23

7.1K 890 387
                                    

Voteeeeeeeee
Komeeeeeeen

Sesuai janji kalo 450 gue langsung up sebenernya kemaren malem mau up pas maljum tapi berhubung gue baru up cerita baru jadi di undur beberapa jam ya..maaf🙏.

Dan buat yang keberatan buat vote atau julid soal target vote mending keluar aja dari pada bikin gue gondok. Dan buat yang doain pembuluh darah gue pecah makasih banyak doanya semoga kehidupan lu kedepannya baik baik aja ya🙏👌.

Dan buat beberapa readers yang belain gue di kolom komentar si dua julid makasih banyak, sampai kalian juga kena julid katanya disini pada darah tinggi semua.

Gue tau kok kalo yang emang tau diri mah pasti abis baca walaupun gak komen pasti VOTE. Tapi yang gak tau diri pasti jadi siders yang hidupnya gak bisa hargain orang.

Yaudahlah capek ngebacot mending langsung aja.

Happy reading.

Laura menoleh cepat dan berdiri menghampiri Navee yang masih berdiri tegak didepannya.

Sangat jelas keterkejutan di wajah Laura maupun Navee.

"Navee kamu ngapain disini?" tanya Laura sembari menghampiri Navee.

Navee menatap David yang hanya diam lalu kembali menatap Laura "kamu ngapain disini?" tanya Navee balik.

Laura menoleh pada David lalu menatap Navee dengan tatapan yang sulit diartikan, dia juga melirik pada Carlene yang berdiri disamping Navee.

"aku tanya kamu ngapain disini?" ulang Navee dengan tegas.

"wajar kali dia disini, Laura kan pacar sekaligus calon istri gue" timpal David lalu menghampiri ketiganya.

Navee menatap Laura dengan terkejut, meminta penjelasan akan ucapan dari David.

"calon istri? Kamu mau nikah sama David Ra?" tanya Navee pada Laura.

Laura menunduk, dia tak bisa menjawab pertanyaan Navee. Dia yakin ia telah menyakiti hati dan perasaan Navee kali ini.

"jawab aku Ra!" pinta Navee dengan tegas.

"sudah seharusnya mereka menikah Navee" ujar Carlene menengahi "Laura sedang hamil dan dia harus menikah dengan David".

Navee mengusap kasar wajahnya, dia tak habis pikir kenapa Laura bisa berubah pikiran secepat itu. Beberapa waktu lalu bukankah ia masih takut untuk bertemu dengan David, tapi saat ini mengapa ia kembali bersama David dan telah merencanakan pernikahan. Apakah semudah itu perasaan Laura berubah.

"maaf Nav" lirih Laura yang masih mampu didengar oleh Navee.

Navee menatap Laura yang tak berani menatapnya, mungkin ini saatnya ia merelakan semuanya dan memulai hidupnya yang baru tanpa ada lagi Laura dalam kehidupannya. Dia harus secepatnya memusnahkan perasaannya pada Laura yang sebentar lagi akan menjadi istri orang.

"kamu gak salah, dia udah semestinya tanggung jawab" ucap Navee mencoba tegar.

Laura mengangkat kepalanya, dia menatap Navee tepat dikedua bola mata bulat yang selalu ia sukai itu. Banyak rasa marah, kecewa dan sedih yang ia bisa lihat dari pancaran mata itu dan semua itu karenanya. Ialah penyebab rasa sakit itu. Bahkan Laura bisa melihat genangan air mata yang ditahan oleh Navee disana.

Sesungguhnya iapun terluka namun ada hal yang harus ia lakukan untuk kedepannya. Ada kehidupan lain yang lebih membutuhkan dari keegoisannya sendiri.

"maaf" ucap Laura.

Navee mengacak rambut Laura "aku bahagia kalo kamu bahagia Ra".

Itu adalah kata-kata paling bullshit, mana ada orang yang akan bahagia jika orang yang kita cintai dan kita perjuangkan malah bahagia bersama orang lain. Hanya seorang pengecutlah yang mampu mengatakan hal klise seperti itu.

YMGYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang