Jangan lupa vote and komen..
Navee mendesah khawatir saat Laura tak kunjung datang kedalam kelas, bahkan dosen mereka saja sudah datang dan memulai pembelajaran. Sejak tadi Navee merasa was-was karena Laura. Sharon dan Akselia juga ikut cemas karena memang tak biasanya Laura seperti ini.
Mereka sudah mencoba menghubungi namun ponsel Laura dalam keadaan mati. Carlene menatap bingung pada tiga sahabat itu.
“Naveena kemana Laura?” tanya Carlene.
Navee mengangkat kepalanya dan menatap dosennya itu “saya gak tau Miss”.
Carlene menatap bingung namun tetap mengangguk akan jawaban Navee.
Selama jam kuliah Navee tak bisa berkonsentrasi, dia merasa sangat khawatir pada Laura. Dia takut David melakukan hal yang macam-macam pada Laura.
“besok kita ada Quiz kalian belajar dirumah” ucap Carlene lalu berlalu dari dalam kelas.
Matanya sempat melirik Navee yang terlihat tidak tenang sejak tadi.
Dia kenapa sih?.
Begitu Carlene keluar dari dalam kelas, Navee langsung berlari keluar kelas untuk mencari Laura begitupun Sharon dan Akselia yang menyusul Navee. Navee berjalan kearah parkiran dan masih menemukan mobil Laura disana. Dia berjalan ketaman belakang dan tetap tak menemukan Laura.
“gimana loe ketemu” ucap Sharon yang muncul dengan nafas ngos-ngosan.
Navee menggeleng lemah “tadi pagi dia di tarik David kesini, gue bersumpah Sha kalo Laura kenapa-napa abis David ditangan gue” geram Navee.
“loe tenang dulu ya, kita cari lagi ke kantin” ujar Sharon.
“nomernya juga gak bisa dihubungin, gue telpon David juga sama” ujar Akselia yang datang dengan menenteng ponselnya.
“apa dia pulang?” tanya Sharon.
“gue gak yakin kalo dia pulang”.
“tapi gak ada salahnya Navee kita kesana dulu buat mastiin” timpal Akselia.
Setelah menimang-nimang akhirnya mereka memutuskan untuk kerumah Laura. Mereka menggunakan mobil milik Sharon. Sejak tadi Navee hanya berdoa semoga saja Laura ada dirumahnya.
Navee berjalan cepat kearah pintu besar rumah Laura. Mengetuk dengan tergesa pintu besar berwarna coklat itu. Hingga Seorang pelayan rumah membuka pintu.
“non Navee” sapa wanita paruh baya pada Navee.
“bi, Laura ada?” tanya Navee terburu.
“non Laura kan ke kampus non” jawab wanita paruh baya yang merupakan salah satu pembantu dirumah Laura.
“beneran gak ada pulang dia Bi?” timpal Akselia.
Wanita itu menggeleng “gak ada non”.
Navee mengusap kasar wajahnya, dia semakin cemas “yaudah kalo gitu Bi, kita pamit” ucap Navee.
“kita kemana lagi?” tanya Sharon saat sudah kembali ke mobil.
“loe hubungin semua temen loe dikampus Sha, kabarin kita kalo mereka liat Laura” ujar Navee yang diangguki Sharon.
“dan loe Sel, terus hubungin nomer dia”.
Akselia mengangguk. Navee mengambil ponselnya dan menghubungi Malvin untuk meminta bantuan pria itu untuk mencari Laura.
**
Hari sudah semakin malam dan Laura belum juga ditemukan dimanapun. David juga hilang begitu saja. Hari ini Navee tidak bekerja karena harus mencari Laura, dan untung saja Malvin mengijinkannya cuti. Navee berdiri di samping mobil Laura, teman-temannya sudah kembali kerumah. Navee masuk kedalam mobil Laura dan menjalankannya keluar dari pelataran kampus.
Dia memutar otaknya, kemana dia harus mencari Laura. Navee dengan cepat memutar stirnya berbalik arah, dia tahu kemana dia harus mencari Laura. Ya, satu tempat yang hanya dia dan Laura yang tahu. Satu tempat yang dia lewatkan sejak tadi.
Plis semoga kamu ada disana Ra, jangan buat aku khawatir.
Navee memacu mobilnya dengan cepat, dia harus segera datang dan memastikan Laura ada disana.
Tak lama Navee tiba disebuah gedung tinggi, dia berlari cepat kedalam gedung. Tangannya dengan tak sabaran menekan tombol lift. Dia keluar dari lift dan kembali berlari, mencari nomer pintu dimana itu adalah ruang apartemen pribadi Laura.
Navee menekan angka password yang dulu diberitahu oleh Laura dan bergerak masuk. Keadaan apartemen gelap seolah tak ada orang yang datang. Navee menyalakan saklar lampu dan menemukan beberapa barang yang terjatuh berserakan. Dengan hati-hati Navee berjalan, karena banyaknya pecahan kaca yang bisa saja melukai kakinya. Dia berjalan kearah kamar utama, dimana biasanya Laura berada.
Dengan perlahan dia membuka pintu kamar, semua gelap sama seperti ruangan depan. Tangannya mencari saklar dan menyalakan lampu.
Navee bernafas lega saat melihat Laura berbaring diatas ranjang dibalut selimut tebal. Rasa khawatir Navee meluap begitu saja. Dia berjalan perlahan tanpa suara.
“aku cariin kemana-mana, ternyata kamu disini Ra. Aku sama yang lain hampir mati khawatir gara-gara kamu” ucapnya pelan.
Navee duduk disamping ranjang dan mengusap punggung Laura yang memang tidur memunggunginya.
Tangannya bergerak mengubah posisi Laura agar menghadapnya, namun lagi-lagi Navee harus terkejut melihat wajah Laura yang babak belur. Banyak memar biru dan luka lebam diwajahnya.“Ra, kamu kenapa, Ra bangun Ra” Navee mengguncang tubuh Laura yang tak kunjung bangun dengan keras.
Tak ada respon dari Laura, matanya masih tertutup rapat dengan hembusan nafas pelan.
Navee mengusap kasar air matanya yang tiba-tiba saja jatuh. Dia meraih kepala Laura untuk ia rebahkan dipangkuannya. Tangannya menepuk lembut pipi Laura “Ra, plis bangun kamu kenapa?” panik Navee.
Lagi. Tak ada respon, Navee memeriksa denyut nadi ditangan Laura yang bergerak lambat.
“ra plis bangun Ra” Navee sudah tak bisa menahan air matanya, dia menangis.
Dia sangat takut. Dia tak mau Laura kenapa-kenapa.
Mata Laura perlahan bergerak, dia tersenyum lemah pada Navee “Nav” panggilnya pelan.
Navee mengusap air matanya “Ra, kamu bangun Ra, kita ke rumah sakit ya” bujuk Navee.
Laura menggeleng “sakit” lirihnya.
Navee mengangguk “iya makanya kita ke RS, aku panggil ambulance ya Ra”.
Tangan lemah Laura bergerak mengusap wajah Navee “jangan nangis, jelek”.
Navee mengusap air matanya “jangan ngomong dulu! Kita ke Rs!” bentak Navee.
Laura kembali menutup matanya karena tubuhnya yang memang sangat lemah. Navee semakin panik. Suhu tubuh Laura juga semakin tinggi.
“Ra jangan tinggalin aku Ra”.
260120
KAMU SEDANG MEMBACA
YMGY
Teen Fictioncerita gxg yang gak suka menyingkir Tentang Naveena yang disukai banyak orang, entah pada siapa hatinya berlabuh..pada Laura sahabatnya yang memang dia cintai atau pada dosen killernya yang semakin lama semakin membuatnya penasaran. Homophobic gak u...