjebak dalam “friendzone’ bersama Laura. Kesalahannya sendiri yang berani menyimpan perasaan terlarang pada Laura.

Navee menatap langit-langit kamarnya. Hidupnya tak seindah seperti apa yang orang lain ceritakan tentangnya. Dia memang gadis periang, gadis yang selalu heboh, gadis yang ceria dan tentu dicintai banyak orang tapi tak pernah ada yang tahu bagaimana sebenarnya gadis ini.

Navee beranjak, dia harus membersihkan tubuhnya yang lengket sebelum tidur karena hari sudah semakin larut.

**

Navee berdiri didepan halte, menunggu bus yang akan mengantarnya kekampus. Rambut hitam panjangnya ia biarkan tergerai indah. Kadang angin-angin nakal akan menerbangkan helaian rambutnya. Sebenarnya bisa saja Navee meminta ketiga sahabatnya menjemputnya, namun ia tak mau merepotkan orang lain termasuk sahabatnya.

Navee beranjak saat bus yang akan membawanya ke kampus datang, bus sudah penuh dan Navee harus terpaksa berdiri. Ia melirik jam tangannya, masih jam tujuh pagi dan kelasnya baru dimulai jam delapan pagi.

Navee berjalan pelan kearah gedung kampusnya. Kelasnya sendiri ada di gedung B khusus fakultas ekonomi. Beberapa kali Navee membalas sapaan senior bahkan junior yang mengenalnya. Walaupun Navee bukan anak orang kaya, tapi dia adalah salah satu mahasiswi populer dikampus.

pagi kak Nav’.

‘aduh ada junior kece’.

‘udah lama gue gak liat loe dek’.

‘kapan jalan sama gue lagi Nav’.

Navee hanya menjawab sekenanya saja, dia adalah gadis yang mudah bergaul dan disenangi banyak orang. Gadis ceria yang sebenarnya memikul banyak beban dipunggungnya.

Navee membuka pintu kelasnya dan menemukan Laura yang sudah berada disana. Mata mereka bertemu sebelum Navee memalingkan wajahnya. Laura mendesah menerima perlakuan Navee.

“baru dateng” ucap Laura.

Navee hanya mengangguk kecil sebelum duduk ditempatnya yang berada disamping Laura.

“kamu udah sarapan?” tanya Laura sembari menatap Navee.

“udah” jawab Navee singkat.

Dia sengaja berbohong, jika dia mengatakan dia belum sarapan makan Laura akan membelikannya sarapan dan dia tak mau itu terjadi. Dia tak mau menerima perhatian lebih lagi dari Laura yang akhirnya akan membuatnya sedih.

“soal semalem” ucap Laura ragu.

Navee tersenyum kecil “aku ngerti kok” potongnya cepat. “ada yang harus lebih kamu prioritasin selain aku” lanjut Navee.

Walaupun Navee berbicara santai tapi Laura tahu gadis itu kecewa padanya, bahkan Navee juga tak menatapnya saat berbicara.

“maaf” cicitnya.

its okey Ra, masih ada Sharon sama Akselia” jawab Navee yang akhirnya menatap Laura.

Laura menatap menyesal pada Navee “jangan gitu ah mukanya kamu jelek banget” ucap Navee mencoba menghibur Laura.

Laura hanya diam dan memalingkan wajahnya, Navee meraih tangan Laura dan menggenggamnya “aku beneran gak marah sama kamu, aku ngerti kok posisi kamu Ra”.

Laura kembali mengalihkan tatapannya pada Navee yang kini tersenyum padanya “aku-“.

“sayang”.

Navee mendesah lalu segera melepas tangannya dari tangan Laura. Laura menatap Navee sebelum menatap David yang datang kekelasnya.

“eum gue keluar dulu deh” Navee beranjak dari duduknya.

Laura menahan tangan Navee “mau kemana?”.

Navee melepas pelan tangan Laura dari lengannya “keluar mau ke bang Malvin dulu” bohong Navee.

Laura tak lagi menahan. David menatap Laura dan Navee bergantian “temen kamu keganggu ya sama aku?” tanya David setelah Navee sudah keluar kelas.

“enggak” jawab Laura singkat.

Laura ini tipikal gadis pendiam, dingin dan berbicara seperlunya. Namun dia selalu bersikap hangat pada sahabat dekatnya terutama Navee.

Laura menepis lembut tangan David yang mengusap rambutnya “gak enak banyak orang” ucap Laura.

David memaklumi dan duduk ditempat Navee tadi.

Dilain tempat Navee tengah duduk menyendiri di taman kampus, moodnya langsung hancur begitu saja melihat kedatangan David. David adalah kakak tingkatnya, anak dari donatur terbesar kampusnya dan salah satu anak dari konglomerat terpandang di Jakarta.

Navee tersenyum miris, tak mungkin dia bisa bersaing dengan David jika dia sebenarnya sudah kalah telak. Dia hanya gadis miskin yatim piatu yang tak mempunyai apa-apa.

“woy masih pagi udah ngelamun aja loe” Navee mengusap jantungnya yang terkejut karena Sharon yang mengagetkannya.

Dia menatap sinis pada Sharon yang hanya bisa menyengir karena melihat wajah kesal Navee “kenapa lagi?”.

Navee menggeleng “gue capek”.

“istirahat lah”.

Navee mendengus “bukan itu, gue capek liat pemandangan nyakitin dikelas” ucap Navee.

Sharon mengerti walaupun Navee tidak menjelaskan pemandangan apa, siapa yang bisa membuat Navee si gadis ceria galau tingkat akut jika bukan Laura.

“jangan diliat makanya”.

“ya keliatan bego orang depan mata gue, yakali gue harus merem aja tiap mereka mesra-mesraan didalem kelas” dumel Navee.

“makanya loe tembak dia biar dia tau perasaan loe”.

Navee melotot “dan berakhir gue sama dia gak sahabat lagi”.

“semua butuh resiko Nav, mana bisa dia tau perasaan loe kalo loe aja jadi pengecut. Katanya cinta tapi kok gak mau nanggung resiko. Kalo kayak gitu sama aja loe kayak cowok brengsek yang udah nanem benih tapi pas ceweknya hamidun malah ninggalin”.

“gue gak sejahat itu. Gue Cuma takut Laura jijik sama gue kalo tau gue belok”.

“loe bakal tetep penasaran sama perasaan dia sama loe kalo loe tetep kayak gini” ujar Sharon.

“pilihan loe Cuma dua, ungkapin atau lepasin. Loe gak mungkin nahan selamanya, cinta dalam hati itu sakit Nav”.

Navee hanya diam, masalah terbesarnya adalah ketakutan akan respon Laura tentangnya. Dia tak mau Laura jijik dan akhirnya menjauh darinya.

“masuk yuk, dosen kesayangan loe udah dateng noh” tunjuk Sharon.

Navee mengangguk dan melangkah kekelasnya bersama dengan Sharon.

“wedeh duo racun dari mana nih?” ujar Akselia yang sudah datang.

“abis nyetor gue” seloroh Navee.

“jorok loe bego” sungut Akselia.

“lebay” bela Sharon yang diangguki oleh Navee.

Mata Navee dan Laura bertemu, Navee segera duduk dikursinya karena dosen mereka sudah datang. Carlene menatap satu persatu anak didiknya. Matanya bertatapan dengan Navee, sebelum Navee yang mengalihkan tatapannya. Dia tersenyum kecil sebelum kembali melanjutkan kegiatannya.

Dua jam berlalu dan wajah mahasiswa sudah berubah lesu mendengarkan materi dari Carlene. Mereka seolah dipaksa berpikir keras oleh cara mengajar dosen yang terkenal tegas namun cantik ini.

“saudari Naveena coba anda jelaskan tentang pengukuran sumber daya manusia secara kualitatif!” ucap Carlene pada Navee.

“pengukuran SDM secara kualitatif bertujuan membantu perusahaan untuk mencari staff atau pekerja yang memiliki kualitas dan skill yang membuni untuk hasil kerja yang maksimal tanpa mengesampingkan kualitas, maka oleh sebab itu diperlukan pengukuran kualitatif” jawab Navee.

Navee termasuk mahasiswa yang cerdas didalam kelas, hasil ujiannya setiap semester saja selalu baik dan selalu diatas angka 3. Walaupun terlihat pecicilan dia tetap gadis yang memiliki otak encer.

Carlene mengangguk, karena jawaban dari Navee benar adanya.

“baik sekian mata kuliah hari ini, terimakasih” ucap Carlene.

Carlene berjalan keluar kelas tapi matanya sempat melirik pada Navee yang tengah mengobrol bersama Sharon.

“tuh tuh dosen ngelirik loe mulu Nav” bisik Akselia yang melihat lirikan Carlene.

“biarin aja lah. Makan yuk gue laper”.

“ayok dah”.

“Ra, loe ikut kita atau sama David” tanya Akselia.

Navee dan Sharon memandang Laura, menunggu jawaban Laura yang kini menatap pada Navee dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

“udah janjian makan sama David” ucap Laura.

Wajah Navee berubah dan itu terlihat jelas oleh Laura.

“yaudah kalo gitu kita pergi ya” ujar Akselia yang diangguki Laura.
Navee berjalan lebih dulu, diikuti kedua sahabatnya.

“loe mau pesen apa?” tanya Sharon pada Navee.

“samain aja tapi yang pedes kalo bisa ya Sha”.

Sharon mengangguk “loe mau apa Sel?”.

“baso aja”.

“oke wait ya gue pesen dulu”.
Mereka duduk di meja biasa mereka duduki. Suasana kantin cukup ramai.

“loe hari ini jadwal kerja dimana?” tanya Akselia.

“di kafe bang Aldi” jawab Navee sekenanya.

“yang semalem? Navee hanya mengangguk.

Dia memilih sibuk bermain game online diponselnya sembari menunggu pesanan mereka datang. Tak lama Sharon datang bersama salah satu pelayan yang membawa makanan yang mereka pesan. Sharon memesan mie ayam untuk Navee.

“weh tuh dosen jajan dikantin juga” ujar Akselia menunjuk dengan dagunya.

Sharon menoleh namun tidak dengan Navee yang sibuk dengan game PUBG nya. Sharon juga terkejut, tapi dia semakin terkejuty saat melihat dosennya itu berjalan kearah meja yang mereka tempati. Seketika mereka terdiam namun tidak dengan Navee yang sibuk dengan gamenya.

“saya boleh duduk disini? Semua meja kosong” ucap Carlene.

Sharon dan Akselia sontak mengangguk, Carlene melirik Navee yang seolah tak menghiraukannya.

“duduk aja Miss” ucap Akselia.

Carlene duduk dihadapan Navee yang masih sibuk dengan ponselnya, beginilah ia jika sedang bermain game akan lupa segalanya.

“Nav makan buru, keburu dingin mie ayam loe” ucap Sharon yang hanya dibalas deheman oleh Navee.

“ck kebiasaan kalo udah ngegame” desis Akselia.

“yah kalah kan gue, loe bedua bacot sih” gerutu Navee lalu menurunkan ponselnya dan terkejut melihat Carlene didepannya.


Lah dari kapan dia disini.


“eh ada Miss Carlene” ucap Navee.
Carlene hanya mengangkat satu alisnya dan melanjutkan memakan sotonya.


Kacang lagi mahal.

YMGYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang