🏫 Bagian 17

2.4K 440 130
                                    



Nakyung mendengus kemudian menidurkan kepalanya diantara tangan yang terlipat di meja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nakyung mendengus kemudian menidurkan kepalanya diantara tangan yang terlipat di meja. Ia masih memikirkan yang kemarin, iya sih kemarin masih sempat datang dengan Baejin, tetapi ketika sampai, yang ia temui adalah air wajah kecewa dari Jaeminㅡya sangat wajar menurutnya, itu kenapa ia masih memikirkannya.

"Lu kenapa, Beb? Daritadi gak tenang." Tanya Haechan yang tengah bermain ke kelas Nakyung. Omong-omong kelas 11 sedang jam kosong karena ada rapat.

"Nana mana?" Nakyung mengecilkan suaranya.

"Kelas lah."

"Dia cerita ke lo gak?"

Haechan memberikan gelengannya disela-sela bermain game, "Dari kemarin gak ada tuh cerita-cerita ke gue, ngapa emang?"

"Waktu Nana lomba, gue datengnya telat."

"Lo dateng? Kok gue gak tau?"

"Dateng A, tapi telat banget, pas anak futsal udah selesai."

"Manggil Aa di sekolah lagi gue jepret tu mulut." Dengus Haechan, "Pantesan muka dia gak enak banget diliat, lagian kenapa lo bisa telat?"

"Ajun nelfon, dia ada masalah yang bisa dibilang cukup berat untuk seumuran dia."

Haechan langsung mendekat, "Spill the tea..."

Emang gak bisa ditahan banget jiwa-jiwa penasarannya tuh.

"Moh!" Nakyung menolak ketus, kemudian mengusap wajahnya kasar, "Jadi ini gimanaaa???? Gue gak enak sama diaaaaaaa."

"Ya dimana-mana, orang yang tau diri, kalau merasa ngelakuin kesalahan pasti minta maaf lah. Minta maaf itu bisa banyak cara dan setiap orang punya cara sendiriㅡlo pasti tau, cuma kadang bebel aja. Jadi kalau gak bisa ngomong gamblang, masih banyak pintu lainnya buat lo ngutarain bentuk maaf lo." Kata Haechan tanpa menoleh karena masih fokus dengan game sampai akhirnyaㅡ

"Juancoookkk!" Kebunuh deh.

Kasian.

Nakyung yang tadinya menghayati perkataan Haechan langsung tidak fokus dan sekarang justru menatap sudaranya itu dengan tatapan membunuh, "Lo ngapain masih di sini? Udah masuk jam pelajaran kedua ini."

"Kan jamkos?"

"Itu tau, makanya sana ke tempat cewek lo! Bukan kelas gue."

"Apa lo?! Diem!"

"Dih, kok galak?" Nakyung menatap Haechan dengan sebelah alis yang terangkat, kemudian ia menghela napas, "Tolong bilangin ke Nana, gue nanti pulang sama dia, sekalian mau ngomongin yang kemarin."

"Checkout-in syopi gue tapi ya? Gocap doang." Balas Haechan yang mau tidak mau Nakyung sanggupi.

Kemudian pintu kelas terbuka, Han masuk dengan tas yang hanya terselempang di salah satu bahu. Ia berjalan ke meja guru dan meletakkan surat di sana, sebelum akhirnya berjalan ke bangkunya.

[i] Siklus ; Jaemin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang